Pintu terbuka, dan Avelinne melangkah masuk. Anggun, tenang, matanya menyala—tidak ada ketakutan, hanya tekad. Sejenak, waktu seakan berhenti. Udara di ruang makan menjadi berat, tebal, seolah setiap detik bisa meledak. Lady Vareen dan Marcus membeku. Lucianne terperanjat, jemarinya mencengkeram kain gaun. Sylvette menjatuhkan sendok; bunyinya tajam, menembus keheningan seperti pisau perak. Di balik dinding batu tebal yang memisahkan ruang makan itu, ketegangan yang sama merambat ke lorong sempit di belakangnya. Aroma debu tua menggantung di udara ketika tiga kepala menempel di celah pintu kayu yang sedikit terbuka—Martha, Gerrick, dan Finn—berebut melihat apa yang terjadi di dalam. Martha, tangan menutupi mulutnya, berbisik, “Astaga… Tuan Sebastian benar-
Last Updated : 2025-11-18 Read more