CAT-CH ME!

CAT-CH ME!

Oleh:  Andp  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
17Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tidak menarik, tidak punya pengalaman percintaan, miskin; adalah tiga hal yang menggambarkan seorang Kanaya. Tidak punya pekerjaan tetap dan tidak mampu membayar kos membuat Kanaya berada dalam kondisi genting. Nasib Kanaya yang sudah pasrah dan hampir putus asa berubah drastis dalam hitungan jam karena seekor kucing. Semua itu terjadi karena dia bertemu dengan seorang pria tampan nan menyebalkan yang membutuhkan bantuan Kanaya untuk merawat majikannya yang manja dan berkaki empat… alias seekor kucing! Seekor kucing juga akhirnya membuat Kanaya dekat dengan seorang pattisier ganteng dan baik hati. Lalu bagaimanakah ritme hidup Kanaya setelah berbagai hal tak terduga terjadi dalam hidupnya? Apakah hidupnya masih tetap sesuram sebelum dia mengenal dua pria yang sangat bertolak belakang itu?

Lihat lebih banyak
CAT-CH ME! Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
hose
im waiting new chapter
2021-08-16 23:28:21
0
17 Bab
Part 1. Sial
Tiga jam aku menunggu di ruangan bernuansa coklat ini bersama beberapa orang lainnya. Aku memeriksa tiap sudut ruangan, ada AC dimana-mana, tapi keringatku tak berhenti mengucur. Ini pertama kalinya aku dipanggil wawancara dan aku tak mengira rasanya akan sama mendebarkan seperti akan ujian nasional. Perasaanku saja atau memang sejak tadi beberapa pelamar silih berganti memperhatikan aku? Memang ada yang salah? "Kanaya." Debaran jantungku semakin jadi saat namaku dipanggil. Ini giliranku untuk wawancara. Semoga lancar, Aamiin. Ketika aku memasuki ruangan interview, pandangan beberapa orang di balik meja juga sama menelisiknya seperti pandangan para pesaingku di luar tadi. Astaga, aku semakin gugup. Setelah aku duduk, pertanyaan pertama yang diajukan adalah, "kamu sudah baca semua persyaratannya?" Aku mengangguk patah-patah. "Sudah semua?" "Sudah, pak." Seorang wanita berkaca mata mencondongkan tubuhnya dan melih
Baca selengkapnya
Part 2. Cats and Wibu
"Mana uang kos lo? Gue nggak ada waktu lama-lama di sini. Urusan gue banyak."Aku menelan ludah gugup "uangnya belum ada, Mas."Dia bersedekap dan menghembuskan nafas panjang, "yaudah kalau gitu lo keluarin bar-"Meoww~~Demi eyeliner firaun! Kenapa Mochi keluar dan ndusel-ndusel kakiku disaat genting seperti ini? Oh lihat matanya yang bulat dan sarat akan permohonan itu. Aku baru ingat aku belum memberi dia makan sejak tadi pagi. Terlalu galau membuat aku melupakan teman kecilku ini.Aku sedikit menunduk dan berbisik padanya "Mochi, jangan minta makan dulu deh. Ini kita lagi terancam terusir nih.”"Itu kucing lo?" Tanya si juragan kos."Iya.""Hmm" dia memperhatikan Mochi dengan seksama "kelihatan terawat dan sehat. Untuk ukuran kucing kampung, kucing lo udah bagus banget."Aku melotot tidak percaya. Setelah body shamming sekarang dia rasis terhadap kucing.Ini benar-benar tidak b
Baca selengkapnya
Part 3. Chef
Sambil mengiris wortel sesekali aku memperhatikan Sada yang sangat gesit memasak dengan alat masak yang sangat-sangat seadanya. Dia tampak lihai dan akrab dengan kegiatan ini, yang membuat aku paling tercengang adalah aksinya menggiling cabai secara manual, alias diuleg sendiri. Beberapa menit yang lalu Mas Lukman datang dengan sekantong plastik penuh bahan masakan. Sepertinya Sada meminta pria itu membawa semua bahan masakan di rumahnya, lengkap dengan ulekan cabai. Jadilah dia chef dadakan di dapurku yang sangat minimalis. Katanya dia akan memasak sop ayam. Tapi sejujurnya, aku sanksi dengan rasa masakannya. Terlihat lihai belum tentu hasilnya enak, 'kan? "Gue nggak percaya lo cuma punya wajan, panci, spatula, dan cutter karatan." "Masih mending dari pada nggak ada." "Gue juga nggak percaya lo masih bisa bertahan hidup dengan kemampuan masak nol besar kayak gini. Masak itu adalah basic skill buat survive."
Baca selengkapnya
Part 4. Lucky
Aku sedang menjemur Mochi dan Reo di luar saat Ranti datang menghampiriku. Dia datang dengan wajah tertekuk lalu menatapku dengan puppy eyes andalannya. Oh tidak bisa. Aku tidak akan luluh lagi dengan mata bulat yang cantik itu."Keykey, kok kamu marahnya lama banget?""Nggak usah panggil aku pakai nama itu deh Ran. Geli aku dengarnya.""Iya aku nggak akan panggil kamu gitu lagi asal kamu maafin aku, ya?""Nggak.""Ayo dong. Aku beneran nyesel, nggak akan aku ulangi. Janji.""Ya memang nggak seharusnya kamu ngulang perbuatan itu. Baik ke aku atau ke siapa pun.""Aku harus lakuin apa biar kamu maafin aku?""Nggak tau. Aku lagi males mikir, lagi pengen sendiri."Mata bulat yang penuh permohonan tadi berubah menjadi delikan tajam. Kan sudah kuduga raut sedih tadi hanya kepura-puraan agar aku luluh."Tega banget sih kamu ngusir aku lagi. Nggak, kali ini aku nggak bakal pergi sampai kamu maafin aku. Aku udah b
Baca selengkapnya
Part 5. Lucky 2
Setelah selesai buang air kecil, aku bercermin untuk melihat penampilanku. Ewh aku sangat terganggu melihat minyak di wajahku ini. Aku menghidupkan air kran dan membasuh wajah dan memoles liptint kembali. Setidaknya ini akan sedikit membantu penampilanku agar tak terlihat terlalu lusuh. "Mbak, majikannya baik banget ya." Aku menoleh ke kiri, melihat ke arah seorang perempuan remaja yang aku perkirakan baru lulus SMA. Dia terseyum ramah padaku. "Maksudnya gimana?" Tanyaku tak paham. "Aku lihat mbak tadi makan sama majikan mbak. Aku kesini juga sama majikan aku, dia artis, tapi baik banget. Asik ya mbak punya majikan baik, ditraktir makan yang enak-enak terus." "Hah?" "Sesekali coba ikut majikannya perawatan deh mbak. Aku udah dua kali dibawa ke salon, jadinya wajah aku jadi lebih bersih dan sehat gini. Walaupun kita nggak cantik dan nggak putih, tapi kalau wajah terawat jadi lebih mendingan. Terus coba upgr
Baca selengkapnya
Part 6. Kejutan!
Sesuai arahan Sada, aku pergi ke alamat yang dia kirim pada siang hari ini. Ternyata dia mengirim aku ke salah satu restoran terbaik di kota ini, yang seumur hidup aku tak pernah membayangkan akan masuk ke dalamnya. Delizio, adalah salah satu restoran bintang lima yang sering kali dikunjungi atau di-review oleh artis maupun foodvloger ternama. Tampilan luarnya saja sudah menjanjikan kemewahan, kenikmatan, dan tentu saja kemahalan untuk kantongku yang tidak pernah sehat ini.Akan bekerja sebagai apa aku disini? Tukang cuci piring kah? Atau tukang bersih-bersih?Aku mematut tampilan diriku di depan jendela restoran ini yang sangat berkilau dan bebas debu. Jika dilihat dari penampilanku, diterima sebagai petugas bersih-bersih saja rasanya sudah sangat bersyukur.Omong-omong dari mana Sada punya link untuk memasukkan aku ke restoran ini ya? Memang siapa Juna Juna itu? Sedekat apa mereka? Kalau aku benar-benar bisa diterima disini karena re
Baca selengkapnya
Part 7. Wild
Alarm sialan yang lupa aku non-aktifkan mengacaukan rencana leha-lehaku hari ini. Karena bunyinya yang sangat berisik, aku jadi tidak bisa tidur lagi. Mungkin memang sudah seharusnya aku bangun, karena sekarang sudah hampir jam sebelas. Setelah peregangan sebentar, aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Tanpa mandi. Mandi hanya dilakukan jika kita banyak mengeluarkan keringat dan lama beraktivitas diluar ruangan. Keluar dari kamar mandi, aku melihat Mochi yang menghapiriku sambil mengeong tak jelas. "Kamu kenapa? Udah laper ya?" Aku mengikuti Mochi yang berlari ke tempat tidurnya dan menemukan Reo yang masih bergelung di dalam kandang. Makanan dan minum yang aku berikan tadi malam tampak tak tersentuh sama sekali. Ini aneh. Biasanya makanan Reo akan habis atau tersisa sedikit, tapi ini makanannya seperti benar-benar tak tersentuh. Aku jongkok di depan kandang Reo dan mencoba mengelusnya. Tubuhhya terasa sangat l
Baca selengkapnya
Part 8. Sedikit tentang dia
Setelah diperika, ternyata Reo sedang menderita sariawan yang cukup parah. Beruntung dia segera dibawa ke vet dan diberikan penanganan tepat. Untuk membantu proses penyembuhan, Reo juga diberikan beberapa obat-obatan. Oh iya, kami juga memeriksa keadaan tubuh Reo paska terkena pukulan tadi. Untungnya menurut dokter pukulan itu tidak berdampak apa-apa. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Sada jika pukulan itu menyebabkan cidera serius untuk Reo."Kita makan dulu. Lo belum sarapan kan?" Tanya Sada saat motornya bergerak menjauh dari klinik hewan.Teringat akan keadaan uangku yang masih belum membaik, rasanya tawaran sarapan di luar ini tidak begitu menggiurkan. Lagi pula, aku sudah menyetok telur, minyak, dan beras di kos untuk menghemat pengeluaranku."Mau sarapan dimana?" Tanyaku.Menanyakan tempat sarapan tentu menjadi hal yang penting. Jika dia mengajakku sarapan di warung tenda tepi jalan maka aku akan memesan teh hangat. Tapi jika dia ingin sarapan
Baca selengkapnya
Part 9. Dulu dan Sekarang
Kesan pertamaku bekerja di Delizio adalah lelah tapi sangat menyenangkan! Aku tidak pernah membayangkan bahwa membuat pastry akan semenyenangkan itu, ditambah dari tekanan yang tak biasa saat pengunjung ramai, rasanya aku benar-benar bekerja. Ada perasaan yang membuncah saat semua terselesaikan dengan baik. Yah, walaupun aku tidak membantu banyak dan tidak membuat bahan-bahan inti untuk dekorasi, tapi aku senang bisa membantu rekan-rekan di decorateur. Sebagai anak baru, aku ditempatkan di bagian apprentie atau yang biasa dikenal dengan cook helper.Di hari pertama saja, aku sudah mendapat begitu banyak ilmu tentang pastry. Walau pekerjaanku cukup ringan; mengupas, membersihkan, memotong, mengiris, ataupun menghaluskan, tapi bonusnya aku bisa mengintip cara para decorateur membuat berbagai macam créme atapun karamel. Seperti tadi, mereka membuat créme d'amandes. Oh, jangan tanya aku bagaimana cara menyebutnya
Baca selengkapnya
Part 10. Family
“Mbak ada uang nggak buat bayar SPP aku? Minggu depan aku UAS, kalau nggak melunasi SPP nggak bisa ikut ujian.” Aku meremas celana kulotku dengan jemari yang tiba-tiba mendingin. Kepalaku juga seketika pening. Aku melirik Mas Mahen sekilas, berharap speaker hp kentangku ini tidak mengelurkan suara terlalu keras hingga Mas Mahen tidak bisa mendengar percakapan barusan. Aku menjawab pertanyaan Fabian, adikku, dengan sedikit berbisik. “Nanti mbak telfon lagi kalau udah di kos ya. Mbak tutup dulu telfonnya.” Tanpa menunggu balasan dari Fabian, aku mengakhiri panggilan. Kenapa harus saat ini? Kenapa harus di tengah malam yang hening, di dalam mobil yang pengemudinya adalah Mas Mahen? Aku akan benar-benar merasa tak enak dan canggung jika Mas Mahen mendengar semuanya. Entah sudah berapa kali aku melirik Mas Mahen, sembari merapal doa semoga saja dia tidak mendengar. “Kos kamu yang mana Nay?” “H-hah?” “Kos kamu sebel
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status