นักเลงอย่างเขาเคยกลัวใครที่ไหน แต่กลับยัยหมากระเป๋านี่ถึงได้ยอมนัก แตะต้องสีกายังไม่เคยแต่ทำไมกับเธอถึงชอบอยากเข้าใกล้ตลอด "ไต้ฝุ่น เรียกเฮียไต้ก็ได้" "คุณไม่ใช่พี่เราค่ะ" รันรานาแม่งไทป์เขาเลยว่ะ เขาจะทำอย่างไรดี ผู้หญิงคนเดียวที่รู้สึกว่าใช่ขนาดนี้ เขายากที่จะปล่อยเธอไปแต่เขาก็ไม่สามารถมีเมียทั้งๆ ที่เป็นนักเลงแบบนี้ได้เหมือนกัน ยังไม่พร้อมที่จะรับผิดชอบชีวิตใครด้วยซ้ำ ลำพังตัวเขาเองยังเอาตัวไม่รอด “เรารู้สึกดีบางครั้ง แต่ไม่รู้ว่ามันเป็นความชอบแบบไหน อาจจะแบบพี่ชาย” “ไม่เป็นไรเลยว่ะเธอ” -- เธอไม่เคยรู้สึกแบบนี้มาก่อน เตตะวันเคยอยู่ตรงนี้ตลอด คอยตามเธอไปทุกที่ คอยนั่งเฝ้าเวลาเธออ่านหนังสือ แต่ตอนนี้ไม่มีเขาแล้ว และมันทำให้เธอรู้แล้วว่า เธอไม่ได้อยากให้เขาเป็นแค่ พี่ชาย อย่างที่เธอเคยพูดออกไป เธอชอบเขา และเธออาจจะพลาดอะไรบางอย่างไปแล้วก็ได้ “ออกไปเถอะ… อย่าให้ฉันพูดซ้ำอีก” “ถ้าเฮียอยากให้เรากลับไป เราก็จะกลับ… แต่พรุ่งนี้เราจะมาอีกค่ะ” เขาทำเหมือนเธอไม่มีค่า บางทีความรู้สึกของเตตะวันอาจจะเป็นเพียงพายุเหมือนกับชื่อเขา
View More“Nay, lo mau ke mana sih buru-buru banget?” tanya Mia, sahabat dekat Naya sejak mereka duduk di bangku SD.
“Gue disuruh buru-buru pulang. Nggak tahu mau ngapain,” ucap Naya. “Lo ‘kan tahu sendiri kalau Bunda lagi ngomel, udah kayak petasan mercon.” Naya bangun dari duduknya sambil menjilati es krim coklat kesukaannya. Kemudian ia pergi meninggalkan sahabatnya di kedai es krim.
“Ya udah lo hati-hati!” Mia melambaikan tangannya pada sang sahabat yang sudah berjalan menjauh darinya.
“Sampai jumpa besok!” teriak Naya sembari menoleh ke belakang membalas lambaian tangan sahabatnya. Hingga tanpa sengaja ia menabrak pemuda yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.
“Kalau jalan tuh pakai mata!” Hardik sang pemuda yang memakai kemeja berwarna putih, dan karena kecerobohan Naya, baju pemuda itu menjadi kotor akibat bersentuhan dengan es krim Naya.
“Yah, es krim gue.” Naya tidak memedulikan pemuda yang ditabraknya, tapi ia malah menatap es krimnya yang terjatuh.
“Heh anak kecil! Kamu harus tanggung jawab!” bentak Gilang sambil membersihkan bajunya yang kotor karena es krim pakai tisu. ‘Nggak mungkin ‘kan aku pulang dulu buat ganti baju,’ batin Gilang.
“Maaf, Om, saya lagi buru-buru,” ucap Naya sambil menjilati sisa es krim yang masih menempel di stik kayu itu.
“Kalau udah rabun, pakai kacamata!” bentak Gilang sambil mengayunkan langkah kakinya menjauhi Naya.
Ia sangat kesal pada gadis yang menabraknya. Sudah mengotori kemeja, menyebutnya dengan sebutan Om, membuat Gilang tambah kesal. Selama ini belum pernah ada wanita yang menolak pesonanya. Baru kali ini ada seorang gadis yang tidak tertarik dengan pesonanya, bahkan memanggilnya dengan sebutan Om kepada sang pecinta wanita itu.
“Yeh gitu aja sewot. Tuh cowok kasar banget sih,” ucap Naya sambil terus menatap punggung pemuda itu yang semakin menjauh. “Jangan sampai gue punya suami kayak gitu. Amit-amit dah.” Naya mengetuk keningnya dengan jari telunjuk yang ditekuk. Kemudian ia segera berlari ke parkiran.
“Gara-gara dia nih gue jadi telat gini.” Naya melihat jam di ponselnya. Lalu dengan cepat ia memasukan kembali ponsel itu ke dalam tas. Setelah memakai helm, Naya segera menancapkan gas motor matiknya.
Setengah jam kemudian Naya sampai di rumah yang sederhana. Sudah ada dua mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.
Ia turun dan membuka helmnya, kemudian menyangkutkannya di spion motor. Naya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sambil terus menatap mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya.
“Nih, mobil bangus bener ya,” ucap Naya sambil mengusap-usap kendaraan mewah berwarna hitam mengilat itu.
“Bun, aku pulang!” teriak Naya. Sudah menjadi kebiasaannya saat pulang ke rumah pasti teriak-teriak memanggil sang bunda.
“Nay, jangan teriak kayak gitu, malu ada tamu,” sahut sang bunda saat anak gadisnya hendak menghampirinya di ruang tamu.
“Maaf, Bun. Udah kebiasaan soalnya,” ucap Naya sambil mencium tangan sang bunda.
“Kenalin nih, Tante Tyas sama Om Rizky dan juga anaknya.” Bunda Maya memperkenalkan tamunya pada Naya.
“Naya, tante.” Naya menyalami Tante Tyas. “Naya, Om.” Kini ia menyalami Om Rizky.
Saat Naya menatap Gilang, ia berusaha mengingat-ingat wajah laki-laki tampan yang penuh pesona berdiri di hadapannya sambil menatapnya tajam.
“Kamu! Anak kecil yang mengotori kemejaku ‘kan.” Gilang mengarahkan jari telujuknya pada Naya sembari menatapnya tidak suka.
“Eh, Om yang tadi ya,” ucap Naya sambil menyeringai. “Maaf, Om, tadi aku buru-buru karena Bunda mendadak nyuruh pulang.” Naya menundukkan kepalanya. Ia merasa tidak enak hati, ternyata orang yang ditabraknya adalah tamu sang bunda.
“Lang, sudahlah, Naya juga nggak sengaja,” ucap Mami Tyas.
Gilang adalah laki-laki dengan sejuta pesona, ia sangat memerhatikan pakaian untuk mendukung penampilannya.
“Naya juga udah minta maaf ‘kan.” Kini Papi Rizky menimpali. “Kayaknya kamu yang kayak anak kecil. Naya udah berbesar hati meminta maaf sama kamu,” lanjut Papi Rizky sambil tertawa pelan.
Naya mengulurkan tangannya pada Gilang. “Maafin Naya, Om.” Naya tulus meminta maaf pada laki-laki gagah itu.
Gilang mengembuskan napasnya dengan kasar. “Jangan panggil Om!” Gilang menerima uluran tangan Naya. “Panggil Gilang!” ucapnya sambil melepas tangan Naya.
“Iya, Mas Gilang, maaf,” ucap Naya. Lalu kembali duduk di samping sang bunda.
“Maksud kami datang ke sini, untuk memperkenalkan calon suamimu, Nay,” ucap Mami Tyas sambil tersenyum pada Naya.
“Calon suami?” Naya terlihat kebingungan. Ia menatap Ayah dan bundanya, mereka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
'Seriusan gue dijodohin sama om-om?!' batin Naya.
“Ayah sama Om Rizky udah sepakat menjodohkan kamu dengan Nak Gilang.” Kini Ayah Naya yang berkomentar.
“Kok Ayah nggak bilang-bilang sih!” protes Naya pada ayahnya.
“Emangnya Naya udah punya pacar?” tanya Mami Tyas dengan lembut pada calon menantunya.
“Belum sih, Tante,” jawab Naya pelan. Kini Naya menoleh pada bundanya. “Pacaran aja belum pernah ngerasain, masa udah nikah aja sih, Bun. Aku ‘kan mau ngerasain pacaran sama laki-laki yang Naya suka,” rengek gadis tomboy itu pada wanita yang sudah melahirkannya.
‘Ya ampun, masa gue harus pacaran sama tuh orang. Cakep sih cakep, tapi kasar gitu. Bisa sawan gue dibentakin dia terus kalau sampai pacaran sama cowok angkuh itu,’ ucap Naya dalam hatinya.
“Ya udah kalian pacaran dulu aja! Biar kalian tambah deket. Nikahnya juga masih beberapa bulan lagi ‘kan,” usul Mami Tyas yang disetujui semuanya. Kecuali, Naya dan Gilang.
“Gimana, Lang?” tanya sang mami pada putra semata wayangnya.
‘Nggak bisa nolak juga ‘kan,' batin Gilang. “Gilang setuju, Mi,” ucapnya sambil tersenyum. Walaupun merasa sangat terpaksa.
‘Gue iyain aja deh. Nanti ‘kan gue bisa menolak perjodohan ini kalau tuh orang bersikap kasar sama gue.’ Naya memantapkan hati untuk menjadi pacar dari laki-laki yang baru dikenalnuya.
“Gimana, Nay? Kamu juga ‘kan pengin cepet-cepet punya pacar.” Kini sang bunda yang bertanya.
‘Emang sih gue pengin punya pacar, kayak orang-orang yang berkencan saat malam minggu, tapi gue penginnya berpacaran dengan laki-laki yang gue cintai,’ batin Naya.
Naya menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. “Iya deh, Naya mau pacaran dulu sama Mas Gilang.
“Nah sekarang kalian resmi pacaran,” ucap Mami Tyas sembari menyunggingkan sudut bibirnya membentuk lengkungan indah di wajahnya.
‘Kayaknya baru gue doang deh, pacaran diresmikan sama calon mertua,’ ucap Naya dalam hatinya. ‘Kalau gue nikah sama dia, terus gue hamil dan punya anak. Gue nggak jadi kuliah dong, masa iya baru delapan belas tahun udah bunting. Temen-temen gue asyik belajar, kencan dengan orang yang dicintai, jalan-jalan ke mana pun yang kita sukai. Sementara gue lagi duduk selonjoran sambil mengusap-usap perut yang membesar seperti badut.’ Naya tenggelam dalam lamunannya.
“Nay, kenapa melamun?” Sang bunda menepuk bahu gadis tomboy itu.
“Eh nggak, Bun, Naya cuma lagi bayangin kencan pertama Naya dengan Mas Gilang.” Naya berbohong pada kedua orang tuanya dan sang calon mertua.
ตอนพิเศษตอนนี้สามารถเรียกรันรานาว่าหมอนาอย่างเต็มตัว เวลาผ่านไปเร็วเหมือนราวกับว่าเรื่องราวทั้งหมดพึ่งเกิดขึ้น ราวกับว่าเธอกับเตตะวันพึ่งเจอกันเมื่อวาน แต่ความจริงแล้วเขากับเธอคบกันมาย่างเข้าปีที่สี่แล้ว และวันนี้คือวันครบรอบของเขาและเธอ"หมอนา น้ำเต้าหู้ครับ""ขอบคุณค่ะหมอแดน" และใช่ ไม่รู้ว่าพระเจ้าเล่นตลกหรือเวรกรรมอะไรของเธอจึงได้ทำงานอยู่โรงพยาบาลเดียวกันกับหมอแดน ไม่ใช่ว่าเขาไม่ดีแต่หากเตตะวันมาเห็นเข้าคงได้นองเลือดอีกแน่"ไม่ต้องห่วงหรอกครับ ผมไม่ยุ่งหรอกสบายใจได้" เรื่องอะไรเขาต้องเอาตัวเข้าไปเสี่ยง ตอนนี้เขามองรันรานาเป็นแค่เพื่อนร่วมอาชีพเพียงคนนึงเท่านั้น ในเมื่อเธอมีแฟนเป็นตัวเป็นตนเขาก็ไม่ยุ่ง"ขอบคุณนะคะที่เข้าใจ แล้วก็ขอโทษเรื่องที่ผ่านมาค่ะ" เขาต้องมาเจอเรื่องราวให้เจ็บตัวเพราะเธอ "ไม่เป็นไรครับมันผ่านมาแล้ว"ครืด..ครืด"ตายยากเหมือนกันนะเนี่ยเฮีย" พอเห็นชื่อสายเรียกเข้าโชว์หราอยู่บนหน้าจอมือถือตนเองก็ได้แต่ขนลุก ทำไมเขาถึงโทรถูกเวลาเสียจริง"ฮะโหลค่ะ"'เลิกงานยัง'"เลิกพอดีเลยค่ะกำลังเก็บของ"'พอดีเดี๋ยวเข้าไปรับ'"โอเคค่ะ รีบมานะ" พอวางสายเธอก็รีบเก็บของใส่
Chapter 37( บทที่ ๓๗ บทส่งท้าย... )บทส่งท้าย..หลังจากวันนั้นก็ผ่านไปหลายเดือนเตตะวันและรันรานายังคบหาดูใจกันไปเรื่อยๆ เนื่องจากพวกเขาเป็นคนซ้ำๆเดิมๆไม่ได้หวือหวาอะไรมากและการงานของเตตะวันพึ่งลงตัว รันรานาเองก็เริ่มทำโปรเจคมากมายเลยใช้ชีวิตกันแบบเรื่อยๆไปก่อน แต่ต่อให้เหนื่อยแค่ไหนเตตะวันก็จะกลับมานอนกับรันรานาทุกๆวัน"เออๆไอ้ห่า""เฮียพูดกับเพื่อนดีๆหน่อยค่ะ อารมณ์เสียแต่เช้าเลย" เธอยื่นแก้วนมร้อนให้เขา วันนี้วันอาทิตย์เขาได้หยุดงานแต่ก็คุยโทรศัพท์กับเพื่อนแต่เช้า ส่วนเธอน่ะหรือ! ปิดซัมเมอร์วันแรกจ้า ดีใจสุดๆ"ปกติ" ปกติเขาก็เป็นคนพูดแบบนี้แต่รันรานาไม่ชินเสียที อาจจะเป็นเพราะว่าเขาไม่ได้พูดคำหยาบตอนอยู่กับเธอซักเท่าไหร่แล้ว"วันนี้เราจะทำอะไรดีคะ" ด้วยความดีใจที่ได้หยุดวันแรกทำให้เธอตื่นตัวและตื่นเต้นสุดๆ"ไม่รู้" ข้อเสียของเตตะวันคือเป็นผู้ช๊ายผู้ชายมากเกินไป ดิบเถื่อนจนไม่มีมุมหวาน แต่รันรานาก็มองว่ามันน่ารักดีเพราะเธอเป็นคนแรกของเขาแต่บางทีมันก็น่าน้อยใจ"เราเบื่อห้อง""เมี้ยว" โชยุเองก็เห็นด้วย เดินมาคลอเคลียขาใหญ่เลย"งั้นไปร้านสักละกัน""อีกแล้วเหรอคะ เราพึ่งไปมาวันก่อนเองน
Chapter 36( บทที่ ๓๖ )พอมาถึงร้านแดนก็บริการดีและไม่ได้ล่วงเกินอะไรเธอ เขาออกจะดูไปทางคนดีมากด้วยซ้ำและการมาเที่ยวร้านเหล้าก็ไม่ควรตัดสินนิสัย คนเที่ยวกลางคืนไม่ใช่ว่าแปลว่าเป็นคนไม่ดี"อยากลองไปแดนซ์ไหม" นั่งดื่มกันไปซักพักคุยอะไรนิดหน่อยแดนก็เริ่มชวยเธอออกไปเต้น"เราเต้นไม่เป็น" เธอเต้นไม่เป็นจริงๆ มันดูตลกๆแข็งๆมากแน่"ไม่เอาน่า มาเร็ว" แดนดึงมือเธอไปที่ตรงผับ เป็นครั้งแรกที่เขาโดนตัวเธอแบบนี้"เราเต้นไม่เป็นนะ" เธอยืนมองหน้าเวทีที่มีดีเจและทามกลางผู้คนที่เต้นกันอย่างเมามัน"โยกเบาๆพอ แบบนี้" แดนโยกตัวเบาๆตามจังหวะเพลงให้ดู แบบนี้ทำให้เขามีเสน่ห์มากขึ้น"แบบนี้เหรอ" ด้วยฤทธิ์แอลกอฮอล์นิดหน่อยในตัวเธอทำให้เธอกล้าทำ ปกติก็ไม่ได้คอแข็งเท่าไหร่ทั้งสองคนเต้นกันอย่างเพลิดเพลิน มีบางจังหวะอาจจะโดนตัวแนบชิดกันบ้างเพราะสถานที่บันเทิงคนเบียดเสียดแต่เขาก็ไม่เคยฉวยโอกาสกับเธอเลย แบบนี้สิสุภาพบุรุษ ไม่เหมือนกับอีกคนถนัดใช้แต่กำลัง"นา!""ฮะ..เฮีย" เขามาได้ยังไงกัน"มึงใช่ไหมที่พาเมียกูมา!"พลั๊ว! พลั๊ว!"เฮีย! เฮียอย่า!พอแล้ว!" เธอเองก็โลกหมุนไปหมดไม่มีแรงจะห้ามเขาเท่าไหร่ ไม่น่าดื่มเกินลิมิ
Chapter 35( บทที่ ๓๕ )รันรานาออกมาด้วยความรู้สึกหลายอย่างปนกัน เธอน้อยใจที่ไม่รู้ด้วยซ้ำว่าตอนนี้สถานะเธอและเตตะวันเป็นอะไรกันแต่เธอก็ยอมอยู่ข้างเขามาตลอด และเตตะวันก็ไม่ได้ผลักไสจินดาออกไปเลย เวลาก็ไม่ค่อยจะได้ใช้ร่วมกันเหมือนแต่ก่อนแล้ว เธอควรอยู่ต่อหนีถอยดี"เฮ้อ.." รันรานาเดินตามถนนสายนึงไปเรื่อยๆ ขนาดเธอวิ่งออกมาขนาดนี้เตตะวันยังไม่ได้ตามเธอมาเลย"หรือว่า.." หรือว่าเขาจะเบื่อเธอ เธอจืดชืดเกินไปหรือไม่ ขนาดเธอยังเบื่อตัวเองที่เอาแต่ทำตัวเดิมๆจืดๆ คิดได้ดังนั้นเธอจึงเดินแวะเข้าร้านขายเสื้อผ้าด้านหน้าในตรอก ดูแล้วเป็นร้านที่หรูหราและสะอาดแต่ทำไมคนช่างน้อยเหลือเกิน "สวัสดีค่า ยินดีต้อนรับค่ะลูกค้า" พนักงานร้านยิ้มแย้มแจ่มใสเข้ามาต้อนรับ"มีชุดแนะนำไหมคะ ขอแบบสวยๆเซ็กซี่แต่ไม่โป๊มากค่ะ" เธอแค่อยากเปลี่ยนลุควับๆแวมๆบ้างแต่ก็ไม่ได้อยากใส่โป๊ๆเพราะมันไม่ใช่เธอ"ยินดีเลยค่ะลูกค้า ลูกค้าสวยหุ่นดีใส่อะไรก็สวยค่ะ" ไม่ได้กะจะอวยขายอะไรมากแต่ผู้หญิงคนนี้สวยจริงๆ หุ่นก็ดีแต่แต่งตัวดูแก่ไปหน่อยพนักงานคิดในใจ"อันนี้คอลเลคชั่นที่ยังไม่เปิดตัวเลยค่ะแอบกระซิบ" พนักงานหยิบเสื้อสองตัวออก
Chapter 34( บทที่ ๓๔ )ข่าวของเตตะวันลงหนังสือพิมพ์บางส่วนในประเทศแต่กลับเป็นข่าวที่ติดเทรนในโซเชี่ยล จู่ๆลูกชายคนเล็กที่หายไปของเจ้าสัวเช้งก็กลับมา นี่มันอะไรกัน ผู้คนต่างให้ความสนใจเป็นอย่างมาก อีกทั้งภรรยาเจ้าสัวเสียชีวิต"ดูคนไม่ผิดจริงๆ" ร่างระหงส์ผมบลอนด์ทองเผยยิ้มมุมปาก ว่าแล้วทำไมเขาถึงมีออร่าน่าสนใจขนาดนี้ ตอนแรกเป็นนักเลงพอรับได้แต่ตอนนี้ยิ่งอยากได้ไปใหญ่ช่วงนี้เตตะวันและรันรานาต่างคนต่างยุ่ง ไม่มีเวลาให้กันและกันเท่าไหร่ เตตะวันเข้าสู่วัยผู้ใหญ่เต็มตัวและต้องรับผิดชอบงานมากมาย ส่วนรันรานาก็วุ่นกับการสอบ"คราวนี้มีเวลาให้เราแล้วใช่ไหม" ถึงปากจะบอกว่าย้ายมาอยู่ใกล้ๆเธอ แต่ส่วนมากเขาก็ทำงานหามรุ่งหามค่ำจนไม่ได้กลับมานอนห้อง "โทษที ให้" เขายุ่งจริงๆช่วงนี้ วันนี้ก็เจียดเวลาช่วงพรบค่ำมาได้จึงรีบมาหาเธอแต่ก็ไม่วายจอดซื้อดอกทานตะวันมาฝากเธอ เพราะรู้ว่ารันรานาคงงอนเขาแน่จึงค้นหาในอินเตอร์เน็ตว่าง้ออย่างไรดี"ฉลาดง้อผู้หญิงด้วยดอกไม้เหรอคะ" พอเห็นมุมโรแมนติกของเขาเธอก็ยิ้มออกมา ให้ตายสิจะให้งอนนานได้อย่างไร"ทานตะวันหนึ่งดอก" เตตะวันยิ้มมุมปากเกาท้ายทอยแก้เขิน"รักแรกและรักเดียวเ
Chapter 33( บทที่ ๓๓ ) รันรานากลับมานอนเล่นที่ห้องด้วยอารมณ์น้อยใจ เธออุตส่าห์ตั้งตารอแต่เขาดันกลับมาเทได้ง่ายๆ เธอนั่งรอนอนรอเขาอยู่ร่วมหลายชั่วโมง ข้าวก็ไม่มีอารมณ์กิน พอตกดึกเตตะวันกลับมาพร้อมสภาพที่ไม่ค่อยดีเท่าไหร่"เฮียไปไหนมา.." ความคิดที่คิดไว้ว่ากลับมาจะเป็นคนให้เขามาง้อได้พังทลายลง หลังจากเห็นสภาพของเขา"นา แม่เฮีย แม่เฮีย.." ตายแล้ว..เตตะวันแทบเสียสติ โลกทั้งใบของเขาได้จบชีวิตลง เขาพึ่งได้เห็นแม่และพูดคุยอีกครั้งในรอบหลายปี และเป็นวันสุดท้ายด้วย ใจของเตตะวันสลายในวันนี้"เฮีย.." รันรานาพอจะเดาได้ว่าเกิดอะไรขึ้น เธอคลุกคลีอยู่กับการเกิดแก่เจ็บตายจึงรับรู้ได้ถึงความรู้สึก"นาเฮีย ฮึก..ไม่ไหวว่ะ" ตั้งแต่โตมาแม้จะชกต่อยเจ็บปางตายแค่ไหนก็ไม่เคยร้องไห้ แต่วันนี้เขาได้แตกสลายและอ่อนแอเหลือเกิน "เราเสียใจด้วยนะ กอดไหม" พอเธออ้าแขนร่างหนาก็ทรุดเข้าไปกอดทันที เขาร้องไห้..แล้วกอดเธอแน่น ตอนนี้เขาจมดิ่งกับความเสียใจเป็นที่สุด ไม่สนว่าจะร้องไห้อ่อนแอให้เธอเห็น นักเลงก็เสียใจเป็น"เราแม่งไม่ได้เรื่องเลยว่ะ" เขาเหมือนคนเสียสติที่แม้กระทั่งคำแทนตัวเองยังจำไม่ได้ เขารู้สึกว
Comments