Aduh!" pekiknya, tubuhnya sedikit oleng dan untuk sesaat, Ezra merasakan jantungnya berhenti berdetak.Dengan refleks secepat kilat, Ezra menerjang maju dan meraih lengan Anya, menariknya kembali ke pijakan yang aman dan menstabilkan posisinya. "Sudah kubilang hati-hati." Hembusan napasnya terdengar lebih tajam dari yang ia maksudkan."Iya, iya, Bapak Keselamatan," gerutu Anya, menepuk-nepuk tanah dari celananya seolah mengusir bahaya yang baru saja lewat. Tapi Ezra melihat getar singkat di tangannya sebelum ia tersenyum. "Terima kasih.""Lain kali, pakai sepatu yang benar," omel Ezra, nadanya kini melunak, lebih didominasi oleh kekhawatiran yang tersisa daripada amarah."Tapi sepatu ini lebih ringan dan warnanya cocok dengan bajuku," balas Anya, sebuah argumen yang begitu khas Anya, sama sekali tidak bisa dipahami oleh logika Ezra yang pragmatis.Mereka melanjutkan perjalanan. Gemuruh air terjun kini bukan lagi sekadar suara latar, melainkan entitas yang hidup. Awalnya seperti g
Terakhir Diperbarui : 2025-10-07 Baca selengkapnya