All Chapters of Pernikahan Luka : Chapter 11 - Chapter 20

Dewi gemetar saat mengetahui di tas kerja milik Aji, ada undangan pernikahan atas nama Aji dan Putri."Ya Allah, ini ujian apa lagi yang Engkau berikan kepadaku?" Dewi menangis sesenggukan. Tapi, dia buru-buru menghapus air matanya, saat Aji datang ingin mengambil tas kerjanya itu."Kamu lancang banget buka tas kerja aku!" bentak Aji dan Dewi terperangah mendapat perlakuan kasar itu dari Aji."Bersihkan rumah ini, karena Putri dan anakku mau tinggal disini. Kamu boleh pindah kalau kamu mau!" sebut Aji tanpa basa-basi."Mas. Ibu aku mau datang hari ini. Tolong beri aku kesempatan kali ini saja, untuk tinggal disini beberapa hari ini," pinta Dewi dengan bibirnya yang gemetar."Oke. Aku kasih kesempatan kamu dua pekan tinggal di rumah ini. Setelah itu, silakan kamu angkat kaki dari sini, dan kita akan bercerai." ucap Aji dengan bengis."Ya Allah, beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ujian-Mu ya Allah." Dewi berdoa dalam hati.Ponselnya berdering. Ibunya Dewi memberitahu bahwa dia sud

Demi melupakan semua masalahnya, Dewi pergi ke Bali bareng ibunya.Di Bali, Dewi merasakan bahagia sejenak. Meski sebenarnya Dewi masih merasakan luka yang hebat karena ulah Andika, yang tiba-tiba pergi. Lalu, Aji, suaminya yang tiba-tiba menikahi Putri."Ah. Masa bodoh dengan semuanya." batin Dewi. Di Bali Dewi benar-benar ingin menikmati hidup yang jauh dari masalah."Bu......bagaimana kalau Dewi sementara ini tinggal di Bali." Dewi minta pendapat ibunya."Semua terpulang sama kamu, Nduk. Kalau memang itu mau kamu, ya silakan. Ibu hanya bisa mendoakan kamu yang terbaik," ucap ibunya."Kalau begitu ibu tinggal sama Dewi saja ya. Nggak usah balik ke Semarang," ajak Dewi memberikan penawaran ke ibunya."Ya nggak bisa begitu. Ibu mau balik ke Semarang saja Nduk. Tapi, nggak sekarang. Kan sekarang masih ikut liburan sama kamu. Rugi dong ibu kalau mau balik sekarang." sebut Meri tersenyum manis."Hmmmm. Ibu aku ini sepertinya cocok jadi pelawak. Bisa aja bercandanya. Lagi pula, Dewi juga

Dewi mengajak ke hotel yang tak jauh dari lokasi pantai Sanur. "Bu. Kita bermalam di hotel dekat sini sini saja ya. Kalau mau balik ke penginapan kita awal, jauh Bu. Kasian ibu nanti capek," kata Dewi. "Terserah kamu saja, Nduk. Ibu ikut kamu saja," kata Mariyam pasrah. Dia juga terlihat lelah, setelah seharian berjemur di pantai. "Soalnya ini sudah jam 18.00 wib Bu. Kalau mau balik ke hotel kita, berarti nanti kemalaman di jalan," jelas Dewi lagi yang juga terlihat lelah. Dewi pun celingukan. Mau bertanya ke guide yang dari tadi dia perhatikan dari jauh. "Yuk Bu. Kita tanya guide yang ada di sana itu. Sepertinya dia guide." Dewi pun menggandeng ibunya mendekati seorang pria muda, yang terlihat sedang berbincang dengan seorang turis asing. Deg! Dewi tak bisa mengalihkan pandangannya. Dia berdebar menatap pria itu. "Andika!" sebut Dewi berusaha tak memperlihatkan rasa kagetnya. "Dewi!" balas Andika. Keduanya pun bersalaman. Dia sedikit bahagia karena pacar Andika tak disamping

Di tengah kebahagiaan Dewi bareng Andika, ada saja yang buat Dewi kecewa. Andika tiba-tiba minta izin nggak bisa menemani Dewi ke Puja Mandala, komplek tempat ibadah terindah yang ada di Bali. "Maaf banget ya. Aku nggak menemani kamu dan ibu kamu. Ada panggilan bos travel aku, mendadak. Harus bawa turis Perancis ke Ubud." kata Aji yang seketika buat Dewi kesel. "Kenapa kamu harus menawarkan aku dan ibu aku jalan-jalan ke Puja Mandala. Kalau seperti ini, mending aku tiduran saja di hotel." kata Dewi bersungut-sungut. "Ya aku kan sudah minta maaf, sayang. Kumohon kali ini saja. Izinkan aku pergi jalankan pekerjaan aku ya. Karena ini jalan hidupku sekarang." ucap Andika berharap pengertian dari Dewi. Akhirnya Dewi pun menyerah. Terpaksa dia merelakan Andika pergi, menjalankan pekerjaannya. Andika janji, akan balik secepatnya setelah pekerjaannya beres. *** Andika menepati janjinya. Dia balik menemui Dewi dan ibunya, keesokan harinya. Bel kamar hotel berbunyi dan kali ini Dewi se

Sesampainya di Jakarta, rumah dalam keadaan sepi. Aji dan istri barunya masih bulan madu ke Bali. Tapi, Dewi tak mau tahu soal itu. Itu bukan urusan Dewi lagi.Saat ini, yang dia rasakan hanya rindu yang luar biasa, kepada Andika. Padahal, kalau lagi berduaan, bawaannya selalu berantem. Seperti Tom and Jerry."Sayang lagi ngapain. Kamu pasti merindukan aku." tiba-tiba Andika mengirim pesan itu ke Dewi."Ih siapa yang rindu. Jangan GR kamu!" balas Dewi ketus lewat chat dengan membubuhkan emoticon orang marah."Yakin ....nggak rindu sama aku?" kata Andika."Nggak. Udah dulu ya. Aku masih ngantuk ini. Lagi pula ini masih dini hari. Jam 04.00 wib. Ganggu orang tidur aja," balasan Dewi kali ini lebih ketus."Sayang..kenapa sih kamu ketus banget sama aku belakangan ini. Kayaknya kurang dimanja ya kali ya?" canda Andika."Apaan sih..udah tidur sana lagi!""Aku mau sleep call!" kata Andika."Ih kamu ini! Sleep call sama bule itu aja kamu." Dewi langsung menutup ponselnya.Dewi masih menyimp