Sharena baru saja kecopetan, tasnya raib dirampas orang tak dikenal saat wanita itu sedang berjalan di trotoar untuk memesan taksi online. Sayangnya, Sharena belum sempat melakukan pemesanan dan sekarang dia sudah tidak tahu harus pulang dengan cara apa. Dia sudah berencana kembali ke rumah Saka, terserah jika bapak pria itu akan mengomelinya lagi yang pasti Sharena butuh bantuan sekarang. Jadwal syutingnya sudah lewat tiga jam, May pasti sedang sangat khawatir dan menghubunginya puluhan kali. Hari sudah semakin gelap, Sharena masih memutari jalan yang sama selama berjam-jam.
“Lah, ini tempat yang tadi, kan? Aku sudah 4 kali bolak-balik ke sini. Fix, nyasar. Kenapa kamu bego banget sih, Sharen? Di kota besar juga masih sempet-sempetnya nyasar.”
Kriukkk!
Sharena memegangi perutnya yang keroncongan, sejak tadi siang dia belum makan apa pun karena sengaja ingin mengajak Saka makan bersama.
“Haruskah aku minta makan sama penjual nasi gor
Sharena merapal doa saat memasuki rumah pribadi Saka dan istrinya yang begitu mewah. Tidak salah lagi, sekelas pangkat komandan mana mungkin hidup biasa-biasa saja bukan? Dari mobil dan penampilan Saka saja sudah tercium aroma manisnya uang yang banyak. Saat Sharena masuk di ruang tengah, rumah itu dalam kondisi gelap.Lampu berangsur menyala secara otomatis ketika Saka memasukinya. Mulut Sharena menganga takjub, semua sudut di rumah ini dilengkapi teknologi canggih yang mustahil Sharena miliki di kampung halamannya. Tadi saja saat Sharena masuk, pintu rumah itu terbuka sendiri. Oke, mungkin pemandangan itu sudah biasa Sharena temukan di hotel-hotel atau gedung-gedung modern lainnya di Ibu Kota, tapi untuk sekelas rumah, ini membuat cita-citanya menjadi sultan semakin meronta-ronta."Silakan duduk, saya mau ambil minuman dulu buat kamu," kata Saka dan Sharena hanya mengangguk patuh saja.Selama Saka tidak ada di sa
"Bercanda, Pak, serius deh cuma bercanda." Sharena menunjukkan tanda peace dan senyuman lima jari.Saka geleng-geleng setelah itu ia beranjak ke kamarnya yang ada di lantai dua. Tiba di kamarnya, pria itu memeriksa ponselnya terlebih dahulu. Lidya masih belum menghubunginya, sesibuk itukah pekerjaan Lidya sampai lupa mengabari suami? Ego tinggi seorang laki-laki menahan Saka untuk tidak menghubungi istrinya lebih dulu. Pria itu melempar ponselnya ke atas kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Lima belas menit kemudian Saka sudah keluar dengan lebih segar. Ia berganti pakaian dan setelah siap pria itu turun bermaksud mengajak Sharena ke kamar tamu yang akan wanita itu huni malam ini.Sayangnya, orang yang Saka cari tidak ada di ruang tamu. Saka celingukan mencari sosok Sharena, terbesit dugaan mungkinkah Sharena pergi? Tapi pakaian yang tadi Saka belikan masih ada di sofa begitu pun dengan plastik obat-obatannya. Saka berjalan ke
"Gue benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran istri lo, Ka. Maunya apa, sih?" ungkap Tristan dari seberang sana, dia sedang melakukan panggilan video untuk memastikan Saka masih hidup karena sejak tadi siang panggilannya terus diabaikan. Sekalian juga Tristan mau bertanya soal Sharena."Kerjalah, apa lagi," jawab Saka miris."Gue punya banyak kenalan wanita karier yang udah nikah tapi kelakuannya enggak gitu-gitu banget."Sebenarnya Saka tidak ingin menceritakan ihwal prahara rumah tangganya pada Tristan, hanya saja entah mengapa tanpa diberi tahu Tristan sudah tahu bahwa Saka sedang terkena masalah. Sehingga dia tidak berhenti memancing Saka untuk bercerita sampai akhirnya Saka tidak bisa menghindar lagi."Lo tahu sendiri Lidya karakternya kayak apa, dia workahlic akut.""Enggak usah belain dia, kesel gue dengernya. Anjir banget itu cewek, bikin lo nunggu sa
Saka memejam berat, dia segera memutus panggilan video dengan Tristan. Pria itu kembali menghubunginya tapi tidak digubris."Aku ganggu ya, Pak?" tanya Sharena hati-hati melihat ekspresi Saka seperti kesal."Kenapa kamu belum tidur?" Saka balik bertanya setelah menekan kekesalannya, tidak ada gunanya juga dia marah-marah tengah malam."Aku mau mengambil obat Pak, tadi ketinggalan di sini. Lukaku sudah dibersihkan jadi mau diobati sekarang."Saka mempersilakan Sharena untuk mengambil obat yang dimaksud, wanita itu tidak langsung kembali ke kamarnya dan malah duduk di sofa seberang Saka. Dia mengobati lukanya di sana sambil terus mengajukan pertanyaan demi pertanyaan pada Saka. Sepertinya bibir Sharena gatal jika tidak bicara."Pak Saka kenapa belum tidur?""Saya belum mengantuk.""Sudah jam 12 malam, Pak, besok pak Saka kerja,
May merampas ponsel dari genggaman Sharena ketika gadis itu mengetahui bahwa sang kakak kembali terhanyut dalam kegiatan bersosial media. Ekspresi Sharena masam lebih condong ke sedih ketika menatap ponsel itu. Tatapan Sharena seperti kosong memikirkan banyak hal."May, kembalikan ponselnya, kakak mau posting foto siapa tahu setelah ini kita dapat endorsment yang lebih banyak.""Kakak bukan lagi posting foto tapi lagi baca komentar sampah para netizen yang maha benar itu. Ngapain sih, Kak? Berulang kali aku bilang jangan coba-coba buka kolom komentar di saat seperti ini. Kita fokus saja dulu pada real life!" tegas May memasukkan ponsel kakaknya ke dalam tas lalu ia duduk di bibir ranjang kecil indekos yang mereka huni saat ini.Keuangan Sharena sedang guncang, sisa tabungannya terkuras gara-gara kasus prostitusi kemarin. Ditambah ia harus membayar beberapa denda yang diembankan padanya karena
"Gue tahu hal ini akan terjadi hanya tetap saja gue enggak menyangka lo bakal seberani itu, Ka. Bisa banget lo ya, di depan gue pura-pura nolak eh di belakang malah udah diajak nginep di rumah!" cerocos Tristan tanpa jeda.Sahabat Saka yang hobi rumpi itu masih mempersoalkan masalah kemarin, saat ia menangkap basah Sharena ada di rumah Saka. Sepulang kerja, Tristan mengajak kawannya itu ke suatu tempat yang nyaman dijadikan tempat nongkrong. Berhubung Lidya masih di Bali dan Saka pun sedang malas pulang ke rumah dengan cepat jadi dia menyetujui ajakan Tristan."Lo kemarin malam ngapain aja sama dia, hah?"Saka meneguk minumannya dan mengalihkan pandangan keluar. Pemandangan di sana dihiasi oleh benderang lampu-lampu yang berkilauan. Bandung sama ramainya dengan Jakarta saat malam tiba."Gue cuma nyuruh dia menginap karena enggak tega membiarkan dia tidur di masjid sendirian."
"Mundur kalian semua! Bagi siapa saja yang menghalangi rencana gue, maka gue enggak akan segan buat nusuk kalian pakai pisau ini!""Hhh, idiot kayak lo emang enggak tahu malu, ya. Sudah menipu orang dan sekarang lo malah bikin kerusuhan kayak gini. Menjijikkan tahu enggak?!" ujar seorang gadis yang di lengan kirinya sudah mengalir darah segar."Lo yang mulai duluan, lo yang nyerang gue, dasar cewek bangsat!""Gue enggak bakal menyerang kalau lo enggak macem-macem sama kakak gue. Di mana otak lo hah? Siapa elo sampai berani menghina dan melecehkan kakak gue kayak gitu.""Ha ha ha, lucu banget lihat lo ngomong kayak orang bener. Jangan sok suci deh, semua orang juga sudah tahu kalau kakak lo tuh lont-"Bugh!Tubuh pria itu terjerembap ke depan setelah Saka menendang punggungnya dari belakang. Semua orang memekik kaget sedangkan May hanya menatap bengis pria mes
Sebenarnya Sharena sangat ingin melarikan diri saat ini, berada dalam satu ruang dan waktu yang sama dengan Saka membuat jantungnya lelah karena berdegup lebih kencang dari biasanya. Sharena diam-diam mengingatkan perasaannya bahwa dia sedang dalam proses move on. Sharena tidak boleh membiarkan cintanya terhadap Saka semakin besar. Pria itu masih berstatus sebagai suami orang.Andai saja Sharena tidak dipertemukan dengan kedua orang tua Saka waktu itu, mungkin dia tidak akan memiliki perasaan bersalah semacam ini. Dia bisa terus memperjuangkan cintanya sampai titik darah penghabisan. Kini dia hanya bisa berandai-andai, kalau saja waktu bisa diputar dan dia dipertemukan dengan Saka saat pria itu masih lajang, mungkin sekarang pria itu sudah bisa ia dapatkan.May masih ada di ruang perawatan, dokter mengatakan bahwa lukanya harus dijahit karena ada bekas sobekan meski tidak begitu lebar dan dalam. Sharena menanti dengan gelisah dan tak berani buka suara meski se