Sri Rejeki, Wanita yatim piatu yang di anggap lemah dan kampungan, ternyata menyimpan begitu banyak rahasia besar. Saat rumah tangga nya di khianati sang suami, dan dirinya dihina karena statusnya yang yatim piatu, Sri menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Siapa sangka Sri Rejeki yang kumal ternyata anak angkat Mafia yang paling ditakuti se-Asia Tenggara dan mewarisi banyak kerajaan bisnis tak ternilai. Bagaimana Sri akan membalas rasa sakit hatinya?
View MoreAku sedang memasukkan semua pakaian kotor Mas Fandi ke dalam mesin cuci saat sebuah bil pembayaran hotel terjatuh dari kantong kemeja kotornya.
Kenapa ada bil pembayaran hotel?"Ada apa, Sri?" Mas Fandi sudah berdiri di dekat pintu."Ini mas, ada kertas jatuh dari kemeja." Kutatap wajahnya, keningnya berkerut."Kertas apa?" Dia mendekat, kuserahkan selembar kertas itu padanya. Mas Fandi membaca kertas itu dan terdiam sebentar, tangannya mengusap kening terlihat cemas."Kertas penting ya, mas?" Aku bertanya, kecemasan Mas Fandi justru membuatku menaruh curiga. Instingku mulai kembali peka."Ini mungkin bil di meja kantor terbawa. Beberapa hari lalu, ada pegawai yang tugas ke luar kota juga." Dia tersenyum lalu mengusap rambutku. "Buang saja ya, mas mau berangkat dulu.""Sudah selesai sarapannya?" Aku bertanya saat Mas Fandi berjalan masuk. Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan, namun Mas Fandi menjauh lebih dulu."Sudah, pesawatnya akan terbang jam sepuluh, nanti aku bisa telat. Lala biar berangkat sama mas saja, sekalian satu arah juga." Dia menjawab sambil berjalan mengambil koper di dalam kamar."Kamu gak usah ke rumah ibu dua hari ini, ibu bilang nanti sore mau ikut Fina pulang ke Jogja. lagian sudah ada bi Ijah, ibu kasihan melihatmu bolak-balik."Aku terdiam, hanya menganggukkan kepala. Entah kenapa, aku mulai merasa tak nyaman dengan kepergian Mas Fandi. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku, namun tak mungkin juga mengutarakannya saat ini.Aku mengantarnya ke luar rumah, Mas Fandi mengandeng Lala ke dalam taksi. Putri kami sudah duduk di kelas tiga Sekolah dasar. Terlihat sangat dekat dengan Ayahnya. Bahkan mereka tak hentinya bercanda, membuatku tersenyum senyum sendiri.Aku menunggu mereka, hingga taksi pesanannya datang. Sesaat kemudian, sebuah mobil hitam berhenti, mas Fandi memasukkan kopernya ke dalam bagasi lalu membukakan pintu untuk Lala. Setelahnya dia mendekatiku lagi dan aku mencium takzim tangannya."Mas pergi dulu ya, Jangan lupa untuk tidak ke rumah ibu dulu. " Mas Fandi mengusap kepalaku, lalu masuk kedalam mobil."Da Mama, jangan lupa jemput lala ya." Gadisku melambaikan tangan, memberiku kecupan jauh dan menutup kaca mobil setelahnya.Ah, kehidupan kami terlalu sempurna, rasanya tak mungkin mas Fandi tega membohongiku dan Lala, putri kami.Mungkin benar, itu hanya sebuah kwitansi biasa. Tak bisa membuktikan kesalahan apapun pada pernikahan kami.Kalimat itu terngiang di kepala. seolah memang itu yang aku harapkan. Aku begitu takut, bila pernikahan ini adalah sebuah kegagalan yang tertutupi. Karenanya segera kutepis segala prasangka yang coba berkelebat di dalam benak ini.***Aku kembali berkutat dengan pekerjaan rumah. Membereskan kembali cucianku yang belum selesai. Setelahnya aku mengepel lantai dan menjemur semua baju yang sudah tercuci.Saat aku kembali kedalam rumah, sebuah notifikasi terdengar dari ponselku di atas bifet kecil. Bergegas aku mengambilnya. Mungkin saja itu pesan dari kurir, mengingat hari ini paket pesanan temanku akan datang."Apa ini?"Mataku membulat sempurna. Sebuah nomor asing mengirimkan foto undangan pernikahan ke ponselku. Foto mas Fandi, Suamiku terpampang jelas. Ia nampak gagah menyanding wanita yang tak aku kenali siapa."Fandi Saputra dan Kila Agnita" Mataku panas membaca nama itu terukir dalam tinta keemasan.Disana bahkan jelas tertulis kapan tanggal dan jam akad itu akan dilaksanakan.Tentu saja, ini jelas sudah, sejak semalam mas Fandi memintaku membawakannya beberapa kemeja putih dan kemeja batik, bersama dengan celana kain yang baru di belinya. Rupanya, aku sedang menyiapkan baju pernikahanmu mas!Teganya kau lakukan ini padaku. Kau akan menikahi wanita lain, sementara disini ada wanita yang masih resmi menjadi istrimu, mencucikan baju motormu, mengurus anakmu, bahkan membereskan rumah besar ini sendirian tanpa asisten rumah tangga.Aku terduduk di lantai, gemetar membayangkan pernikahan itu terjadi malam nanti. "Apa salahku sebagai istrimu mas? apa kurang ku?" aku bergumam sendiri."Tidak ! ini tak boleh terjadi."Bergegas aku mengambil kunci motor dikamar dan mengeluarkan motor dari dalam garasi. Rumah ibu adalah tujuan pertamaku. Ibu harus tau, apa yang sudah di lakukan anak lelakinya itu.Hanya sepuluh menit jarak rumah kami, karena itulah aku sering kemari untuk membantu ibu merawat semua tanaman hiasnya. Tiba di gang masuk rumah ibu, dua mobil berjajar di pelataran rumahnya, aku kenal betul itu mobil Mas Robi dan Fani, saudara kandung mas Fandi.Ku parkirkan motor diseberang jalan, entah kenapa aku tak ingin membawa kendaraan ini masuk. Untungnya aku kenal baik dengan pemilik Konter di depan rumah ibu. Kami sering mengobrol setiap kali aku datang merawat bunga-bunga ibu yang banyak.Berjalan mengendap, aku merasa semakin curiga dengan perkumpulan dirumah ibu kali ini. Entah kenapa, aku merasa jalan belakang lebih menguntungkan untuk aku datangi. Perlahan aku berjalan ke samping rumah, dan melihat semua saudara mas Fandi berkumpul di ruang Tengah."Fandi sudah berangkat dulu, kita bersiap saja untuk segera kerumah mempelai wanita !"Deg !Darahku berdesir hebat, kuhentikan langkahku di balik jendela. Aku duduk berjongkok di bawahnya.Mungkinkah ibu dan yang lain juga terlibat dalam penghianatan ini?"Kalau mbak Sri tiba-tiba kesini bagaimana? " Fina, adik mas Fandi bertanya."Kalau dia kesini ya kita sekap saja ! Apapun yang terjadi, pernikahan Fandi dan Kila harus berjalan lancar !" Kali ini suara mas Robi, terdengar menyahut."Mas Robi benar. Jika sampai pernikahan ini gagal, mas Fandi juga bisa batal memberi kami modal usaha." Danu, suami Fina berucap.Jahat ! Mereka semua jahat!"Seharusnya kita tak melakukan ini mas, Sri anak yatim piatu, bukankah kejam membuatnya menderita seperti ini." Mbak Lia, istri mas Robi bicara."Melakukan apa Lia? ini keputusan Fandi sendiri. lagi pula siapa yang betah dengan Sri, kampungan, gak pandai membawa diri. Fandi itu direktur di pabrik teh ternama, apa pantas punya istri seperti si Sri itu?" Suara Mas Robi meninggi."Iya, jangan sok baik mbak. kita semua sama, hanya ingin uang dari mas Fandi saja. Soal mbak Sri, biar jadi urusan mereka. Toh lebih cantik mbak Kila kemana-mana, aku juga gak malu mengakui dia sebagai kakak ipar." Fina berucap.Apa yang wanita itu katakan! Dia yang mendapat gelar sarjana karena jerih payahku, tegang bicara seolah aku ini wanita yang begitu hina!Hatiku memanas, ternyata aku datang ketempat yang salah. Mereka semua bersekongkol membuatku menjadi wanita bodoh. Selama ini sikap baik ku membuat mereka semua jadi tak tau diri.Bisa saja aku datang mengumpat mereka semua, Tapi tidak, aku tak boleh ketahuan disini, mereka bisa menghalangiku datang ke acara mas Fandi.Perlahan aku mundur meninggalkan rumah ibu mertuaku. aku lajukan motorku kembali kerumah. hatiku sakit, namun lebih sakit menyadari kebodohan ku sendiri.Untuk apa aku jadi wanita baik ? Jika segala pengorbananku tak ada harganya sedikitpun.Aku ambil ponselku dan menghubungi seseorang. " Kirimkan semua asetku kembali kedalam rekeningku ! Persiapkan diri kalian, aku punya tugas baru !" Aku menutup telepon segera.Ada yang harus tau siapa Sri Rejeki itu. Jika kau anggap aku wanita desa yang kampungan, akan aku perlihatkan dimana posisiku sebenarnya !Jani mengambil foto di tangan Leon dan memperhatikan lebih jelas, gadis bermata abu itu memang nampak sanggat bahagia bersanding dengan seorang anak lelaki kecil dengan rambut menutup poninya."Ini_" Jani menghentikan kalimat nya dan menatap ke arah Leon."Ya, itu aku. Meski tak kamu ingat kita adalah sahabat kecil Jani..Kata Jani berkaca menatap ke arah Leon, memperhatikan setiap lekuk wajah lelaki nan tampan itu dengan seksama."Benarkah itu dirimu? sahabat yang kadang hadir dalam mimpiku, aku selalu bertanya itu kisah siapa, sebab ta ada yang aku ingat dari masa lalu ku selain karena sepenggal kisah yang ku denggar dari bapak yang membesarkan ku."Jani berkata dalam hati, air mata nya turun tanpa sadar, membuat wajahnya yang putih merona kemerahan sekarang."Ada apa sayang?" "Sekarang aku tau kenapa kamu begitu baik padaku." Ucap nya lirih.Ya, selama ini Jani selalu merasa bersyukur sebab masih di beri hidup lebih lama, mengucap terimakasih pada Leon dalam hatinya sebab memberin
"Karena kamu tau segalanya Jani, kamu kehilangan ingatanmu saat mengalami kecelakaan setelah bertemu dengan Lenzia, itu pertemuan terakhirmu, sebab Lenzia menghilang setelahnya." Leon menjelaskan dengan gamblang"Jadi aku pernah bertemu dengan Lenzia?""Ya, dan Aini mencoba juga untuk membunuhmmu."Sri dan Jani sama-sama terkejut, menghadapi kenyataan yang teramat berat sekarang. ""Dan wanita tadi adalah Aini? ." Ucap Jani membuat Sri menatap nya serius."Kalian sudah bertemu Aini?""Iya, kami tak sengaja bertemu dengannya saat aku turun membeli minum, dia hampir membunuh Jani.""Dia terus menyebut ku Lusia.""Ya karena itu yang dia tau, dia hanya mengenal nama Lenzia Jani." Leon kembali menjelaskan dan membuat Jani semakin diam."Dimana kalian bertemu Aini?" Sri penasaran."Di minimarket tengah hutan.""Begitu? aku harus segera mencarinya." Sri berdiri, dia ingin bicara lebih banyak namun Sepertinya Aini jauh lebih Penting sekarang."Sepertinya aku harus permisi dulu, kami sudah lam
Sri tersenyum menyetujui, dirinya memang harus mengatakan banyak hal pada Jani sekarang."Saya janji tidak akan memaksa, bila nona Lusia berkenan saya pergi, saya akan pergi." Ucap Sri jujur, dia tak ingin mengusik Lusia yang sedang sakit namun jika wanita itu meminta penjelasan, Sri tentu saja lebih senang mendengarnya."Baiklah, hanya sebentar saja, tanyakan saja apa yang ingin kamu dengar dan setelah itu istirahatlah."Jani tersenyum dan mengganggukkan kepala. "Terimakasih sayang, terimakasih." Ucap Jani dengan wajah merona, mereka lalu masuk ke dalam kamar Leon.Leon meletakkan Jani ke atas tempat tidur, Jani bersandar pada tempat tidur nya dan Leon menyelimuti wanita itu hingga menutupi sebagian tubuhnya yang putih. Sri duduk di sisi ranjang, melihat betapa Leon memperlakukan Jani dengan istimewa, dia yakin lelaki ini memang tulus mencintai Jani."Katakan segera yang ingin anda katakan." Leon bicara dengan tegas, tak ingin Janin terusik lebih lama lagi.Jani menyentuh lengan keka
"Wanita ini menyebutku Lusia, Leon." Ucap Jani pada Leon membuat Leon juga merasa tak tenang."Dia menyebut Lusia, Leon! Dia tau Lusia!!" Jani terdengar panik, memeluk Leon dalam ketakutan.Leon mendekap mendekap erat Jani, menatap menatap marah pada apa yanh baru saja Aini lakukan, dia tak mengenal Aini, namunn beraninya wanita otu bahkan menyakiti orang yang sangat dia lindungi."Bawa dia pergi!" Ucap Leon kesal, dia ingin membuat. perhitungan pada Aini, namun menenangkan Jani jauh lebih penting sekarang.Leon melihat Aini di bawa paksa pergi, sementara Jani yang ketakutan merosot terduduk di lantai pelataran, dia terus menatap Aini yang menjauh, tak dapat lagi berpikir biaik, Jani berharap semua yang di lalukan bisa membuat nya mengingat sesuatu."Kamu baik-baik saja sayangku?" Leon tertunduk, mendekap Jani penuh penyesalan."Harusnya aku tak meninggalkan mu sendirian. sayang." Ucapnya merutuki kebodohan nya sendiri.Jani menangis kencang, tangisan yang entah kenapa tiba-tiba saja
"Jauhkan tanganmu, siapa kamu!" Jani berteriak histeris, tatapannya melihat ke arah dalam minimarket"Kenapa kamu cantik? Aku benci saat kamu cantik!'" Ucap Aini kesal, tangannya terus mencoba menyentuh wajah Jani."Kemari kami sialan!" Aini meremas kuat kerah baju Jani, membuat ia gemetar karena histeris."Tidak!.... tidak!" Ucapnya kencang dan sebuah ingatan masa lalu kembali muncul....Jani melihat wanita berparas mirip dirinya berlari letakutan dengan perut membesar, entah apa yang sudah di lalui hingga gaun putih yang di kenakan berlumur darah dan tanah, dinginya malam bukanlah musuh terbesarnya, dia lebih takut jika bayi dalam dekapan itu lepas dari pelukan. "Jangan mencoba lari Lusia!" Teriakan itu begitu nyaringo dan lantang terdengar.Lusia gemetar dalam tangis, berjongkok pada rimbunya dedaunan kecil dan ilalang, berharap diri nya tak di temukan."Lusia!" Teriakan itu kembali terdengar, tubuh kecil Lusia semakin gemetar."Sabarlah sayang, mama akan membawamu pulang, kita ak
"Aku ingin tau apa yang terjadi Leon, aku mohon katakan sesuatu." Ucapnya meminta, segala hal yang menimpanya begitu menyiksa dan membuat dirinya bertanya."Perlahan saja sayang, kita akan bicara nanti." Ucap Leon lalu membawa Jani masuk ke dalam mobil mereka.Meninggalkan rumah kosong yang serasa tak asing bagi jani, rumah yang sepertinya sangat dia kenal namun tak bisa di ingat lebih baik.Mobil Leon membelah malam sunyi, melewati hutan yang lebat dengan hanya satu, ldua penerangan minim, mereka hanya berdua saat datang dan pergi, menyisakan kesunyian nyata setiap kali tak ada suara di antara mereka."Kenapa diam?" Tanya Leon, ia masih Melihat Jani terdiam Menatap ke luar jendela."Rasanya aku pernah ada di sini." Ucapnya sembari melihat ke arah rumah kosong di sisi jalan.Leon berhenti mendadak, menatap ke arah rumah kosong di sisinkanan mereka, rumah tangga memang sejak lama tak di tempati, namun kenapa Jani merasa pernah ada di sana?"Kamu yakin pernah ada di sana?"Jani mengangg
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments