Antara Dua Hati

Antara Dua Hati

By:  Latifah Tee  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
36Chapters
5.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Arrazi El Fathan, seorang pemuda yang terlibat cinta dengan anak dari atasannya. Dengan berani dia melamar gadis itu. Namun, lamarannya harus mengalami penolakan dari orang tua kekasihnya karena perbedaan status. Maida, gadis itu pun menolak lamarannya karena belum ingin terbebani dengan pernikahan. Razi yang kecewa tanpa berpikir panjang menerima perjodohan dari sang ibu. Hana, gadis sederhana yang lembut itu pun sah menjadi istrinya. Masalah dimulai ketika Razi kembali ke Jakarta bersama istri dan ibunya. Maida yang tidak terima berusaha keras agar Razi kembali ke sisinya.

View More
Antara Dua Hati Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Indah Hayati
ini novel masi berlanjut gak sih masa gitu aja jalan cerita nya kapan up lagi thor makin penasaran apakah hana ama razi bakal bersama lagi
2022-07-03 07:36:59
0
user avatar
NR83
lanjut terus
2021-12-03 12:46:03
1
user avatar
Pelukis Hujan
Semangat nulis
2021-11-24 10:02:52
1
36 Chapters
Bab 1 : Pelarian
Lelaki berkemeja biru muda itu meminum teh yang baru saja dihidangkan. Dengan sedikit gugup dia meletakan kembali cangkir porselen dengan ornamen bunga itu ke atas tatakan di meja.“Ehm ... jadi kedatangan Nak Razi ini untuk melamar anak kami, Maida?” tanya lelaki paruh baya yang duduk berseberangan dengannya. Pandangan matanya tegas menyorot wajah pemuda itu.Razi mengangguk sembari tersenyum. Dia belum bisa menghilangkan kegugupan sepenuhnya. Lelaki bertubuh tinggi itu memang bukan orang asing lagi bagi kedua orang tua Maida. Semenjak dulu, mereka telah mengenal Razi beserta latar belakangnya. Namun, menerima lamaran bagi putrinya tentu bukan soal kedekatan atau keakraban semata, karena setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi putrinya.“Begini Nak Razi, kami merasa tersanjung Nak Razi berkenan melamar putri kami satu-satunya, tetapi ... pernikahan bukanlah hal sembarangan. Ini terkait soal jaminan kebahagiaan masa dep
Read more
Bab 2 : Pindah Ke Jakarta
Tak ada resepsi mewah. Pernikahan yang terbilang mendadak ini hanya dihadiri oleh keluarga terdekat saja. Razi lebih sering terlihat diam, begitu juga dengan Hana. Meski tak banyak bicara, aura kebahagiaan jelas terpancar dari wajahnya. Gadis berparas jelita itu memang tak sering jumpa dengan Razi, karena sejak SMP lelaki itu tinggal di Jakarta. Hanya sesekali saja saat pulang kampung. Namun, ada perasaan tersembunyi yang sejak dulu dipendamnya.Hawa gigil menyergap kulit. Udara pedesaan di Kota Resik itu memang dingin tatkala malam menyapa. Hana masih terjaga menunggui suaminya di larut malam yang semakin beranjak. Tak lama, terdengar suara daun pintu di tekan, lalu pintu kamar itu pun terbuka perlahan.Razi sedikit terkejut tatkala melihat seorang gadis berada di kamarnya. Sejurus kemudian tersadar bahwa dirinya telah menikah.“Belum tidur?” tanya Razi dengan sedikit gugup. Ini adalah pertama kali baginya sekamar dengan perempuan
Read more
Bab 3 : Kenyataan Pahit
“Mai,” desis Razi sembari berusaha melepaskan pelukan Maida.“Maaaaaf, kamu sih lama banget perginya,” ujar Maida sembari melepaskan pelukannya lalu mengaitkan tangannya di lengan Razi.“Mai.” Razi melepaskan genggaman Maida di lengannya.Hana memalingkan pandangan ke halaman rumah di depannya, tak ingin melihat suami dan perempuan yang menurutnya sangat tidak sopan.Maida memandang ke arah Hana. “Ini siapa, Raz? Sodaramu dari kampung?” tanya Maida sembari menunjuk Hana dengan telunjuknya.“Itu ...." Razi menjeda ucapannya lalu menggenggam tangan Maida dan membawanya ke halaman menuju mobil Maida berada.“Hana, nanti aku jelaskan,” ucap Razi kepada Hana sebelum mereka berdua masuk ke mobil.Hana hanya mematung menyaksikan suaminya pergi bersama wanita lain. Tanpa terasa, buliran bening jatuh melewati pipinya.Razi m
Read more
Bab 4 : Bertemu Di Kantor
“Jadi, siapa cewek yang tadi?” tanya Bian sambil tetap konsentrasi menyetir.“Kepo,” jawab Razi sekenanya. “Aaahhh ... gak asik, Lu!”Razi tersenyum puas. “Heh, playboy kaya lu gak cocok sama cewek kaya Hana. Lu liat dong penampilan dia! Pake jilbab gede, pake gamis, alim kaya gitu. Nah, elu?”“Oh, jadi namanya Hana.” Bian tersenyum. “Gue tuh bukan playboy. Gue cuma belum menemukan cinta sejati aja, jadi yaaa selama ini gue lagi dalam masa pencarian cinta sejati gitu lah pokoknya,” lanjutnya sambil terkekeh.Razi hanya geleng-geleng mendengarkan ocehan sahabatnya. Pandangan pemuda itu masih tertuju kepada kertas-kertas laporan di pangkuannya.Tring!Sebuah pesan mendarat di ponsel Razi.[Aku sakit, kamu bisa ke sini?]Sebuah pesan dari Maida.[Kerja]Balas Razi sing
Read more
Bab 5 : Pilihan Yang Sulit
Hana menepati janjinya untuk belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik. Di usianya yang baru sembilan belas tahun, dia memilih untuk berhenti kuliah yang baru dijalaninya selama dua semester. Dia ingin menjadi seorang istri yang berbakti kepada suami juga ibu mertuanya.Nilai-nilai agama yang meresap dalam dirinya, 'memaksanya' untuk lebih mendahulukan tugas sebagai istri dan ibu rumah tangga. Meski memang hal tersebut sangat berat baginya. Meninggalkan keluarga, pendidikan, kampung halaman, semua dilakukan demi bisa berbakti kepada lelaki yang telah menghalalkannya.“Assalamu'alaikum.”“Wa'alaikumusalam, Hana, kok lama?” tanya Bu Ratna saat menantunya sampai di rumah.“Maaf, Bu. Tadi temannya A Razi sakit,” jawab Hana sambil melepas jilbabnya. Udara di ibukota memang terasa begitu panas baginya, terlebih selama ini dia tinggal di daerah yang hawanya sejuk.“Sakit kenapa, Han?
Read more
Bab 6 : Tak Ingin Kalah
Terlahir dari keluarga kaya membuat Maida terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan. Tanpa sadar hal tersebut mendidiknya bahwa apa yang dia inginkan harus menjadi miliknya. Maida adalah sosok pekerja keras, tetapi egois. Dia adalah seorang wanita yang tidak mudah menyerah atas sesuatu.“Mai ...,” bisik Razi. “Jangan seperti ini.”Maida semakin mengeratkan pelukannya.“Aku gak akan lepasin sampai kamu jawab pertanyaanku.”Razi menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan. “Baiklah, aku jawab sekarang.”Maida melepaskan pelukannya.Razi memutar tubuh, kini keduanya saling berhadapan. Lelaki yang awalnya diliputi keraguan itu menatap kedua manik coklat Maida, dia meletakan tangannya di kedua bahu wanita yang begitu mengharapkan cintanya.“Mai, terima kasih, karena ... kamu sudah mencintaiku yang bukan siapa-siapa ini. Aku berusaha untuk melupakanmu, jujur ... itu memang sulit. Ta
Read more
Bab 7 : Perjodohan Yang Gagal
Keterkejutan Hana belum usai, ribuan tanya berkecamuk dalam hatinya.“Maksud kamu apa?” tanya Hana dengan raut muka penuh tanya, matanya mulai menghangat.“Hana, ada tamu? Kok gak diajak masuk?” Bu Ratna berbicara dari dalam rumah, lalu menghampiri menantunya yang berdiri di depan pintu.“Loh, Neng Maida?” ujar Bu Ratna saat melihat gadis itu.Maida tersenyum. “Iya, Bu.”Hana tidak menyangka kalau mertuanya mengenal Maida. Dia semakin merasa tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.“Sudah lama ya? Sekarang Neng Maida tambah cantik. Hayuk masuk dulu,” ujar Bu Ratna ramah.“Iya , Bu, pengen sih ngobrol-ngobrol sama ibu lagi. Tapi sekarang Maida harus kerja, tadi kebetulan aja lewat sini jadi mampir.”“Kalau begitu kapan-kapan main ke sini, ya? Sudah nikah?”“Belum, Bu.&rd
Read more
Bab 8 : Ujian Pernikahan
Bisakah cinta sejati itu dikenali sejauh mana kesucian dan ketulusannya? Apakah cinta sejati itu berarti harus bisa menyatukan dua orang yang saling mencinta?Hidup manusia sudah ditulis sejak lima puluh ribu tahun sebelum manusia diciptakan. Dengan siapa dia berjodoh, dengan siapa cinta pada akhirnya berlabuh, pun sudah ada dalam suratan takdir. Terkadang, manusia menjadi tak sadar, juga tak mampu menerima takdir yang telah digariskan-Nya. Terlebih dalam urusan cinta, sebagian manusia telah dibutakan olehnya.Dalam pepatah Arab dinyatakan : “Cintamu kepada sesuatu menjadikanmu buta dan tuli.”Ketika badai asmara yang menggelora tak lagi mampu dibendung, mata seolah tak mampu melihat mana yang baik dan buruk. Telinga menolak untuk mendengar nasihat yang benar. Dan hati tak lagi peduli bahwa akan ada orang lain yang mungkin tersakiti.Tampaknya, cinta itu telah membutakan mata dan hati Maida. Dia tak lagi peduli akan kon
Read more
Bab 9 : Permintaan Yang Egois
Kedua lelaki itu menghampiri Hana.“Hana, bisa kita bicara sebentar?” ucap Pak Robi dengan tersenyum.Hana mengangguk. Mereka berjalan ke kantin dan memilih satu meja yang cukup sepi di belakang. Memang, saat itu bukan jadwal makan siang, jadi belum banyak pengunjung di kantin Rumah Sakit tersebut.Seorang pramusaji mengantarkan minuman untuk ketiganya. Hana sedikit gelisah, ada perasaan tak enak menjalari hatinya. Gerangan apa yang membuat pak Robi ingin bicara dengannya, Hana masih menerka.“Kamu menjenguk Maida?” tanya Pak Robi.Hana mengangguk pelan.Pak Robi tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Lelaki yang duduk di sebelah lelaki paruh baya itu menatap Hana lekat, seolah sedang memindai wajah perempuan berjilbab ungu itu.“Baik, langsung aja ke permasalahannya ya Nak Hana.” Pak Robi berhenti sejenak, lalu menyeruput kopi yang dipesan. Seraut kekhawatiran tam
Read more
Bab 10 : Kesepakatan Yang Sulit
Keadaan Maida semakin membaik dan sudah bisa pulang. Setelah di rumah, perempuan berambut sebahu itu lebih sering diam di balkon atau tiduran di kamar. Tak ada keinginan untuknya keluar.“Mai!”Bian datang menjenguk, membawa sekotak coklat kesukaan sepupunya.Maida yang sedang duduk di balkon hanya menoleh Bian sekilas. Pemuda tinggi tegap itu menghampirinya, lantas memberikan coklat.“Gue belum boleh makan coklat,” ujar Maida, tapi tetap saja dia membuka kotak dan memeriksa isinya.“Halah, emangnya lu sakit apaan? Lu udah sehat?” Bian menempelkan telapak tangannya di kening Maida.Maida menepis tangan Bian. “Gue gak demam.”“Mai, lu kenapa sih bisa senekat itu?” tanya Bian seraya mengambil sebungkus coklat di tangan Maida dan memakannya.“Gue juga gak tahu.”“Masa gak tahu? Aneh, Lu!”
Read more
DMCA.com Protection Status