Vegeta Black Vs Goku Black

Vida was a waitress who put in eight hours a day in order to afford her $300 monthly rent and three square meals a day. She enjoyed each and every fantasy story as if it were true, and she longed to live in and explore the worlds depicted there. But she was shocked to find out it was true. Meeting a royal is the last thing she expected, but it happens. She does, indeed. Her visions morphed into steamy fantasies, and before she knew it, the handsome stranger was standing outside the bar where she worked. The question recurs, "Am I dreaming again?" They repeated in unison, looking into each other's eyes in disbelief. What happened afterwards is ancient history. And the ride was quite exciting.

La meilleure amie d'Olivia, Sandra, a retourné contre elle. Elle a dit du mal d'Olivia à son mari, l'assurant que c'est Olivia qui l'a fait tomber et l'avorter, qu'elle lui a dérobé et qu'elle le fait depuis des mois. Sandra a également déclaré qu'Olivia prenait en secret des pilules contraceptives, car elle ne voulait pas avoir d'enfant avec Nick. Elle l'a convaincu qu'Olivia était encore amoureuse de son amour de jeunesse, Marcus. Dans sa colère, Nick a envoyé sa femme en prison et a poursuivi sa vie avec l'amie d'Olivia, Sandra. Leur relation va-t-elle durer ? Olivia va-t-elle réussir à se venger et à récupérer son mari ?

(Note : bab tertentu mengandung 21+) “Buatlah Dylan bertekuk lutut padamu, Calla. Goda dia.” Calla mengerjap. “Ibu bercanda? Dylan itu kakak tiriku!” “Dia adalah pewaris tunggal. Kamu mau kita diusir dari rumah ini begitu saja setelah ayah tirimu meninggal?” tandas tegas Marissa, sang ibu. *** Setelah bertahun-tahun pergi, kali ini Calla pulang ke rumahnya hanya untuk menghadiri pemakaman ayah tirinya. Tapi ibunya, Marissa, ternyata telah memiliki rencana yang lebih gila. Yaitu menjadikan Calla sebagai alat untuk merebut warisan dari Dylan Asher, sang pewaris dingin yang kini memegang semua kendali. Masalahnya, Calla telah memiliki kekasih... dan Dylan juga bukan tipe pria yang mudah disentuh. Tapi siapa yang akan mengira jika satu sentuhan saja dari Calla... ternyata bisa membakar segalanya? "Kamu yang memulai permainan ini, Calla. Tapi akulah yang akan menyelesaikannya." ---Dylan Asher ***

She gave him everything, her love, her light, her life. Aurora healed Rowan’s broken soul, stood by him through darkness, and asked for nothing in return. But instead of love, she was met with hatred, indifference, and pain. Rowan’s heart belonged to Vivian, the woman who vanished without a trace, and he blamed Aurora, his fated mate, for her disappearance. His love for one blinded him to the truth of the other. Now Aurora is gone… and Rowan is left with nothing but guilt, madness, and the ghost of the woman who loved him more than life itself. Will he ever forgive himself, or is this his punishment for destroying his own destiny?

(Cerita untuk dewasa, mengandung adegan 21+ dan plot twist) Semula Maura hanya ingin mendapatkan uang yang sangat banyak. Ia ingin pergi dan menjauh dari ayahnya yang sering memukulnya, karena membenci wajahnya yang terlalu mirip dengan sang ibu. Ibu yang pergi meninggalkan suami dan putrinya begitu saja, karena terpikat dengan rayuan pria yang lebih kaya. Ia pun nekat mendaftarkan diri ke sebuah situs terlarang yang memperjualbelikan gadis-gadis perawan dengan harga yang tinggi, dengan nama Virginity For Sale. Situs yang kemudian menghubungkannya dengan para pria kalangan atas yang akan membeli keperawanannya dengan harga yang sesuai. Kesepakatan pun terjadi. Maura dijemput dengan helikopter pribadi menuju ke sebuah pulau terpencil. Pulau yang hanya memiliki satu mansion mewah, dengan pemiliknya seorang pria misterius yang ternyata bukan hanya akan membeli keperawanannya, namun ternyata juga telah membeli... seluruh hidupnya. ***

There's so much one can endure before they finally break. That's what happened to Kiara. Accused of causing Vivian to lose the future heir of Stone Howl pack, her father bears the brunt. Alpha Hunter, Her mate, kills him before her very own eyes. Her best friend is murdered brutally and the crime pinned on her. Thrown to the dungeons and tortured, her wolf deserts her. When she is freed and banished, she attempts to take her life only to wake up on a rival pack. What's more unexpected is finding out that she has a second chance mate, Alpha Darius. To him, she is a spy he should be wary of despite his growing feelings. To Kiara, he is another heartless bastard she should stay away from. But when the Silverlight pack is endangered, only she can save them. Secrets are revealed.She is not an ordinary wolf, she is the last descendant of the Royal White Wolf and possesses a power that can burn to ashes or build. Will Kiara believe in a matebond again? A conspiracy is brooding and she must fight for her new family.

Aditya, seorang tukang pijat biasa, mewarisi cincin misterius yang memberinya kekuatan super: sentuhan yang membangkitkan gairah wanita dan kekuatan fisik tak tertandingi. Dalam sekejap, ia berubah menjadi pengusaha kaya raya, dikelilingi wanita-wanita yang tergila-gila padanya. Hubungan ambigu dan intrik harem mewarnai kehidupannya yang baru, sementara rahasia cincin itu perlahan terkuak, membawa bahaya yang tak terduga.

Istri orang terkaya di Kota Silo sangat suka menyiksa para gadis muda yang cantik. Aku terlahir dengan anugerah tidak bisa merasakan sakit sedikit pun dan karena itulah aku menjadi kandidat sempurna di matanya. Jadi saat lagi-lagi aku diseret ke kamar mandi untuk disiksa .... Sang suami datang membawa wartawan dari Kota Silo dan menyatakan aku adalah putri mereka yang selama ini sudah menghilang. Demi memiliki kehidupan yang lebih baik, aku pun menjadi putri orang terkaya kota ini, menduduki status yang didambakan semua gadis di kota ini. Namun di balik topeng kebaikan mereka, ternyata mereka yang akan membuat luka lamaku terselubung luka baru. Mereka bilang, ini adalah harga yang harus kubayar untuk kesempatan menyandang status sebagai putri orang terkaya. Mereka bilang, kematianku adalah bentuk balas budi terpantas. Mereka benar, memang seharusnya begitu. Hanya saja ... merekalah yang akan mati, bukan aku.

พิมพ์ชนก หรือ "พิม"นักศึกษาปี 4 คณะนิเทศศาสตร์ ผู้ใฝ่ฝันอยากเป็นนักเขียนบทละครมืออาชีพ เธอเป็นคนฉลาด มีไหวพริบ และมุ่งมั่น เธอเลือกทำงานพาร์ทไทม์ในผับ "Black Velvet" เพื่อหาข้อมูลสำหรับเขียนบทละครส่งอาจารย์ โดยหวังว่างานชิ้นนี้จะเป็นใบเบิกทางสู่วงการบันเทิงโดยไม่รู้เลยว่า เธอกำลังเดินเข้ามาในโลกที่เต็มไปด้วยอันตราย และผู้ชายที่มีอิทธิพล ปกรณ์ มีโครงหน้าเข้มคมชัด หนวดเคราเพิ่มเสน่ห์และความเป็นผู้ใหญ่ ตาแสดงความมั่นใจและดูสุขุม ผมสั้นจัดทรงอย่างดี สวมชุดสูทสีเข้มให้ความรู้สึกภูมิฐานและน่าเชื่อถือ บุคลิกดูสุขุม อบอุ่น แต่แฝงด้วยความมั่นใจในตัวเองเจ้าของผับสุดหรูที่มีชื่อเสียงและอำนาจในวงการกลางคืน ไม่เพียงแต่เป็นเจ้าของผับ"Black Velvet"เท่านั้น แต่เขายังมีธุรกิจหลายอย่างที่เกี่ยวข้องกับ ธุระกิจสีเทาและยังมีบริษัทส่งออกสินค้าไปยังต่างประเทศอีกด้วยและ บริษัทส่งออก ภายใต้ภาพลักษณ์ของชายหนุ่มหล่อที่ดูสุขุมและมีเสน่ห์ เขาคือคนที่ทุกคนต้องเกรงกลัว และในวันที่เขาเห็นพิมพ์ชนกครั้งแรก เขารู้ทันทีว่าเธอจะทำให้เขาไม่สามารถละสายตาได้

"You think you know hate, Avery?" His voice a dangerous rumble that seemed to roll straight through me. "Hate is easy. It’s the love that complicates everything." "Love? Don't talk to me about love. You wouldn't recognize it if it clawed its way into your heart." Liam's expression darkened, "And whose fault is that, remind me? You destroyed every ounce of it." My eyes filled with tears instantly, my voice so thick, it hurt my throat as the words came out. "And you made me pay for it, in the most horrible way. A person who loved a girl with his whole heart would never be able to do what you've done, what you've allowed to happen. That's why I hate you, because you never loved me, or else you couldn't do all this to me." His eyes sparked with anger "You have no idea what you're talking about." "Maybe I do, maybe I don't," I shot back bitterly, "But it seems like the only thing you're good at is pretending. Pretending to care, pretending to love—" "That's enough!" his voice boomed. "You want to see how real my feelings are? I should teach you a lesson on underestimating them." I tilted my chin up in defiance "Go on then, teach me." The next moment was a blur of motion as he closed the distance between us. His hands gripped my face, not gentle but not cruel—a fervent, desperate hold. His lips met mine in an intense, raw kiss, fueled by anger and deep, relentless desire. The kiss was punishing, his mouth moving against mine with a fierce urgency that left no room for doubts or second thoughts. As he pulled back, his eyes bore into mine, challenging, questioning, daring me to deny what lay between us.