Siapa yang pernah merasa tak punya siapa-siapa? Anila, seorang gadis 18 tahun mengalaminya. Ia merasa tidak memiliki keadilan di dunianya. Tidak memiliki teman untuk tempat bercanda, atau telinga untuk mendengar. Teman satu-satunya telah pergi. Kini, curhatnya hanya pada sebuah buku. Coretan asalnya menghidupkan lambang mantra 3A yang membuatnya pindah dunia. Akibat kesalahpahaman-nya, Anila menerima kutukan dari Dewi angin yang membuatnya memiliki kekuatan angin dan tak bisa lagi hidup di dunia nyata. Akhirnya hidupnya terjebak didalam alam buku milik Dewi Angin. Kehidupannya di alam yang berbeda membuat Ia sadar harus kembali menjadi manusia. Akankah Anila dapat menghapus kutukan dari Dewi Angin? Sedangkan, arti namanya, Anila adalah Angin.
view moreKetegangan terjadi di sebuah padang salju.
"Bodoh sekali dia, mau menuruti semua omonganku," gumam Aurora.
"Apa lagi?" tanya seorang remaja pria padanya.
"Cium dan cintai aku! Lupakan bahwa kau punya hati untuk orang lain. Hapus semua rasa cintamu kepada siapapun," pinta Aurora.
Pria itu tidak menolak, ia langsung saja mengambil langkah mencium erat bibir gadis di hadapannya.
Seorang gadis sebaya dengan pria itu tersimpuh rapuh memohon-mohon.
"Jangan lakukan itu, aku mohon jangan cium dia!" pekiknya tak berdaya.
Pria itu tidak menghirau sedikit pun. Ia benar-benar melupakan seluruh cinta dalam dirinya, dan secara rakus menikmati kejadian itu.
Gadis yang tersimpuh itu beberapa kali mengerang semakin kesakitan saat pria itu semakin asyik dengan Aurora.
Setelah beberapa waktu, Aurora melepaskan ciumannya. Memastikan tidak ada lagi cinta di dalam hati pria itu.
Aurora membekukan tubuh sang pria itu, lantas berkata, "Bodoh! Pria egois bernafsu sepertimu harus dihukum!" teriak Aurora.
"Pria yang dengan bangga baru saja menghianati kekasihnya demi keegoisan! Lihatlah apa yang kau hasilkan? Hukuman harus di jatuhkan terhadap sebuah kesalahan," jelasnya.
"Tidaak! Jangan hukum dia.... Dia pangeranku," ucap gadis itu sambil terus menahan sakit di jantungnya.
Pria itu tadinya benar-benar kehilangan rasa cinta. Sampai Aurora melancarkan kekuatannya mengutuk pria itu.
Pria tampan dengan pakaian hangat bermotif buku itu terlempar ke udara. Jiwanya mulai sadar dan berkata,"Maafkan aku, aku terlalu egois untuk benar-benar bisa mencintaimu, maaf–"
"Tidaaak!!"
Gadis itu berteriak begitu kencang melihat orang yang dia cintai harus kembali dikutuk di hadapannya dan dia tidak dapat berbuat apa-apa.
"Mereyaaa!!" pekiknya mengudara. Tubuh gadis itu perlahan mulai lenyap, menghilang menjadi sebuah hembusan angin.
Deg!
"TIDAKKK!!" teriak Anila ketakutan. Napasnya tersengal-sengal.
Malam itu sungguh berlalu dengan buruk baginya.
Gadis bernama Anila itu kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Berusaha menenangkan pikirannya yang kacau."Syukurlah hanya mimpi, mungkin diriku terlalu banyak menonton film fantasy semalam," Anila menghela napas lega.
Mimpinya barusan membuatnya melupakan suatu hal.
"Oiya! akukan hari ini ulang tahun," kata gadis itu terperanjat bangun. Dia melempar selimutnya dan bergegas membuka pintu.
"Selamat ulang tahun, Anila..." sahut Kakak, Adik dan Ibunya yang mengejutkannya di depan pintu. Kakaknya membopong kue ulang tahun tertancap lilin 17.
"Happy birthday, kak Anila..." ucap adiknya yang berusia 8 tahun itu.
Suasana haru tercipta. Iringan lagu ulang tahun bersama-sama dilantunkan sembari Anila memotong kue.
"Terimakasih banyak ya..." ucap Anila tersenyum haru.
"Eits, jangan senang dulu... masih ada kejutan lagi," potong kakaknya Anala.
"Masuk kamar sekarang, lihat meja belajarmu," lanjutnya.Anila menyeringai tak percaya, senyumnya lebih mengembang lagi melihat tumpukan hadiah.
"Makasih, Kak. Makasih, Bu, bener-bener makasih semuanya... hadiah sebanyak ini dari siapa aja, Bu?""Dari kita, dan dari..." Ibunya menjawab dengan tersenyum menggoda.
"Sudahlah, kan ada namanya. Baca sendiri aja. Dadah" kakaknya melambai keluar kamar "Ayo bu kita keluar,"
"Kak... " Anila berteriak.
"Baca sendiri!" sahut kakaknya juga ikut berteriak.
Anila hanya menggeleng senang. Menatap setiap kado yang diberikan. Memilih beberapa kado yang akan dibukanya lebih dulu."'Wah, yang ini bagus yah," simpulnya.
Anila melihat sebuah kotak dibungkus kertas kado berwarna emas. Di atasnya terdapat pita hijau yang ditalikan rapi.
Anila membukanya perlahan. Di dalamnya terdapat sebuah buku diary, seakan yang memberikan itu tahu, bahwa buku diary milik Anila telah habis beberapa waktu lalu.
"Ini sangat indah," pujinya.
Buku dengan tebal 140 lembar halaman, bersampul warna biru langit malam. Ada sebuah gambar seorang lelaki. Berdiri menggunakan jaket di sebuah padang salju dengan rembulan di atasnya bertuliskan 'Mereya' pada sampul depan.
Dibelakang sampulnya bertuliskan
'Setiap tulisan adalah mantra. Setiap mantra dapat membuat sebuah keajaiban.'Anila merasa begitu heran ketika membalik dan membaca tulisan di belakangnya. Terdiam sejenak. Lantas, Ia berlari ke dapur.
"Ibu, ini dari siapa?" tanyanya menunjukkan buku di tangannya.
Ibunya yang sedang memotong bumbu, mengamati sebentar kemudian hanya mengangkat bahu.
"Ibu, yang benar saja. Ini dari siapa?" tanya Anila lagi memastikan.
"Benar, Ibu tidak tahu. Setahu Ibu tidak ada yang memberikanmu buku."
"Lah?" Anila semakin penasaran, dia berlari ke kamar kakaknya.
"Kak ini dari kakak?," kembali mengangkat tangannya, menunjukkan buku itu.
"Bukan," jawab kakaknya singkat, melanjutkan menyisir rambutnya.
"Ayolah, Kak. Gak usah bohong deh, Ini ulang tahun Anila..."
"Bohong bagaimana? Seisi rumah aja Kakak semua yang bungkus kadonya, dan memang gak ada yang ngasih kado kamu buku, Nay," - Anala berpikir sebentar - "Eh, gatau deng kalau Gata yang ngasih, soalnya semeja itu sebenernya yang ngasih kado kamu cuma, Aku, Ibu, Ayar, sama Gata doang. Hahaha...."
"Oke" Anila pergi.
Anila bertekat menanyakannya pada Gata besok. Di sekolah.
* * 彡* *
Awan putih berjalan berdampingan di pagi yang cerah, pepohonan ikut berjalan bersamaan dengan laju motor Anila menuju ke sekolah.
Gadis sederhana dengan pakaian rapi dan tas digendong lekat di punggung. Jilbabnya menjulur menutupi seluruh bagian tubuhnya. Anila bukan termasuk gadis yang cantik dan suka mengikuti perkembangan dunia modern seperti teman-temannya.
Dirinya adalah gadis yang periang. Namun, karena kejadian beberapa tahun lalu. Saat Anila terjatuh, pipinya terluka. Hal itu menimbulkan bekas yang tidak bisa hilang.
Berbagai cara telah dicoba. Namun, hasilnya tetap nihil. Kini di pipinya terdapat sebuah keloid yang membuatnya nampak buruk di beberapa anak. Hingga, tidak ada yang mau lagi berteman dengannya di kelas.
Hari itu, sekolah masih sangat lenggang.
Anila selalu berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan, lebih pagi sebelum satpam sekolah membuka pintu gerbang. Tidak perduli seberapa banyak masalah yang menimpa. Senyumnya selalu mewarnai isi dunia ketika pagi hari tiba.Anila duduk sendirian menunggu petugas sekolah membuka gerbang masuk. Sudah lebih dari sepuluh menit Ia menyibukkan dirinya dengan bernyanyi-nyanyi sendiri. Namun, tidak juga gembok itu diberikan pasangannya.
Krieet!
"Nah, Alhamdulillah. Selamat pagi Pak Wan, kok tumben si lama banget buka pintu gerbangnya, biasanya kan jam enam-an udah dibuka," tanya Anila pada Pak Wandi, penjaga sekolahan.
"Udah Anila, kamu ini. Udah besok kamu aja lah yang bawa kuncinya. Bapak tadi kesiangan. Semalam Bapak harus lembur keliling sekolahan buat jaga," jawab Pak Wandi membuka gerbang.
"Hehe, maaf Pak... mari pak...,"
Anila berjalan menunduk melewati pak Wandi, lantas beranjak mencari kelas.Sekolah cepat sekali ramai. Sedari tadi, Anila mencari Gata untuk menanyakan tentang buku itu. Sampai sekarang, dirinya tidak juga melihat tanda-tanda kedatangan Gata.
Anila menunggu lama di taman sekolah.Bayangkan! Anila menunggu dari gerbang belum dibuka, hingga bel kini berdering.彡
Jadwal pelajaran hari ini adalah olahraga. Sebuah pelajaran yang tidak terlalu penting tetapi sangat menyusahkan umat manusia.
Apalagi manusianya seperti Anila, Ia sangat membencinya, sebab tak ahli dalam bidang itu. Lebih baik dia disuruh menghafal 45 nama Kerajaan di Indonesia beserta Rajanya pun. Tidak apa-apa.
"Ayo anak-anak segera keluar," perintah pak Malik menyuruh siswa kelas Anila segera bergegas kelapangan.
Seluruh siswa sedang sibuk sendiri-sendiri berganti pakaian. Beberapa anak lain sudah bersemangat keluar lebih dulu.
"Ayo guys.... Gass ke lapangan voli," ajak Erika pada ke tiga temannya. Ilona, Maya, dan Dasha.
Mereka bergaya jumawa, sudah merasa anak orang kaya dan paling cantik di antara yang lainnya. Berjalan mendorong Anila dari bingkai pintu. Anila barusan datang dari kamar mandi mengganti baju.
"Minggir, Nenek reot!," ucap Erika.
Anila hanya menerima apa pun hinaan teman-temannya. Itu sudah biasa baginya.
Kelas sudah kosong. Tidak ada satupun anak di sana. Anila sudah mengantri sejak awal, tetapi selalu kalah, di marah oleh anak-anak lain. Jadi, tiba gilirannya yang paling terakhir.
Anila yang menyadari dirinya telah tertinggal. Berlari terburu-buru memasuki gerbang aula lapangan voli.
Semua anak telah siap dengan kelompoknya masing-masing. Seketika semuanya tiba-tiba hening, menatap Anila yang datang terlambat."Kenapa kok bisa terlambat Anila?," tanya pak Malik.
"Maaf pak tadi saya..."
"Sudah tidak perlu dijelaskan. Tadinya seperti biasa, ketua kelaslah yang mengambil bola. Berhubung hari ini kamu terlambat, jadi satu bulan ke depan kamu yang akan membawa semua bola dan peralatan untuk jam olahraga. Termasuk hari ini. Ambil semua peralatan voli sekarang di gudang!" bentak Pak Malik.
Anila menunduk.
Aurora tidak pernah main-main dengan apa yang ia hendak lakukan. Malam itu juga, setelah kepergian Ratu Neoma dia langsung terbang menuju kota buku. Tempat di mana kerajaan Ratu Angin berada.Dahulu dia pernah dibesarkan di kota itu. Rumah-rumah buku, tanaman penghasil pengetahuan dan sungai aliran yang melukis keindahan alam penuh kecerdasan itu. Aurora jelas menyukai tinggal di sana penuh ramai, daripada Istana megahnya yang tetap membuatnya kesepian.“Guk! Guk!”Seekor anjing yang berjalan bersama Aurora menggonggong.“Diamlah, Ed. Ini tengah malam. Jangan membangunkan mereka. Kita akan mengunjungi keluargamu.” Aurora berjongkok, mengelus kepala Anjing bernama Ed. Anjing itu seakan mengerti dan bergonggong kecil. Kemudian kembali berjalan mengikuti tali pada leher yang ditariknya.Aurora dan anjingnya berhenti pada sebuah lubang besar. Seperti sebuah kanal, namun di dalamnya tidak terdapat air. Itu adalah tempat kematian terburuk di alam buku.“Kau berasal dari sana. Aku menghidupk
“Ini milikku?”“Buku itulah yang membuat kami yakin Anila adalah seseorang yang tepat untuk memimpin alam buku. Mungkin dari buku itu juga kita bisa mencari jalan keluar untuk membebaskan Anila.”“Dari mana kalian mendapatkannya?”“Aku menemukannya di dekat tubuh manusia egois itu saat terluka.”Mereya dengan perlahan dan teramat hati-hati mencoba menyentuhnya. Begitu jemari indah itu bersentuhan. Seketika saja ribuan saraf ingatan lampau milik mereya kembali hidup. Cepat sekali seperti gulungan kaset yan tersusun rapi. Mereya melihat jelas gambaran seorang pria dan wanita mengenakan seragam sekolah, mengambilkan bola. Gambaran seorang gadis tersenyum kepadanya. Gambaran pria dan wanita itu, duduk bercerita, pulang bersama. Semuanya melintas cepat."Hah!” Mata Mereya membelalak.“Apakah laki-laki itu aku?” gumamnya, meyakinkan jika seseorang yang dilihatnya tadi benar-benar dirinya sendiri.“Ada apa pangeran apakah ada cara menyelamatkannya?”“Siapa gadis itu sebenarnya? Jika dia manu
“TIDAK!!!”Halw memekik. Tangannya terulur, namun dia tidak bisa kembali keluar dari tabir itu dan membuat segala rencana juga pengorbanan sia-sia.Suara lencana jatuh menggelinding di lantai, menyadarkannya bahwa dia harus bergerak cepat sebelum ratu datang.Dengan napas tersengal, Halw mendekati Pangeran mereya yang terbaring. Memasangkan Lencana itu pada dada Pangeran.“Sadarlah Pangeran, Sadarlah!! Aku mohon cepat sadarlah sahabatku! Cepat!”buru Halw tidak sabar. Keringat dingin membasahi wajah dan rambut panjangnya yang diikat rapi dalam wujud manusia biasa.Ribuan cahaya berburu menuju ke saraf otak pangeran.Tabir gaib telah dihancurkan. Ratu mendarat di balkon penuh amarah.“Kau terlambat!”“Halw telah menghianati kerajaan. Meski pakaiannya biasa, dia telah menipu ratu di kawasan istana.”“Arrghh! Hentikan!!” Jutaan sel-sel yang membentuk manusia milik halw berkelit pada tubuhnya, seakan menyayat-nyayat organ dalam miliknya. Sangat sakit.Gadis malang itu terus mengerang kesaki
Halw menoleh pada Aldrich, indranya langsung aktif menyimak.“Ya, aku tidak berbohong. Kita masih punya harapan. Tania sempat menguping pembicaraan saat keluar mengantarakan makanan, dia mendengar bahwa pangeran akan kembali sadar jika lencana itu dikembalikan.”Layaknya lentera yang baru saja diisi minyak, mata halw kembali penuh akan harapan.“Apa selanjutnya?”“Tania akan membantu kita. Bangunlah Makhlor! Ada tugas penting untukmu! Kita harus bersiap untuk hari esok!”Aldrich berdiri, menampar tubuh makhlor tanpa dosa. Senyumnya tidak berhenti merekah.“Kerja bagus, Al.” Halw langsung menghambur memeluk tubuh Aldrich erat, “Aku tahu sejak awal. Kau bukan sekadar manusia. Di mataku kau selalu luar biasa,” puji Halw dengan amat bahagia.Aldrich canggung sendiri. Ingin membalas pelukan itu atau tidak sama-sama takut disalahartikan.“Ayo, Makhlor. Aku akan siapkan makanan untuk kalian.”Halw beranjak lebih dulu meninggalkan laboratorium.“Sejak kapan kucing bisa memasak?”“Miawww!!”Aldr
Setelah usai mempersiapkan penyamarannya, Alrich kembali menuju istana, dengan idenya yang banyak, juga pengalamannya selama ini. Tidak sulit baginya mengelabui keluarga kerajaan juga para prajurit. Ia berhasil lolos beberapa tes keabsahan, sempat khawatir di beberapa tes, namun dia sudah belajar banyak kemampuan dari Halw, yang latihannya tidak jauh berbeda dari latihan para prajurit asli karena Halw memang panglimanya.Dengan seragam lengkap dan penutup kepala khusus; lambang kerajaan lunar. Aldrich mengikuti deretan prajurit yang mendapatkan tugas mengamankan sidang.“Apakah wanita itu sungguh akan disidang hari ini? Dari bukti yang sudah aku bantu kumpulkan, seharusnya, pelaku mendapatkan hukuman keji atas perbuatannya,” batin Aldrich sambil terus berarakan, berbaris mengitari area persidangan.Pada jalan utama, Al meninjau sekilas, cermat, wanita yang ditolongnya kemarin.Suara wasit sidang terdengar nyaring membuka acara, semua orang yang bersangkutan juga bukti yang diperlukan
Arak-arakkan prajurit mulai menghambur ke seluruh Kerajaan Lunar. Buku-buku informasi, juga koran-koran kabar menginformasikan tentang gagalnya pertunangan pangeran pun pencarian seorang pencuri lencana, terserta foto Aldrich pada beritanya. “Siapa pun yang bertemu dengan pencuri lencana itu, kemudian menangkap dan menyerahkannya pada kerajaan Lunar. Maka mereka akan diberikan imbalan yang besar!” “Ayo! Ayo!” Gemuruh bisik-bisik riuh terdengar ketika pengumuman dan penggeledahan Aldrich terus berlanjut. Dua orang pemuda menghadang gerombolan prajurit. “Jangan menghalangi jalan kami! Pergi dari sana! Katakan apa keperluan kalian!” teriak ketua prajurit pencarian. “Kami tahu di mana manusia itu.” Prajurit lain menyambangi ketua, membisikkan beberapa kata, kemudian kembali pada tempatnya. “Kami tidak mempercayai kalian. Kalian adalah mantan prajurit penjaga malam kerajaan bukan, kalian berdua dikeluarkan atas tuduhan pelecehan seksual. Jangan harap kalian bisa merayu kami dengan info
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments