All Chapters of Terperangkap Jerat Suami Dominan dan Angkuh: Chapter 61 - Chapter 70

Catelyn tidak bermaksud menolak Aaron, tapi dia benar-benar ingin ikut acara dansa di kapal pesiar tersebut. Rasanya akan sangat menyenangkan, ditambah lagi ini adalah pertama kali baginya ikut acara dansa di sebuah kapal pesiar. Dia membayangkan berada di film Titanic. Aaron yang masih kesal karena penolakan Catelyn, memberikan ekspresi dingin padanya. Bahkan ketika dia sudah berganti dengan gaun mahal yang dibeli dari kartu gold Aaron, pria itu tampak masih malas-malasan di sofa dan sama sekali belum bersiap. “Apakah kamu tidak akan menemaniku ke acara dansanya?” tanya Catelyn. “Aku tidak begitu menginginkannya. Acaranya sangat membosankan,” jawab Aaron tanpa melihat Catelyn, matanya sibuk dengan ponsel yang dia bawa. Ada nada kecewa ketika Aaron menolak untuk ikut dalam acara tersebut, padahal pria itu sendiri yang memberitahu jika tentang acara dansa tersebut. Catelyn menjadi serba salah menghadapi sikap pria itu. “Apakah aku boleh pergi ke acara tersebut?” tanya Catelyn. “T

Aaron melihat jam di tangannya saat mendapat kabar jika Christhoper dan Nona Hilton sudah datang, keluar dari ruang kerjanya dan berjalan menuju ruang pertemuan. Namun betapa kaget dirinya ketika melihat Catelyn berada di kantornya. Selama ini Catelyn tidak pernah menginjakkan kaki di tempat kerjanya, dia tidak menyangka jika wanita itu tahu alamat kantornya. Apakah Catelyn sedang ada masalah hingga mencarinya ke kantor? Aaron memutuskan berjalan ke arah berlawanan dari ruang pertemuan yang seharusnya dia datangi dan berjalan mendekati Catelyn. Rahangnya seketika mengeras marah, mengetahui Catelyn ternyata sedang mengobrol akrab dengan Christhoper. Jangan sampai Christhoper menjadi pria incaran Catelyn selanjutkan karena yang dia tahu, Catelyn hanya melayani pria kaya. Selain marah, ada rasa cemburu yang menelusup di hatinya, tapi Aaron langsung menekan rasa itu karena dia tidak ingin bermasalah dengan perasaannya. Cukup kisah cintanya dengan Amber menjadi pengalaman berharga dalam

Ricky tertawa karena berhasil mengerjai Catelyn. “Tenanglah! Aku tidak akan menyeretmu ke altar dan aku juga tidak akan memaksa apa pun padamu. Berteman ...?” ucap Ricky sambil mengulurkan tangan ke arah Catelyn, mengajak wanita itu memulai hubungan pertemanan dengannya. “Teman ...” jawab Catelyn sambil menyambut uluran tangan Ricky. “Tapi bagaimana kalau Papaku menelepon dan menanyakan tentang pertemuan kita?” tanya Catelyn khawatir akan paksaan Papanya. “Bilang saja jika kita masih dalam penjajakan dan tidak terlalu buru-buru untuk menikah,” jawab Ricky yang direspon anggukan setuju dari Catelyn. “Apakah kamu mempunyai seorang kekasih?” tanya Catelyn ingin tahu. “Aku punya banyak wanita tapi tidak ada satu pun yang menjadi kekasihku. Aku pria bebas dan menjalani hubungan yang menyenangkan. Bagaimana denganmu? Apakah kamu memiliki kekasih?” Ricky balik bertanya. “Entahlah, hubungan kami rumit dan susah untuk dijelaskan,” jawab Catelyn yang terlihat tidak ingin melanjutkan pembic

Mata Amber terus menatap Christhoper yang berdiri jauh darinya dengan tatapan tajam dan dingin, tanpa peduli saat beberapa orang mengerubunginya dan seseorang menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuhnya. Dia tidak mau kehilangan Christhoper dan memastikan jika pria itu ada bersamanya di sana. “Aku mencintaimu.” Bibir Christhoper berbisik dari jauh tanpa suara. Amber tersenyum dari balik masker oksigennya. Matanya semakin lama semakin berat. Namun ada kekuatan baru yang dia dapatkan. Tanpa Amber tahu jika dirinya baru saja kehilangan detak jantungnya. Keadaannya yang kritis, membuat dokter memberi kesempatan pada Christhoper untuk mengucapkan salam perpisahan. Christhoper dengan hati yang hancur mengecup bibir Amber yang dingin dan membiru. Dia tak menyangka jika kecupannya memberi kehidupan dan harapan baru. Mata Amber terbuka dan dia tahu ada kehidupan di mata istrinya. Tatapan dinginnya menyembunyikan sorak bahagia di dalam dirinya. “Kamu akan hidup Amber,” gumam Christhoper. Sehar

Catelyn terkejut karena penerbangannya tidak sampai dua jam lagi. Dia buru-buru membersihkan tubuhnya dan menyiapkan surat-surat berharganya. Memasukkannya dalam satu tas dan membawa barang-barang yang menurutnya penting. Ketika semuanya sudah beres, Cantelyn berjalan ke pintu kamar hendak pergi, tapi saat akan menutup pintu tersebut, matanya kembali menatap pria yang masih tertidur pulas di atas ranjang. Dia membuka kembali pintunya dan berjalan cepat mendekati Aaron. Tangannya membingkai wajah pria itu dan dengan hati penuh kesedihan, mendekatkan bibirnya lalu mengecup bibir Aaron. “Aku mencintaimu, Aaron. Sangat mencintaimu.” Air mata Catelyn menetes membasahi pipi Aaron. Dia pun langsung menghapusnya, beruntung pria itu tidak terbangun. Untuk terakhir kalinya, Catelyn kembali mengecup bibir Aaron dan berkata ... “Selamat tinggal ...” Dia kemudian berlari ke luar kamar dan menutup rapat pintunya. Turun dari pesawat, dia langsung pergi ke rumah Amber untuk mengetahui apa yang