Dia Bangkit

« aujourd’hui je suis obligé d’être prisonnière, 17 années en tôle, 17 années à avoir des remords, 17 années à regretter d’avoir trop aimé mais aussi 17 années à préparer ma vengeance. Je sortirai de cet endroit et je deviendrai une vraie Lionne pour détruire tout ceux qui m’ont fait ça»

It was a case of running from frypan into fire when Mokunfayo bolted out of her supposed engagement party into the clutches of the bad kind of policemen. And when Mike -a drop dead gorgeous, but dangerous leader of an underground Mafia- comes to her rescue in the nick of time, sparks begin to fly. The problem was; it was supposed to be a one time meet up, getting stuck together was not supposed to be included in the messy mix. But there they were; a hurt, bitter, cold, calm and collected lawyer cohabiting in the same space with a hot, panty-dropping, rash, hardened criminal. It is right to assume that more than sparks would fly. Opposites, they say, attract and Mokun and Mike's case wasn't different. But with dark pasts, family secrets, pain and all the bitterness involved, would their attraction survive enough to bloom into something more beautiful? Follow the losses, pains and gains of both parties and the people around them.

Rubby adalah anak yang terlahir dengan kutukan. Ibunya meninggal saat dirinya di lahirkan. Oleh karena itu, seluruh keluarga membencinya dan menganggap dirinya sebagai anak pembawa sial. Sejak kecil, Rubby selalu di kucilkan. Hingga pada usia remaja, dirinya bertemu dengan seorang bangsawan yang tiba-tiba saja meminangnya dan memintanya untuk menjadi cucu menantunya. Akankah nasib Rubby berubah?

Ketika kandunganku menginjak sembilan bulan dan hampir siap melahirkan, suamiku, Arga Baskara, justru memerintahkan orang mengunciku di gudang bawah tanah dan menyuruhku menahan agar bayi itu tidak lahir. Karena istri almarhum kakaknya, Indri Magani, juga diperkirakan akan melahirkan hari ini. Arga pernah berjanji pada kakaknya bahwa anak pertama yang lahir dalam Keluarga Baskara akan dididik sebagai penerus dan menerima warisan keluarga. "Anak Indri harus lahir lebih dulu," kata Arga dengan tenang. "Dia kehilangan suaminya dan nggak punya apa-apa. Sementara kamu sudah memiliki semua cintaku, memberikan harta kepada anaknya adalah hal yang seharusnya." Kontraksi membuatku kesakitan sampai berguling-guling, aku menangis memohon padanya untuk membawaku ke rumah sakit. Arga mengusap air mataku dengan lembut, suaranya rendah dan mengandung bahaya. "Jangan berpura-pura! Aku sudah lama tahu kamu sama sekali nggak mencintaiku. Satu-satunya yang kamu pedulikan adalah kekayaan dan kedudukan." "Kamu sengaja mau melahirkan prematur hanya untuk merebut hak keponakanku... Bagaimana bisa kamu begitu kejam?" Wajahku pucat dan seluruh tubuhku gemetar. Aku berkata dengan suara pelan, "Aku nggak bisa mengendalikan kapan anak ini akan lahir, kelahiran prematur hanyalah kebetulan! Aku bersumpah, aku nggak peduli sama harta, aku hanya mencintaimu!" Arga tertawa sinis. "Kalau kamu mencintaiku, kamu nggak akan memaksa Indri menandatangani kontrak untuk melepaskan hak waris untuk anaknya. Oke, setelah dia melahirkan, aku akan kembali menemuimu. Bagaimanapun juga, yang ada di perutmu adalah darah dagingku sendiri." Arga menunggu di luar ruang bersalin Indri. Setelah melihat bayi yang baru lahir itu, barulah dia teringat padaku. Dia menyuruh sekretaris menjemputku ke rumah sakit, tetapi sekretaris itu dengan suara gemetar berkata, "Nyonya... dan bayinya... sudah meninggal..." Pada saat itu, Arga menjadi gila.

I could not decipher what was suddenly wrong with me the moment my eyes fell on him. Was it the mate pull or was it something I took? His blue eyes like a magnet kept pulling me close, captivating my sea-green ones entirely. I was not in the right frame of mind, I was certain and tried to walk away from him. Only to stumble on my own feet and in seconds, he was holding me up, his hands securely wrapped around my waist and the longing in his eyes evident. My eyes fell on his lips and I couldn't hold it in any longer. I pulled his face closer to myself, kissing his lips passionately whilst moaning in bliss as his hands ran all over my body. He pulled out of our intense make-out and stared deeply into my eyes, "what are you doing to me?" "I don't know, I can't get enough of you. Just please me Sire" My voice was sonorously filled with desire. He grabbed my butt possessively, "In that case, let's take this somewhere else. You are mine anyways, I will make you scream flower" Without waiting for my reply, he hoisted me up and I wrapped my legs around his waist, kissing him back with the same intensity as he walked towards one of the empty rooms in the mansion. ******************* After Elora Dawson gets her wolf and meets her mate, Blitz, she discovers her extraordinary Powers and vows to use her abilities to put the ferocious leader of her pack in his place. But would she be successful in this almost impossible quest? What happens when she discovers the secret behind her birth? What of her Love life with Blitz, given the tribulations surrounding their love? Will they overcome?

Usia pernikahan Safina dan Angga hampir setahun. Safina mendedikasikan hidupnya untuk suami dan keluarganya. Safina yakin mampu menaklukkan hati Angga dengan ketulusan cintanya. Ia ikhlas menerima perlakuan buruk dari mereka sambil menunggu datangnya hari bahagia. Benar saja!   Hari yang ditunggu-tunggu Safina datang. Suami tercintanya memberikan kejutan di pesta anniversary pertama pernikahan mereka. Safina menerima kado terindah di pesta itu.

Congratulations! You’ve been chosen. Hindi lahat ng tao ay nakakatanggap ng imbitasyon papunta rito. Hindi lahat ay handa. Pero ikaw, yes baby ikaw nga— ikaw ay pumasa. Welcome to EUPHORIA, the world’s most exclusive fantasy island. Dito, walang mali, walang bawal—maliban na lang kung hindi mo hiningi ang nangyari. You came here because something inside you wanted more. And tonight, you’re about to find it. Because desire comes in levels, and yours just unlocked the map. Ito ang companion anthology ng Euphoria series — isang koleksyon ng maiikling kwento ng guests, escorts, at staff na minsan lang natin makita sa main books. Dito mo malalaman ang kanilang: Wild encounters sa beach, sa cabana, sa secret sex zones Ligaya & Adonis Escort Service stories na mas juicy pa sa Passion X Wine. Tower Game at VIP party confessions na puno ng teasing at harutan. Forbidden crushes na hindi dapat mangyari, pero nangyari. Perfect ito kung gusto mo ng quick, spicy read na pwede mo basahin kahit isang gabi lang. Kung fan ka na ng Euphoria: Sugar Baby at Euphoria: The Final Boss, mas maiintindihan mo pa lalo ang mundo ng Euphoria after reading this diaries. Tamang- tamang init para sa gabing malamig.

Memories would flow back. Spells would be casted. The dead would be resurrected. A war would ensue. And a change in the atmosphere... the wicked ones became good and the good ones became wicked. The Chosen Twelve were destined to protect the mages of Ataraxia from formidable black creatures, in accordance to the prophecy of the Phoenix Empress. They were the Celestial Zodiacs, the most powerful twelve beings. They were the keepers of peace and order. The chosen ones who will soon retrieve Ataraxia from its ashes.

Sahabat wanita suamiku memutuskan untuk tinggal bersama kami saat dia tahu kami akan pindah ke rumah baru. Aku keberatan, namun suamiku langsung menyetujuinya. Tidak hanya itu, dia bahkan memberikan kamar anak peremuan kami kepada wanita itu dan anaknya, lalu menyuruh putriku pindah ke gudang. Aku tidak terima, namun dia bilang, “Jangan salah paham! Dewi hanya sahabat baikku, anaknya sudah kuanggap seperti anak kandungku, wajar ‘kan kalau aku pengen mereka tinggal di kamar yang lebih layak?” Aku tetap tidak setuju, sehingga suamiku dan keluarganya menyalahkanku dan bilang aku egois. Akhirnya, aku memutuskan untuk meninggalkan rumah itu bersama anak perempuanku. Saat itulah mereka panik dan sadar kalau mereka butuh aku.

Pada hari ibu mertuaku didiagnosis kanker rahim, dia membawa koper dan pindah ke rumahku. "Ibu nggak punya banyak waktu lagi, hampir nggak ada harapan," dia terisak, "Kalau kalian usir Ibu, kalian bukan manusia." Aku melihat suamiku yang diam tanpa kata, lalu beralih ke putraku yang selama ini kubesarkan dengan penuh kasih. "Kalian mau bilang apa?" Suamiku yang diam itu tampak muram, lalu menarik tanganku. "Soal waktu pasca melahirkan itu, mau kamu ingat sampai kapan? Ibu sudah seperti ini." Putraku juga ikut mendukung, "Nenek hampir tiada, merawatnya di masa tua itu kewajiban kita." Aku tersenyum menatap suami dan putraku. "Kalau begitu, silakan kalian yang merawat."