Aku pikir hidupku akan terus seperti ini. kekerasan, fitnah, kebohongan, semua selalu aku rasakan. "Apa dunia ini dapat menjadi lebih buruk?" begitulah pikirku. Disaat aku berpikir demikian, sesuatu terjadi. Sebuah hal yang belum pernah dilalui umat manusia, sebuah konsep dunia baru yang diciptakan oleh dewa, sebuah dunia baru yang kejam. Kami yang masih bersekolah pada jenjang SMP harus menghadapi kenyataan dan menyesuaikan hidup di dunia yang penuh akan mara bahaya, dimana hal kecil bahkan dapat mengancam nyawa. Tetapi di sisi lain, manusia juga mendapat sebuah kekuatan baru. Disinilah kami sekarang, di dunia fantasi
View MoreBerdiri di depan jalan masuk ke dalam gedung, aku hampir tidak dapat melihat apa pun. Berjalan masuk perlahan sambil meraba-raba sekitar membuatku sedikit demi sedikit mulai paham bagian dalam mall ini. Pada lantai 1 bagian lobby, berbagai jenis pakaian dipajang pada beberapa rak pakaian, meskipun semua telah hancur dan berserakan dimana-mana. Dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dan telah rusak, pakaian-pakaian itu telah berserakan di lantai yang kotor dan lembap dikarenakan kebocoran di beberapa sisi bangunan. Selain itu, lantai 1 juga terdapat supermarket dan beberapa konter reparasi handphone dan jam. Setelah menyusuri area lantai 1, aku berdiri di tengah bangunan, di depan tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2. Sebenarnya dari tengah bangunan mall ini aku sudah dapat melihat area lantai 3 yang sepertinya merupakan area food court.Aku beberapa kali menoleh ke pintu masuk dan area sekitar untuk memastikan apakah ada monster di dalam ataupun di luar bangunan, tidak l
“Itu Luna.” Ujar Venda menghela nafas lega. Dia yang tidak mendengar percakapan dari awal membuatnya tidak tahu lokasi Luna. Meski dia penasaran, Venda segera memberikan beberapa karak dan air putih gelasan pada masing-masing orang. Tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya, Venda bertanya, “Di mana Luna berada?”Menerima makanan dari Venda, perempuan yang sedari tadi berbisik, memberanikan diri untuk berbicara dengan ragu-ragu,“A-aku melihatnya di gedung yang ada di sana. Di lantai 3 di sana, kalian dapat melihat orang sedang berdiri sambil menatap tempat kita berada.”Mengalihkan pandangan setelah mendengar jawaban perempuan itu, Adit bertanya kepada laki-laki yang ada di depannya,“Apakah itu kekuatannya? Melihat jarak jauh? Tapi dalam kondisi gelap gulita seperti ini memangnya kelihatan?” tanyanya penasaranLaki-laki itu menggigit karak yang dibagikan Venda. Hanya dalam 3 kali gigitan, karak itu lenyap, masuk ke dalam mulutnya. Setelah meminum air, dia menjawab,“Kalau tidak s
“Dengan ini selesai...” “Terima kasih,” ucap laki-laki itu. Perawat itu menjawabnya dengan tersenyum lalu menyimpan kembali alat-alat dan obat merah yang telah digunakan ke dalam tas kecil di pinggangnya. “Linda! Apa kamu masih punya sisa perban? Milikku sudah habis ini.” “Ada. Tapi punyaku juga tinggal sedikit. Nih, kamu pake saja.” Perawat bernama Linda itu melemparkan gulungan perban yang sudah terlihat tipis pada rekannya. Menangkapnya, perawat itu mengerutkan alisnya. “Tinggal ini?” “Iya, tinggal segitu doang.” “Yah... Segini mah kurang,” ucapnya sambil menatap gulungan perban yang barusan dia terima. Serbuan kera biru sebelumnya menyebabkan Nossal, Ryan, dan orang-orang yang mereka coba selamatkan mendapatkan luka yang cukup serius. Selain cairan anti septic untuk membersihkan luka, perban yang telah sediakan dengan cepat habis. “Simpan saja sisa perban itu untuk yang lain. Aku tidak memerlukannya.”
Selepas kami kembali, semua masalah tampaknya telah selesai. Wajah Tia masih terlihat marah, alisnya menjadi tegang dan sedikit menurun, nada bicaranya ketika berkoordinasi dengan anggota kelompoknya yang lain juga terdengar meninggi. Di sisi lain, si anak pembuat onar dari kelas 7 hanya berdiri dengan beberapa teman laki-laki kelas 7-nya. Karena suasana tegang akibat kejadian sebelumnya, hal itu membuat semua orang tidak banyak bicara. Mereka hanya fokus dengan masing-masing anggota kelompoknya saja. Dalam kelompok kami, aku menyerahkan urusan koordinasi pada Ryan. lagipula, sepertinya aku jadi dibenci oleh semua anggota kelompokku. Tatapan mereka terasa seperti terpaan angin dingin di musim panas. Terlebih lagi di antara mereka, si pembuat onar yang menerima pukulanku tadi melirikku seolah menyiratkan niat jahat yang tak terungkapkan. Bagaimanapun, aku tidak berniat untuk menanggapinya. *** Kembali, Nossal dan yang lainnya melanjutkan perjalanan dengan formasi yang sama seperti s
Clara meninggalkan Nossal. Dia berlari sesenggukan kembali ke tempat teman-teman yang lain berkumpul. Setiap tetesan air mata yang mengalir dari matanya dia seka dengan punggung tangannya. Berlari, pikirannya tidak dapat melupakan yang barusan Nossal ucapkan. Dadanya sesak setiap kali dia mengingatnya, membuat air mata tidak dapat berhenti menetes. Tanpa Clara sadari, seekor monster mengintainya dari balik bayangan. Seekor kalong yang sedang bergelantungan di bawah atap sebuah bangunan yang tidak jauh darinya. Hendak menjadikannya santapan malam, Kalong itu terbang dengan cepat sambil mengarahkan cakarnya pada Clara yang sedang lengah. Mata Clara terbuka lebar melihat sosok monster itu terbang mendekatinya. Perasaan takut yang luar biasa seperti mencekik dirinya. “Aku harus segera menyingkir” ucapnya dalam hati. Dia mencoba menggerakkan kakinya untuk pergi dari tempat itu tetapi tidak bisa. Rasanya seperti kedua kakinya terpaku di atas tempatnya berpijak. Tidak kuat lagi menahan beba
Tia yang awalnya hendak melancarkan serangan pada si anak kelas 7 tiba-tiba saja kehilangan penglihatan. Dia tidak dapat melihat apa-apa, serta nafasnya menjadi sedikit sesak. Dia tahu dirinya masih sadar karena dia masih dapat merasakan rasa perih pada kedua jarinya yang terluka, dirinya pun masih dapat menggerakkan seluruh tubuhnya dengan bebas. Hanya saja pandangannya yang sebelumnya melihat si anak kelas 7 tiba-tiba berubah menjadi gelap. Ketika menyadari ada sesuatu yang bersentuhan dengan kulit wajahnya. Dia tahu bahwa sesuatu sedang menutupi kepalanya. Dengan nada tinggi, Tia berusaha melepaskan benda yang menutupi kepalanya itu sambil berteriak“Singkirkan benda ini dari kepalaku! Dia! Dia tidak akan aku ampuni!”Bukannya meredakan amarahnya, rencana Nossal justru membuat amarah Tia semakin memuncak. Dia merasa dirinya sedang dipermainkan.Dia menggenggam kantong yang menutupi kepalanya, dan berkali-kali mencoba menyingkirkannya tetapi tidak berhasil. Itu karena Ryan dan Indra
Adit terkejut ketika melihat Tia terkena serangan dari si anak kelas 7. Dalam hatinya, dia menyesal tidak segera menghentikan pertarungan mereka. Dia justru memposisikan dirinya sebagai penonton yang sedang menonton pertunjukan. Di saat Tia mengeluarkan teriakan yang merupakan respon dari rasa sakit akibat menerima serangan dari si anak kelas 7, barulah dia bergerak, berlari mengkhawatirkan keadaan Tia. Tanpa dapat menyembunyikan rasa sakitnya, Tia berlutut, meringkuk dengan menjepit kedua jarinya yang terluka dengan bajunya. Meski wajah Tia terlihat menderita, Adit tetap mencoba berpikir, “Semoga hanya luka ringan” sembari berlari mendekatinya. Belum dapat memastikan keadaan Tia, sebuah cahaya berwarna kuning kemerahan bersinar dari arah si anak kelas 7. Dia terlihat tidak berniat berhenti sampai di situ. Harga dirinya sebagai laki-laki tidak terima direndahkan oleh seorang perempuan. Senyuman puas terpancar dari wajahnya ketika serangannya yang sebelumnya berhasil melukai lawannya.
Selain dari Adit yang langsung memarahi Tia karena tindakan ceroboh yang dilakukannya. Kedua teman perempuan yang satu kelompok dengannya juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua juga ikut menasehati Tia. Tanpa bisa menghindari ceramah dari ketiga orang itu, Tia hanya dapat duduk bersimpuh mendengarkan mereka. Indra yang melihat ketua kelompoknya sedang sibuk, memutuskan untuk memeriksa kondisi ketiga Parasyte Cow tadi. Dapat dilihat, seekor Parasyte Cow yang menyerang Tia tadi terkapar di tanah tidak jauh dari tempat mereka sekarang. Sedangkan dua yang lain sempat kabur setelah menerima serangan Tia. Karena tidak dapat memeriksa dua tempat sekaligus, Indra meminta bantuan kedua rekannya, “Faiz, Deni. Bisa kalian cek jasad Parasyte Cow yang ada di sana. Pastikan sudah benar-benar tidak dapat bergerak. Kita tidak ingin mereka tiba-tiba kembali menyerang ketika lengah. Aku akan pergi mencari dua ekor lain” “Sendirian saja? kalau begitu bukannya lebih baik jika salah satu dari kami
Berusaha untuk mengejar dan menghentikan Luna yang berbuat ceroboh, Nossal dan kawan-kawan bergegas mengejar Luna yang sedang menuju akademi Tunas Harapan untuk menyelamatkan adiknya. Jalanan kota yang dipenuhi kendaraan yang terbengkalai dimana-mana, beberapa bangunan yang terlihat hancur akibat benturan dari mobil serta kendaraan lain, hembusan angin yang menerpa dedaunan terbang mengotori lingkungan sekitar. Sunyinya kota meski masih siang hari menyebabkan perasaan tidak nyaman bagi mereka yang baru pertama kali menginjakkan kaki di luar setelah dunia berubah. Kota yang awalnya merupakan salah satu kota terpadat di Nusantara, telah berubah menjadi kota mati yang dipenuhi monster.Di tengah suasana kota seperti itu, mereka berkali-kali bertemu dengan sejumlah monster. Tetapi dengan penuh semangat, mereka menghadapinya,“Tia, dibelakangmu!”Sebuah peringatan ditujukan Adit kepada Tia yang sedang di dekati oleh serigala dari arah belakang. Tia yang sedang fokus dengan 2 kalong yang te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.