Me and You

Me and You

By:  Iccan  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
638views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Entah apa yang Ica rasakan ketika kakak dari sahabatnya melamar dirinya. Haruskah ia senang, sedih atau bagaimana? Bahkan untuk berkatapun ia tak mampu. Dan hal yang tidak pernah Ica duga sekarang datang. Seseorang kembali dengan membawa janji dan harapan untuknya. Di saat ia di hadapkan dengan dua pilihan. Bisakan Ica memilih satu di antaranya atau mungkin ia tak sanggup untuk menjatuhkan pilihan pada keduanya? Ikuti cerita untuk kelanjutannya. Terimakasih.

View More
Me and You Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
11 Chapters
Mencari
“Mau gak nikah sama kakak?” tanya Irsya.Apa Irsya baru saja melamarnya? Bagaimana hal ini bisa terjadi? Irsya sudah ia anggap sebagai Kakak sama seperti Rara sahabatnya. Ica bingung harus menjawab apa sekarang. Situasi seperti ini tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. “Emm ...” “Maaf kalo lancang,” kata Irsya lagi.“Ica gak tahu, Kak.” Ica masih tidak tahu harus menjawab apa.“Gak harus dijawab sekarang, tapi kakak minta tolong kalo ada hal yang mau ditanyakan, tanya aja ke kakak, Rara, atau mamah sama papah.”“Mereka tahu soal ini?” Tentu saja Ica menanyakan hal ini karena sebelumnya di antara mereka tidak ada yang memberi tahunya atau pun sekedar berbasa-basi ke arah sana. Ahh yang benar saja.Irsya menjawab, “tahu, kakak minta pendapat mereka terlebih dahulu sebelum kakak bicara sama kamu.”Perkenalan Irsya dan Ica sudah lama sama seperti ia mengenal Rara. Namun, intensitas kedu
Read more
Bertemu
Dan dibalasnya dengan menunjukkan jari yang membentuk isyarat OK dan tidak lupa dengan muka jailnya.“Ekhem.” Mendengar deheman dari Irsya. Ica tersenyum kikuk menampilkan deretan gigi putihnya menanggapi tatapan Irsya yang pasti sudah mendengar obrolan mereka. Setelahnya ia menyingkir dari pintu mobil lalu Irsya menutupnya.“Di rumah aja kan?” tanyanya pada Ica.“Iya, Kak, ngejar deatline.” Irsya mengangguk paham dan berkata, “kakak sama Rara pergi dulu, assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.” Lambaian tangan Ica mengiringi hilangnya mobil hitam itu dari pandangannya."Pokoknya tuh orang harus ketemu hari ini juga, inget, Ca, jahitan masih numpuk," batin Ica."Semangat, Ca,” ucapnya menyemangati diri sendiri dengan terus berjalan mencari pria yang ditugaskan oleh Pak Habib bersamanya.Sudah cukup lama mencari, tetapi masih saja tidak membuahkan hasil. Dan karena sudah masuk
Read more
Terlambat
“Ini biar gue aja yang bawa sekalian mau dipelajarin, sekali lagi gue minta maaf,” jelas pria itu lagi tak enak hati pada Ica.“Aku juga minta maaf, assalamualaikum,” kata Ica lalu berjalan meninggalkan Perpustakaan.Yang dibalas, “waalaikumsalam,” oleh pria itu.Ica terus berjalan menjauhi Perpustakaan menuju depan gedung fakultas untuk menunggu angkutan umum di halte depan. Selama Ica berjalan ia terus mengucap istighfar atas kecerobohan yang hampir saja berakibat juga pada orang tuanya. Ica sudah berjanji bahwa ia akan selalu menjaga semua yang telah Allah SWT kasih padanya karena semua itu hanya titipan dan akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat maka ia harus bisa menjaganya dari semua laranganNya. Walaupun Ica kadang harus bekerja sama dengan lawan jenis namun, ia mampu menjaga batasan saat harus dihadapkan dengan yang bukan mahromnya. Awal-awal pasti akan ada kecanggungan, tapi Ica mampu mengatasi masalah tersebut.
Read more
Pesta
Jika sudah seperti ini tidak ada yang bisa Irsya lakukan. Biarkan hal ini menjadi urusan kedua sahabat itu. Ia tak mau terlalu ikut campur atau lebih tepatnya Irsya diam dengan maksud ingin membantu Rara agar Ica bisa hadir, tapi ia tidak mau memaksa kehendak Ica. Apalagi jika alasannya karena pekerjaan. Irsya tidak mau gadis itu mengabaikan tanggung jawabnya hanya untuk hadir di acara orang tuanya.“Pulang dulu, Ca, assalamualaikum,” ucap Irsya seorang karena Rara sudah berlari menuju mobil terlebih dahulu.“Hati-hati ya, Kak, waalaikumsalam,” balas Ica.Irsya hanya tersenyum membalas ucapan Ica dan bergegas masuk mobil. Kemudian Ica melambaikan tangan.Rumah bernomor 12A merupakan peninggalan satu-satunya dari kedua orang tua Ica. Walaupun rumah ini tidak berlalu besar dan hanya ada dua kamar tidur saja, tetapi rumah ini selalu membawa kebahagiaan untuk keluarganya dan kini hanya dirinya seorang. Namun, suasana rumah selalu mengantarkann
Read more
Penguntit
“Ayo, Ca,” kata Irsya yang sudah membukakan pintu mobil. Setelah keluar dari mobil, gadis itu terdiam seperti memikirkan sesuatu.“Kak, tapi Ica malu,” ucapnya.Meskipun sering hadir di acara keluarga Rara, tapi selama ini hanya acara antar keluarga saja, tidak seperti sekarang. Yang sepertinya ini acara formal dengan rekan kerja orang tua Rara. “Malu kenapa? Kita kan keluarga,” ujar Irsya mencoba meyakinkan Ica, “udah ditungguin papah sama mama loh, Ca.”Baiklah. Tak ada lagi hal yang bisa ia gunakan untuk pergi dari acara ini. Ica berjalan beriringan dengan Irsya masuk ke dalam hotel menuju ruang acara berlangsung. MEWAH, satu kata yang mewakili tempat ini setelah Ica masuk ke dalam sana. Dekorasi dengan dominan warna gold yang terlihat elegan menghiasi ruangan ini. “Caa,” sapa Rara. Kemudian berdiri dari duduknya menyambut Ica.Banyak pasang mata yang tertuju padanya dan Irsya
Read more
Nganterin
Dari tempatnya duduk ia terus memperhatikan gerak-gerik seseorang yang sedari tadi tidak bisa ia alihkan dan selalu menuntun matanya untuk terus menatap pada gadis itu.“Abi, tau gak keluarga yang di meja sana?” tanyanya pada pria paru baya di depannya.“Itu keluarga Pak Herman dan Bu lita. Mereka yang menggelar acara ini.”Pria itu hanya mengangguk tidak berniat merespon lagi.“Ada apa?” tanya wanita yang dipanggilnya umi sedikit meledek.“Kakak suka sama salah satu gadis di sana, ya?” lanjut wanita itu lagi.Sedari tadi dirinya tidak memperhatikan perkataan uminya karena pandangannya terus memperhatikan interaksi dari keluarga Herman. Obrolan mereka terlihat sangat hangat menurutnya.Melihat gadis itu beranjak dari tempatnya segera ia akan menyusul namun, tangannya dicekal uminya terlebih dahulu.“Mau ke mana?”“Cari angin sebentar setelah itu balik lagi, Mi. Assalamualaikum.” Dirinya berjalan cepat mengejar Ica yang keluar ruangan.Ica terus berjalan keluar dari hotel berbintang it
Read more
Humaira
Alarm sudah berkali-kali bunyi sejak tadi namun, belum juga dimatikan oleh pemiliknya. “Eemmm,” eram seseorang bergerak untuk mematikan alarm dan melihat jam dengan wajah yang masih berat. “Astaghfirullah udah subuh,” ucap Ica saat mengetahui jika dirinya telat bangun tahajjut. Sebegitu lelahkah ia semalam sampai tidur sepulas itu. Setelah sampai rumah, Ica kembali melanjutkan pekerjaannya dan baru selesai jam 1 dini hari. Ini pertama kalinya Ica mengerjakan pesanan sampai selarut ini, biasanya hanya sampai jam 22.00 WIB paling malam ia tidur. Karena Ica masih kuliah jadi ia harus bisa mengatur pola tidurnya agar tidak mengganggu waktu kuliah di pagi harinya, tetapi kali ini ia melanggar peraturan yang dirinya buat sendiri. Selesai membersihkan diri dan dilanjut menunaikan sholat shubuh. Sekarang Ica sedang menata pesanan yang akan ia antarkan. Alhamdulillah tadi malam dirinya bisa menyelesaikan semua pesanan yang tertunda sehingga hari ini Ica bisa fokus pada tugas yang diberikan o
Read more
Salah Paham
Mereka mulai melakukan penelitian ke beberapa narasumber sesuai dengan rencana awal. Mereka bertanya, menyimak, dan mencatat informasi yang disampaikan setiap narasumber. Kali ini Alfa dan Ica bekerja sama dengan sangat baik. Tidak disangka proses wawancara selesai lebih cepat dari perkiraan mereka sebelumnya. Jadi saat ini mereka berdua hanya perlu membuat makalah saja. Alfa memang pintar dalam melilih tempat untuk bahan observasi. Dia memilih tempat yang di dalam lingkungan tersebut terdapat banyak para pengepul barang bekas, tapi berbeda rumah produksinya. Sehingga mereka dapat mencari banyak informasi di berbagai sumber tanpa harus berpindah ke tempat lain yang mana itu akan memakan banyak waktu. Tidak terasa jam sudah menunjukkan waktu dhuhur. “Sholat dulu ya, Kak,” kata Ica, “Ayo, Mai,” ajak Ica pada Humaira. Saat di perjalanan tadi gadis itu meminta Ica untuk memanggilnya Mai saja agar tidak terlalu panjang Mereka bertiga pun beranjak menuju masjid terdekat. Beberapa wakt
Read more
Rumah Makan
“Ca.” Ica menoleh saat seseorang memanggil namanya. Terlihat seorang pria tidak jauh dari mejanya lalu berjalan mendekat. “Kak Irsya,” lirihnya lalu berdiri dari duduknya. “Lagi nugas?” tanya Irsya. “Iya, Kak. Abis nugas terus mampir ke sini,” jawabnya. “Oh ya, duduk, Kak.” Ica keluar dari mejanya dan mempersilahkan Irsya untuk duduk di kursinya namun, pria itu justru mengambil kursi dari meja lain dan meletakkannya di sisi meja antara kursi Ica dan Alfa. “Kakak di sini aja.” Baru saja Ica akan duduk, seseorang menepuk bahunya. “Hai,” ucapnya dengan suara sedikit keras. Rara tersenyum kikuk mendapati ekspresi Ica yang kurang bersahabat karena mengagetkannya. Tanpa berucap apapun Ica bergeser duduk di kursi sampingnya, berhadapan dengan Humaira. Dan Rara duduk di kursi Ica sebelumya, berhadapan dengan Alfa dan Irsya di sisi meja antara mereka berdua. “Kenalin ini Kak Alfa dan ini adik Kak Alfa, Humaira,” Ica memperkenalkan mereka pada Irsya dan Rara. Mereka berempat pun berkena
Read more
Minimarket
“Sana, Mai, kamu aja yang masuk. Nih uangnya.” Alfa menyodorkan beberapa uang lembar kepada Humaira.Saat ini mereka bertiga berhenti terlebih dahulu di minimarket untuk membelikan pesanan umi Alfa yang tadi sudah mengingatkan anaknya itu agar tidak kelupaan.“Kan Kakak yang disuruh Umi,” tolak Humaira.“Tolong dong, Mai. Kakak ada keperluan nih,” bujuknya pada Humaira.“Biar aku aja yang ke masuk, Kak.” Ica menawarkan diri berhubung ada yang mau ia beli sekalian. “Kak Alfa sama Humaira tunggu di sini ya,” ucapnya lagi.Ica pun langsung turun dari mobil tanpa menunggu jawaban dari kakak beradik itu dan tidak menerima uang yang sudah Alfa sodorkan. Gadis itu terus berjalan masuk ke dalam minimarket. Setelah mengambil keranjang belanja dan akan mulai mengambil barang yang di beli tiba-tiba ia teringat sesuatu.“Ya Allah, tuh kan lupa nanya apa yang harus dibeli. Main turun-turun aja sih!” katanya dalam hati sambil mengetuk pelan jidatnya dengan jari telunjuk.Jika sudah begini tentunya
Read more
DMCA.com Protection Status