PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA

PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA

By:  Emaknya Daru  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
164Chapters
27.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dewi dan Roni pasangan yang belum lama menikah. Pernikahan mereka terpaksa di terima oleh orangtua Roni yang tadinya menentang, hanya karena Dewi seorang yatim piatu. Mengingat karena Roni adalah anak satu-satunya orang tuanya. Namun ternyata kepulangan Roni bersama Dewi, istrinya ke rumah orang tua Roni. Membuat banyak misteri yang selama ini tersimpan rapat, terkuak satu demi satu. Termasuk tentang jati diri Roni dan Dewi yang sebenarnya.

View More
PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Zhu Phi
Rumah Kosong di Dusun Angker sudah update lagi ya. Kali ini sampai tamat. Ikuti terus perjalanan Clara.
2022-12-05 00:12:52
1
user avatar
Aksara Ocean
harus semangat, aku selalu nunggu bab baru. seru pokoknya.........
2022-03-16 20:01:38
2
user avatar
RatuNna Kania
Next Thor gak pake lama.
2022-03-16 15:18:06
3
164 Chapters
Pertama kali ke rumah Mertua
Dewi bergidik, melihat patung kuda berwarna coklat keemasan yang tampak berdiri gagah di halaman rumah mertuanya. Dewi merasa, mata patung kuda itu seperti sedang melihat ke arahnya dan memperhatikan setiap gerak geriknya. Patung kuda itu seperti bentuk ucapan selamat datang, bagi siapapun yang datang ke rumah mertuanya. Dewi takut, tapi merasa takjub dengan keindahan patung kuda itu. Patung itu berdiri dengan gagah. Bak ksatria yang sedang berada di medan perang. Dewi terus saja memperhatikan setiap detail patung kuda itu. Tak ada cela, sungguh piawai orang yang membuat patung kuda ini, bathin Dewi. "Ayo Yang, kita sudah ditunggu Bapak dan Ibu." Panggilan mas Roni, membuat Dewi kaget. Dialihkan pandangannya pada Roni, suaminya. Senyum manis yang terpaksa harus dia ditunjukkan pada suaminya, menghiasi bibirnya yang tipis. Sesungguhnya masih ada keraguan di hatinya. Akanka
Read more
Keras hati
"Kalau Mas Roni yang pilih, gak mungkin salah. Gak mungkin Mas Roni asal-asalan pilih istri. Ibu pasti seneng punya mantu kayak Mbak Dewi." Bik Jum justru semakin membuat Dewi tersipu malu.  "Bapak sama Ibu, ada Bik?" tanya Roni. Keadaan rumah memang sangat sepi. Itu sebabnya Roni bertanya. Diedarkannya pandangan ke sekeliling rumahnya, mencari sosok Bapak dan Ibunya. "Ada Mas, lagi di ruang keluarga. Sudah menunggu Mas Roni. Makanya Bapak sengaja nggak pergi ke kebun. Yuk, bibik antar," tawar bik Jum.  "Gak usah Bik. Roni sendiri saja kesana," tolak Roni halus. "Memang, Mas Roni tau tempatnya?" tanya bik Jum.  Dewi merasa aneh mendengarnya. 'Bukankah ini rumah mas Ron
Read more
Sikap dingin Pak Darma
"Pak, sudahlah. Bapak kan, sudah janji sama Ibu, gak akan lagi mempermasalahkan status istri Roni. Dewi sudah jadi anak mantu kita Pak. Ibuk gak mau, Roni pergi lagi. Rumah ini sepi sekali, cuma ada kita disini." Bu Wati mulai merengek ke Pak Darma lagi.   Bagaimanapun, cinta seorang Ibu memang mampu menghancurkan batu sekeras karang. Seperti Pak Darma, yang akhirnya melunak. Meskipun sikapnya masih dingin.  "Kamu dengarkan Roni. Segitu sayang Ibumu denganmu, sampai dia rela membantah Bapak," kata Pak Darma langsung berlalu meninggalkan mereka yang masih terpaku.  "Jangan diambil hati perkataan Bapak. Biarpun begitu, setiap hari Bapak memikirkan kamu Ron. Kadang sampai mengigau, kamu ingatkan, sejak kecil Bapak yang paling menyayangi kamu. Bapak seperti itu, karena malu saja dengan temannya. Karena kamu menolak untuk dijodohkan," jelas Bu Wati panjang lebar.  Bu Wati takut, R
Read more
Takut
  Kulit Dewi yang putih dan wajahnya yang menurut orang-orang terbilang manis, membuat banyak orangtua yang jatuh hati. Ingin Dewi jadi anak mereka. Tapi entah kenapa, hati Dewi tak ingin memiliki keluarga yang utuh. Bagi Dewi, Bu Yanti adalah Ibunya, dan semua yang ada di panti adalah keluarganya. "Sayang …." panggil Roni dari luar kamar mandi, menyadarkan Dewi dari lamunannya. "Ya, Mas!" sahut Dewi agak keras. Suaranya beradu dengan suara air dari shower."Kok lama banget, kamu gak papa?" Roni mungkin merasa khawatir, melihat Dewi tak kunjung keluar kamar mandi. "Gak papa Mas!" sahut Dewi. Dewi mempercepat mandinya."Lama banget. Mas mau ajak kamu jalan-jalan ke rumah teman Mas," kata Roni, ketika Dewi keluar dari kamar mandi. Dewi langsung mengenakan daster, baju kebesarannya bila sedang berada di dalam rumah. "Besok aja, Mas. Dewi ngantuk." Dewi memang merasa sangat lelah hari ini. 
Read more
Bertemu sahabat
Kamar Bu Wati dan kamar mereka bersebrangan, hanya terhalang oleh sofa-sofa mewah yang tersusun sedemikian rupa. Disini biasanya Pak Darma dan Bu Wati mengobrol dengan tamu-tamunya."Buk, motor Roni masih ada?" tanya Roni pada Bu Wati."Masih, kuncinya di laci lemari yang di dapur," jawab Bu Wati. Roni langsung ke dapur mengambil kunci motornya. Motor yang sudah sangat lama tak dikendarainya. "Udah sore begini, mau kemana?" tanya Bu Wati lagi. "Roni mau keluar, ngajak Dewi ke rumah Iwan," jawab Roni. "Ya sudah. Jangan malam-malam pulangnya," pesan Bu Wati setelah mereka berpamitan dengan mencium punggung tangan Bu Wati dengan takzim. Sepanjang jalan, Roni menyapa beberapa orang yang berpapasan dengan mereka. Tak ada yang spesial di kampung ini. Hanya ada perkebunan sawit di setiap sisi jalannya. "Kita ke rumah teman Mas ya," kata Roni lagi. "Terserah Mas aja," sahut Dewi. Dia hanya mengikuti
Read more
Ternyata Iwan indigo
"Jaga istrimu baik-baik," pesan  Iwan, sebelum Roni dan Dewi naik ke atas motor.  Cukup membuat tanya di hati Dewi. Apa maksud bang Iwan bicara seperti itu? Sepertinya Roni juga merasa heran dengan kata-kata Iwan, terlihat dari raut wajahnya. "Um … ok Bro. Assalamualaikum."  "Waalaikumussalam. Hati-hati di jalan."  Roni langsung tancap gas, usai Iwan menjawab salamnya. Sepanjang perjalanan pulang, Dewi masih memikirkan kata-kata Iwan tadi. 'Apa maksudnya meminta mas Roni menjagaku baik-baik?' batin Dewi bertanya-tanya.Roni pun merasakan keanehan dari perkataan Iwan. Apalagi saat ditanya, Iwan berkilah, karena Dewi cantik m
Read more
Mengambil hati mertua
"Mas, gak ada salahnya nuruti Ibuk. Sampai kapan kalian diem-dieman kayak gini," kata Dewi mendukung Ibu mertuanya.  "Nanti aku juga nyusul ke atas," ucap Dewi. Untuk membujuk Roni agar mau menemui Pak Darma. Roni memandang Dewi, seakan tak percaya. "Kamu yakin?" tanyanya. Dewi sambut dengan anggukan kepala. Bu Wati tersenyum melihat anak dan menantunya itu. Dewi merasa harus bisa mencairkan kebekuan di antara Pak Darma dan mereka. Dewi merasa tak nyaman di rumah mertuanya, bila selalu melihat wajah masam Bapak mertuanya. Roni akhirnya menuruti kata-kata Dewi. Dengan ragu, Roni menaiki anak tangga satu persatu. Dewi dan Bu Wati yang masih di meja makan, memperhatikannya. Setelah memastikan Roni sampai di atas, Dewi segera membantu Bik Jum membereska
Read more
Ada yang mencurigakan
Akhirnya Dewi bangkit, melangkah ke arah jendela, mencoba memberanikan diri mengintip keluar. Dengan tangan gemetar dibukanya jendela kamarnya. Disibaknya tirai jendela perlahan. Dia celingukan melihat ke luar jendela. "Tak ada apa-apa. Apa cuma pendengaranku saja?" Lagi-lagi Dewi bergumam sendiri. 'Ah sudahlah, aku lanjut tidur lagi. Mungkin hanya suara angin' batin Dewi.  Baru Dewi akan melangkah kembali ke ranjangnya, Dewi mendengar suara itu lagi, bahkan kali ini disertai dengusan. Mendadak Dewi merasa takut, peluh membasahi pelipisnya. Rasa penasaran itu datang lagi, hingga mampu mengalahkan rasa takutnya.  Hati-hati Dewi membalikkan badan, mencoba mengintip dari balik tirai jendela lagi. Dewi menajamkan penglihatannya. Dia terkesiap melihat ada seekor kuda di depan jendela kamarnya. Matanya seketika membulat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Digosok
Read more
Ibu penjual tiwul
"Disini biasanya pekan hanya setiap hari Sabtu, biasanya selalu ramai dari pagi hingga sore hari," sambung Roni.  Roni memarkirkan sepeda motornya. Mereka berjalan terus hingga memasuki area pekan, hiruk pikuk khas Pasar juga terasa di Pekan ini. "Kamu suka tiwul kan?" tanya Roni. Dewi mengangguk saja.  "Kita cari makanan tradisional, sudah jarang ada kalau di kota."  Mereka terus menyusuri Pekan, hingga terus masuk lebih jauh ke dalam. Sampai mereka pada seorang Ibu yang duduk di sebelah emperan pedagang sayur. Ibu itu hanya duduk di atas bangku plastik kecil, dia memakai jarik, dengan tampah yang berisi bahan dagangan, ada di hadapannya. Dewi terus memperhatikan Ibu penjual tiwul. 'Ibu ini … seperti Ibu tadi. Ya, gak salah. Ibu ya
Read more
Pintu
Roni yang belum selesai menghabiskan tiwulnya, terburu-buru melahap habis sarapannya itu. Dia langsung menenggak segelas teh manis panas yang sudah disediakan oleh Bik Jum. Dan terburu-buru menyusul Pak Darma.  "Dewi, kita ke samping yuk. Bantuin Ibu membersihkan tanaman di samping rumah," ajak Bu Wati pada Dewi, begitu Roni dan Pak Darma sudah pergi.   Dewi mengekor saja di belakang Bu Wati. Sepertinya membersihkan tanaman menjadi satu alternatif, menghilangkan rasa takut Dewi di rumah mertuanya.  Dewi dan Bu Wati mulai asik membersihkan dedaunan kering dari tanaman-tanaman hias koleksi Bu Wati.  "Dewi, ambilkan sekop kecil di dalam gudang. Ibu mau menggemburkan tanah di dalam pot-pot ini," suruh Bu Wati, tangannya masih asik me
Read more
DMCA.com Protection Status