ENAK, PAK DOSEN!
“Apa yang bisa saya lakukan supaya nilai saya bagus, Pak?”
Diana bersandar di kursinya, menatap penuh arti pada pria yang dikenal sebagai dosen killer itu.
Damar, dosen dengan reputasi dingin, menaikkan satu alis. Senyum tipis melintas di wajahnya—lebih mirip ejekan daripada keramahan. “Kamu sudah gagal empat kali, Diana. Kamu tahu artinya? Gelar sarjanamu bisa lenyap. Masa depanmu habis.”
Diana pura-pura menggigit bibir bawahnya, lalu mencondongkan tubuh. “Kalau begitu… saya harus cari jalan lain, kan?” suaranya terdengar manja, sengaja dibuat lirih. “Saya tahu Bapak bisa bantu. Saya bisa… membalas dengan cara lain.”
Ia berhenti sebentar, menahan senyum nakal di bibir.
“Saya bisa kok jadi sugar baby Bapak,” lanjutnya, pelan tapi jelas. “Anggap saja… kompensasi tutup mulut atas malam itu.”
Tatapan Damar mengeras, seakan menimbang keseriusannya. Tapi Diana tidak bergeming. Ia justru semakin berani, bibirnya mendekat ke telinga pria itu.
“Saya serius, Pak,” bisiknya, mata berkilat menantang. “Kapan kita mulai kuda-kudaan nya?”
(MATURE 21+)