Sore itu, setelah menjemput Karin, Tama melangkah masuk ke rumah mewahnya. Lantai marmer mengkilap memantulkan cahaya lampu ruang tamu, tapi kesan hangat sulit ditemukan. Sofa besar, meja kaca, rak buku berlapis veneer, rumah besar, semuanya rapi, sempurna, mewah, tapi... kosong.Namun, kekosongan itu sedikit terisi dengan tawa kecil Karin yang sudah mulai bermain di ruang keluarga bersama Sony. "Pak, kopi dan camilannya, mumpung masih panas," Sari menawarkan, pembantunya yang masih muda, sebenarya seksi, hanya saja ia selalu berpakaian sederhana. Ia sesekali menatap Tama dengan senyum ramah tapi penuh penasaran."Oh ya, makasih, Sari. Nggak ada pesan dari Ibu?""Tadi pagi cuma bilang mau meeting bisnis.""Hm...ya sudah, Ri," pungkasnya seperti hari-hari yang lalu dalam beberapa bulan terakhir. “Papa, liat nih, aku sama Sony bikin rumah dari balok,” seru Karin, menepuk balok warna-warni di lantai.Tama tersenyum tipis, menunduk untuk ikut melihat. “Bagus banget, Sayang. Biar Papa b
Last Updated : 2025-12-06 Read more