Menjadi Cinderella Kaya Raya Setelah Dicerai

Menjadi Cinderella Kaya Raya Setelah Dicerai

Oleh:  Rini Annisa  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
33 Peringkat
49Bab
24.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Awal pernikahan yang bahagia menjadi retak sejak Winda pindah ke rumah mertuanya. Sang suami pun berubah menjadi kasar dan mengkhianati cinta mereka. Hingga akhirnya Winda ditalak dan diusir dari rumah itu. Namun, siapa sangka hidup Winda berubah menjadi Cinderella setelah tau bahwa dia anak seorang milyarder yang dibuang saat kecil. Akankah mantan suami dan mertuanya menyesal setelah tau Winda yang sebenarnya? Ikuti kisah haru dalam cerita ini.

Lihat lebih banyak
Menjadi Cinderella Kaya Raya Setelah Dicerai Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Indri saputra
baguuss ceritanya ......
2022-10-03 18:32:40
0
user avatar
BlackJoe
Hai, Kak. Semangat Up
2021-11-11 11:22:04
0
default avatar
daniel timotius
Mo tny thor, ni udah tamat kah blm? Mksh...
2021-11-01 18:42:07
0
user avatar
Syafridawati
Kisah sedih berumah tangga
2021-09-12 12:34:26
0
user avatar
Khanna
Memang ya, kalau di rumah mertua ada saja yang terjadi
2021-09-11 18:54:58
0
user avatar
Dito Adimia
aku doakan penulisnya kaya raya dan kaya hati. semangat
2021-09-11 16:55:18
0
user avatar
Myrandaa04
ceritanya seruuu
2021-09-10 16:27:25
0
user avatar
Fraghesia
Ceritanya menarik thor, kumasukin rak ya!
2021-09-10 13:33:27
0
user avatar
Author Dwi
Semangat kak ceritanya menariikk
2021-09-10 09:54:42
0
user avatar
Enda Kiebo
Buat terharu aja ini kisah...sangat menyentuh...
2021-09-10 07:27:28
0
user avatar
Novi Aprilia
keren! lanjut!
2021-09-08 21:39:00
0
user avatar
Li Na
semangat lanjut kak.
2021-09-08 21:01:23
0
user avatar
Araya Noona
wah ceritanya seru lanjutkan thor
2021-09-08 12:22:21
0
user avatar
Silva Fajriati
Cerita keren, lanjut Thor
2021-09-08 11:07:53
0
user avatar
Neeta suyatno
Alurnya menarik, lanjut thor
2021-09-08 11:05:38
0
  • 1
  • 2
  • 3
49 Bab
Upik abu
 Tin Tin Tin .... Bunyi klakson mengagetkan aku yang sedang berjalan. Mobil itu berhenti tepat di sampingku, mobil Mas Bram. Sengaja dia ingin meledekku yang cuma bisa berjalan kaki ke pasar. "Ma, Papa pergi dulu ya! Nikmati jalan kakinya ke pasar, sambil olahraga biar hilang tuh lemak. Hahahaha," ketawanya jahat. Kemudian tanpa memperdulikan ku melajukan mobilnya dengan kencang. "Brengs*k, awas kau Mas. Lihat aja nanti, keadaan akan terbalik," gerutuku kesal sembari melempar sendal ke mobilnya. Sepagi ini, aku sudah harus berjalan jauh ke pasar.  Mas Bram--suamiku tidak sudi mengantarku, banyak alasan yang dikatakannya. Sudah terlambatlah, jauhlah, di pasar bau lah seakan sangat sayang mobil bagusnya kotor oleh aroma pasar. Aku mesti jalan kaki itu karena Mas Bram juga tidak memberi ongkos, pun untuk belanja sudah di jatah mertua. Aku hanya belanja sesuai daftar yang dibuatnya. Bahkan untuk jajan saja uangny
Baca selengkapnya
Mimpi
Sehabis sarapan, seperti biasa aku akan mencuci piring. Hatiku sebal setiap kali melihat tumpukan piring kotor, Ibu maupun Eka tidak mau mencuci sekedar bekas yang mereka pakai. Belanjaan yang baru ku beli di pasar juga masih teronggok di meja, Ibu bahkan tidak menyentuhnya. Ibu tidak pernah mau membantu menaruhnya di lemari dan kulkas. Semua pekerjaan rumah aku yang mengerjakan, biar lemak hilang begitu alasan yang selalu dibilang Ibu. Apa mau dikata dari dulu aku memang sudah bohay, bahkan saat Mas Bram melamar. Dia tidak mempermasalahkan tubuhku, asal aku cantik dan rajin saja sudah cukup baginya. Namun, tidak dengan Ibu dari awal bertemu Ibu sudah tidak suka melihatku. Beliau memandang sinis kearah tubuhku sewaktu Mas Bram membawaku ke rumahnya. Walaupun bohay tapi gerakan ku gesit, semua pekerjaan dalam tengah hari selesai. Seberat dan secapek apapun tubuhku tetap tidak bisa langsing, bisa dibilang termasuk subur. Padahal makan juga sediki
Baca selengkapnya
Pulang kampung
Drt drt drt .... Gawaiku berdering saat lagi cekcok dengan Mas Bram dan Ibu. Bergegas ke kamar dan melihat dilayarnya nama Mbok di kampung memanggil. Segera ku tekon tombol on, terdengar suara serak Mbok diujung sana. "Assalamualaikum, Nak," sapa Mbok dengan suara pelan. "Wa'alaikumussalam, mbok sehatkan. Kenapa suaranya, Mbok sakit?" tanyaku cemas. "Mbok lagi demam, oh ya gimana kabar kamu dan Nak Bram?" "Alhamdulillah, kami semua sehat Mbok. Winda baik-baik aja kok, Mbok jangan khawatir. Tapi sebaiknya lebih perhatikan kesehatan, jangan terus begadang." "Ya, Mbok hanya mengerjakan tugas sedikit. Mungkin karena musim dan cuaca yang gak menentu jadi flu," jawab Mbok terbatuk-batuk. Aku menghembus nafas pelan, terbesit juga rasa kasihan. Meninggalkan Mbok sendiri di kampung, bapak baru setahun yang lalu berpulang menghadap Yang Maha Kuasa, akibat penyakit paru-paru basah yang di idapnya. 
Baca selengkapnya
Selingkuh
Sudah dua hari ini Mbok terlihat sumringah, mungkin senang akhirnya aku bisa pulang menjenguknya. Yang pasti aku juga bahagia, terlebih lagi Mbok sangat memanjakan diriku. Kerjaku hanya makan dan tidur, Mbok melarang bila ingin mengerjakan sesuatu. Mbok melihatku agak kurusan sekarang, jadi tidak rela anak kesayangannya mesti menderita lagi saat bersamanya. Pagi itu, seusai sarapan aku pamit pada Mbok untuk jalan-jalan sekitar kampung. Menghirup udara segar sembari berolahraga. Sudah lama sekali rasanya tidak olahraga, selama di rumah mertua dari pagi sudah di sibukkan pekerjaan rutinitas. Aku berlari kecil sepanjang jalan yang di tumbuhi pohon pisang. Aroma wangi dari pisang matang tercium di hidungku, sayangnya Mbok tidak punya ladang pisang. Pasti enak makan pisang apalagi di goreng pake tepung krispi. Rasanya krenyes enak dan gurih. Puas olahraga aku balik ke rumah, tiap ketemu tetangga di jalan saling bertegur sapa. Kebanyakan
Baca selengkapnya
Rahasia Bram
Lega hatiku saat istriku yang gendut dan selalu nampak kucel itu pergi ke kampung. Apalagi dia minta waktu seminggu, waktu yang panjang untuk aku leluasa. Ya, akhir-akhir ini aku menjalin kasih dengan wanita lain. Tanpa Winda ketahui, wanita yang bernama Laras itu lebih menggoda. Kulitnya putih mulus dan body aduhai, membuatku selalu bernafsu memandangnya. Apalagi dukungan dari Ibu, yang memang tidak menyukai Winda sebagai  menantu. Aku sering mendengar Ibu selalu menjelekkan tubuh Winda yang berlemak. Barulah aku tau alasan Ibu begitu membencinya. Padahal dulu saat akan melamar Winda, aku tak pernah permasalahkan tubuhnya. Walaupun dia sedikit gemuk tapi di mataku tetap menarik, dia juga seorang gadis yang cantik dan gesit. Dahulu aku memang mencintai Winda, cinta itu bertambah saat kami mengontrak rumah. Winda menjalankan peran seorang istri dengan baik, selain rajin, masakannya juga enak dan cocok di lidahku. N
Baca selengkapnya
Kejutan
"Assalamualaikum," Sapa ku begitu sampai di depan rumah mertua. Ya akhirnya aku balik lagi setelah seminggu di kampung. Lumayan juga untuk mengisi energi dan kekuatan agar aku dapat melawan dua manusia arogan itu. Aku akan berpura-pura tidak tahu, tetapi tetap terus mengawasi kelakuan mereka. Tetiba ingat foto yang dikirim Nina, membuatku menjadi jijik pada Mas Bram. Lelaki yang baru saja menjabat posisi tinggi itu sudah merasa hebat, merasa dengan jabatannya bisa melakukan semaunya. Mas Bram tidak tau, setiap perbuatan itu ada karmanya. Terdengar derit pintu terbuka, Ibu yang berdiri di depanku terkejut. "Winda?" "Kenapa, Bu? Seperti melihat hantu aja, kenapa kaget?" tanyaku heran. "Enggak, kok!" ucapnya gugup. Kemudian dengan cepat Ibu menguasai dirinya dan balik ke sikapnya yang angkuh. "Eh, menantu miskin. Kenapa balik sini, apa udah bosan di kampung?" ejeknya. "Ibu, apa-apaan? Winda masih
Baca selengkapnya
Tentang Laras
Buugghh !! "Aww, hati-hati dong kalo jalan. Mata di pake," ucapku kasar pada pria yang menabrak ku. "Maaf, aku gak sengaja," katanya sembari membantuku berdiri. Sekilas aku menatap pria di depanku ini, wajahnya tidak asing. Oh, ternyata dia! Pria yang dulu pernah diam-diam aku suka, tetapi ditolaknya. "Mas Bram?" kataku pura-pura terkejut. Bram menatap wanita yang ditabraknya dengan heran, kemudian mencoba mengingat. Namun, Bram tidak mengenalinya. "Maaf, kamu sapa? Kok tau nama saya?" "Bram, aku Laras. Yang dulu pernah kamu tolak," jawabku menunduk sedih karena dia tidak mengenaliku lagi. "Laras? Teman kuliahku dulu kan, yang dulu asyik ngejar aku terus tapi ku tolak," tebak Bram sembari tertawa. "Ish, lucu ya Mas?" ujarku manyun. "Nggak, cuma aku memang tidak tanda. Sekarang kamu tambah cantik, Ras," ucap Bram memuji. Aku pun tersipu mendengar pujiannya. 
Baca selengkapnya
Alat kontrasepsi siapa?
Semenjak Laras tinggal di rumah Ibu dan berpura-pura sebagai sepupu, perhatian Mas Bram mulai berkurang. Jika dulu Mas Bram sering mengajakku berbicara, namun kini dia pelit bicara sekedar untuk bertanya. Ibu juga yang biasa suka teriak, kini menjadi kalem sejak ada Laras. Apakah Ibu sedang menutupi kelakuan jeleknya di hadapan Laras, demi mendapat perhatian wanita hina itu. Aku tak tahu sampai berapa lama Laras tinggal, rasanya sungguh jengah. Aku mulai kesepian, terkadang dalam kesendirian kutumpahkan keluh kesah pada sang Khaliq. Mengadu segala beban dan deritaku, semoga aku diberi kekuatan untuk menghadapi manusia-manusia dzolim ini. Walaupun merasa dikucilkan, aku tetap melakukan pekerjaan seperti biasa. Setiap pagi selesai salat Subuh, aku memasak lauk dan mencuci piring. Belum ada seorangpun yang bangun, juga Laras si wanita kebanggaan Ibu. Kadang aku tidak habis pikir, wanita seperti Laras yang tidak pernah bangun pagi juga
Baca selengkapnya
Kumpul kebo
Namun, saat melewati kamar Eka aku mendengar suara desahan dari dalam. Siapa di dalam dan sedang apa mereka, di dorong rasa penasaran aku intip dari lubang kunci. Astaghfirullah ..... Jeritku tertahan, apa yang barusan kulihat? Aku mengucek mataku untuk memperjelas pemandangan di depan. Tidak salah, dua manusia hina dan mesum itu sedang asyik bergumul di atas ranjang. Mas Bram tanpa sehelai pakaian pun sedang menindih Laras di bawah yang keenakan. Suara desahan itu masih terus terdengar sesekali di iringi tawa cekikikan. Darahku mendidih seketika, berani-beraninya mereka berbuat mesum di rumah ini. Apalagi mereka bukan muhrim, tidak sepantasnya berbuat asusila. Aku yang sudah tak tahan, segera menggedor kamar itu. "Mas ... Buka pintu! Apa yang Mas lakukan didalam. Keluar!" teriakku. Bram dan Laras terkejut, keduanya segera memakai pakaian. Ibu juga terbangun mendengar teriakan ku, keluar kamar dan menghidupkan lampu. B
Baca selengkapnya
Talak
"Winda ...," teriak Mas Bram mendekatiku. Kemudian tanpa kusadari Mas Bram mengayunkan tangannya ke pipiku. Plak !! "Jangan keterlaluan kamu, selama ini aku sudah berusaha menahan dirimu karena Ibu. Aku sudah lama muak padamu, kini aku hanya mencintai Laras seorang bukan lagi kamu. Pergi kamu dari rumah ini, Pergi!" teriak Mas Bram yang membuat semua penghuni rumah terkejut termasuk aku. Aku terpana tidak percaya, benarkah Mas Bram mengusirku? Hanya demi wanita ini dia sampai hati menampar dan mengusirku. Seketika bulir-bulir air merembes, runtuh sudah perlawanan ku. Tadinya aku berbuat kasar hanya demi mempertahankan rumah tanggaku. Namun, tak kuduga Mas Bram malah tega melukaiku. "Kenapa Mas? Kenapa kamu lakukan semua ini padaku, demi wanita hina ini kamu tega menampar bahkan mengusirku. Kenapa?" teriakku mendorong tubuhnya. "Karena aku udah gak cinta kamu lagi, aku udah muak melihatmu yang tak pernah se
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status