“Lucan…”Langkah Elyon terdengar pelan di dalam kuil cahaya.“Aku tahu kau akan bertahan,” lanjutnya, suaranya tenang.“Jadi lakukan ini untukku.”Di atas altar suci Lumeris, tubuh Lucan terikat rantai ilahi. Sigil di dadanya berdenyut keras, memancarkan cahaya biru yang terasa panas hingga ke tulang.Di sisi altar, Dea Lira tersenyum tipis.“Meski dia menolak,” katanya datar,“Aku, ibumu, akan mengambilnya dari tubuhnya.”Cahaya keperakan menyala di matanya—penuh wibawa, tanpa belas kasihan.“Agghh—! Lepaskan aku, Ibu…!” Lucan menjerit.Namun tatapan Dea Lira justru tertuju pada Elyon, putra sulungnya, yang terbaring lemah di ujung altar lain. Cahaya dari tubuh Lucan mengalir menuju dada Elyon seperti sungai sinar.“Kau pewaris cahaya,” ucap Dea Lira.“Jangan kotori dirimu dengan belas kasihan. Kau mengertikan, sayang?”Elyon mengangguk. Tersenyum.Di atas altar, Lucan tersenyum getir. Darah bercahaya menetes dari sudut bibirnya.“Belas kasihan…” bisiknya.Belum sempat ia melanjutkan
Last Updated : 2025-11-23 Read more