Masih dalam tahap revisi. Terima kasih banyak atas dukungannya, semuaa.. Kehilangan, pengkhianatan dan kehancuran berturut-turut menderanya, hingga terpaksa membuatnya menutup diri dan hatinya dari dunia. Akan tetapi, kedatangan seorang gadis dengan cara yang tak terduga, mampu memutarbalikkan hidupnya yang sempat menghitam. Kini, cintanya ia persembahkan untuk sang gadis. Sayangnya, masa lalu kelam sang gadis menyulitkan mereka berdua untuk bersatu. Sanggupkah dia menjalani segala rintangan untuk dapat bersama dengan belahan jiwanya?
Lihat lebih banyakHai, readers semua. Saya author My Love From Thames. Pasti kalian bertanya-tanya ya, ini kenapa ceritanya kok beda jauh antara bab satu dengan yang lain? Nama tokoh dan karakter antara bab awal dan bab akhir juga berbeda? Isinya apalagi, sangat membingungkan dan membagongkan, belum lagi alurnya yang ga nyambung, hehe.. Saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini, ya.. (ya ampun, bahasa costumer service banget, haha) Anyway, back to topic. Saya minta maaf kalau cerita per bab masih belum nyambung/ singkron karena novel ini masih dalam tahap revisi. Harap maklum, karena alur dan penokohan saya rombak total seluruhnya. Makasih banyak atas kesediaannya menunggu yaa.. Secepatnya akan saya perbaiki. Luv u all..
Sore itu, meeting berjalan sempurna. Rancangan bangunan milik David yang sudah disetujui oleh Nicholas Barlow sehari sebelum dia pulang ke Inggris, akan dimulai pembangunan tahap awalnya besok. Harusnya David bisa bernafas lega dan memasang raut ceria, seperti hal nya Fred. Tapi ternyata tidak, pria itu lebih memilih untuk pamit dengan sopan menuju kamarnya daripada sekedar berbasa-basi dengan relasi dan supplier barunya.Vivian yang mengetahui reaksi David yang tidak biasa itu, berlari mengikuti dan mensejajari langkahnya. "David, something wrong?""Yeah," jawabnya malas."Apa ada hubungannya dengan istri tercintamu lagi?" tanya Vivian dengan nada sinis. Membuat David sedikit terusik mendengarnya.David menatap tajam ke arah Vivian, membuat wanita cantik itu bertingkah serba salah. "Apapun yang kulakukan dalam hidupku, memang kulakukan hanya demi dia. Any problem with that?" nada suara David begitu dalam dan mengancam."No, no, of course not
Sore hari yang dingin, sepertinya musim gugur akan datang lebih cepat. Angin berhembus begitu kencang. Aruni yang sedang menyiangi rumput-rumput liar di kebun belakang rumah peninggalan kedua orang tua David, terpaksa harus menyudahi kegiatannya. Aruni masuk ke dalam dapur sambil mengencangkan sweater berbahan wool di tubuh mungilnya. Dengan cekatan, tangan gadis itu menyeduh teh chamomile, teh kesukaan David. Waktu dia amnesia dulu, David sering sekali menyeduh teh ini. Tiba-tiba saja rasa rindu menyerang Aruni. Dia sangat ingin mendengar suara dan menandang wajah suaminya saat ini.Aruni melirik jam dinding di tembok dapur, pukul 5 sore, berarti masih pukul 12 siang waktu Florida, sudah waktunya jam makan siang di sana. Dirasa tak akan mengganggu pekerjaan suaminya, Aruni melakukan panggilan video. Dering pertama, dan David langsung mengangkatnya."Haaii, baby!" wajah ceria David langsung memenuhi layar. Sepertinya dia sedang makan siang.Tam
Janet menyusuri jalanan di sekitar Richmond, sebuah daerah perumahan di pinggiran kota London. Mencari nomor rumah yang sesuai dengan informasi yang sudah diberikan oleh Satya. Wanita itu menghentikan langkahnya ketika berada di depan rumah bernomor 73. Dengan hati-hati, Janet membuka pagar besi bercat putih, melewati jalan setapak di halaman rumah dan mengetuk pintunya. Tak berapa lama, seorang wanita dengan perut membuncit berambut ikal berwarna merah membuka pintu. "Yes? Do i know you?" wajah wanita itu tampak bertanya-tanya."Does Oliver Jacobson live here?" tanya Janet."Yes! He is my husband!" jawab wanita itu penuh curiga."Who is it, love?" terdengar suara pria berseru dari dalam rumah. Tak lama, si pemilik suara berjalan menghampiri dan berdiri di samping wanita hamil itu. Dia sedikit terkejut melihat Janet berdiri di depan pintu rumahnya. "You," d
Aruni melangkah keluar dari taksi. Dia kembali lagi ke rumah sakit ini, setelah mengantarkan David ke bandara. Tak dirasakannya lelah perjalanan Bristol-London, lalu kembali lagi ke Bristol. 6 jam dia lalui di jalan. Dia sama sekali tak sempat berganti pakaian, bahkan hanya tas tangan saja barang yang ia bawa. Aruni hanya ingin melihat Satya secepatnya. Hatinya tak tega melihat kesedihan Satya yang hingga detik ini masih terbayang-bayang di benaknya.Setengah berlari dia menuju ke ruangan Satya. Tapi setelah sampai di sana, kekecewaan yang didapatnya. Ruangan yang ditempati Satya kosong. Hana pun tak tampak. Khawatir pun melanda. Masih teringat jelas jam digital di dashboard taksi yang sempat dilirik Aruni saat hendak turun yang menunjukkan pukul 6 pagi. "Sepagi ini, kemana mereka?"Tak putus asa, Aruni berlari ke ruang informasi. "Excuse me?" tanya Aruni pada seorang perawat yang sedang menghadap
Hana terisak, ikut merasakan kesedihan Satya yang seakan memenuhi ruangan. Dia sama sekali tak menyangka, Satya akan mengetahui pernikahan Aruni secepat ini."Cincin pink itu benar-benar cocok untukmu, Ni. Manis sekali," puji Satya. Matanya kembali berkaca-kaca."Aku yang memilihkannya!" seru Janet. "Kau juga berpikiran sama denganku, Satya. Aku yang memilihkan cincin itu untuk Belle. Warnanya memang sungguh cocok dengan pribadi Belle. Betul, kan?"Satya yang sudah hampir mengeluarkan air matanya, tersenyum dengan penuturan Janet. "Ya," jawabnya singkat."Ma, aku pusing.. Mau istirahat.." Satya memencet tombol pengontrol pada sisi ranjang, sehingga bagian atas ranjang yang tadinya setengah tegak, kini kembali lurus sejajar.Hana sadar, itu adalah perintah halus Satya untuk m
"Hanya ini?" Aruni keheranan dengan satu koper sederhana yang akan dibawa David melintasi benua. "Aku tidak membawa banyak barang dari Amerika, Belle." Aruni berdecak kagum. Seorang David Campbell yang dulu figurnya sering tampil di majalah bisnis, baik online maupun cetak, pemilik perusahaan konstruksi besar di Britania Raya, hanya membawa satu koper lusuh. "Tidak ada yang percaya kalau kamu orang kaya, David." "Lebih baik begitu, Belle," David mencium dahi Aruni lembut, dan menambatkan kedua lengannya di pinggang Aruni. "Cukup kamu saja yang tahu." "Kau tidak punya keinginan untuk tampil di majalah lagi?" tanya Aruni penasaran. "Mungkin nanti, untuk mengabarkan pernikahanku.. Aku yang sekarang, tidak begitu
Dengkuran halus David menggelitik telinga Aruni. Dia mengangkat kepalanya yang semalaman tersandar di lengan kiri David yang kekar. Sementara, tangan kanan David melingkar di atas perut rata Aruni. Tersadar bahwa tak ada sehelai kain pun yang menutupi tubuh mereka berdua, Aruni makin mengeratkan selimutnya hingga ke dada, yang sebelumnya hanya menutup pinggang ke bawah."Mmh.." David mengerang saat Aruni hendak memindahkan tangannya dari atas perut Aruni. Akhirnya, Aruni mengurungkan niatnya. Dia tak ingin membuat David terbangun. Dilihatnya ponsel David yang tergeletak di atas nakas menyala berkelip-kelip. Pelan, Aruni memutar tubuhnya dan meraih ponsel David.Ada dua pesan masuk, semuanya dari Janet. Aruni membukanya. Ternyata Janet mengirim dua video. Video pertama adalah saat David menyematkan cincin emas Rose di jari manis Aruni, lalu bergantian dengan Aruni yang menyematkan cincin pada jari m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.