Share

4. Kembalikan

last update Last Updated: 2025-12-11 19:57:36

NADIA

- 4 Kembalikan

"Jika pada akhirnya aku menyerah, aku tidak akan menyesali keputusan itu. Karena aku sudah berusaha sekuat hati untuk bertahan dan memperjuangkan pernikahan ini."

Davin membeku membaca satu paragraf di layar laptopnya. Tadi dia menemukan flashdisk hitam tanpa gantungan di laci paling bawah meja rias. "Ini punya siapa?" Karena penasaran, akhirnya dia menyalakan laptop dan memasukkan flashdisk. Hanya ada satu folder di sana. NADIA YANG HEBAT.

Saat dibuka folder itu berisi satu file dokumen saja. NADIA YANG CANTIK. Membuat Davin semakin penasaran dan ia klik judul itu. Dan terbukalah semuanya. Tentang luahan hati istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan.

Tiap kalimat menamparnya begitu hebat. Semakin menambah deretan penyesalan yang dalam. Ternyata sejahat itu dia pada seorang Nadia yang sangat mencintainya. Dalam catatannya, Nadia menulis tanggal dan jam kapan ia mengetik. Hampir semuanya ditulis disaat dirinya sedang bekerja. Ternyata begitu lama ia menjadi suami yang paling tidak tahu diri.

"Kalau nanti aku benar-benar gagal bertahan, aku ingin mengingat bahwa aku pernah berjuang sekuat itu. Bukan hanya untukku sendiri, tapi untuk Adam. Meski ayahnya tak pernah menginginkannya."

"Pada akhirnya aku memang harus mundur dan berhenti berharap hubungan ini akan membaik. Aku sadar, bukan aku wanita yang dicintai suamiku. Kami akan bercerai. Fighting Nadia yang cantik."

Dan masih banyak tulisan tentang bagaimana Nadia sendirian merawat Adam dalam kondisi sakit atau rewel.

Dada Davin tersengat. Kini setelah memutuskan bercerai dua bulan lalu, dan menjelang sidang ikrar talak, ketika semuanya tinggal beberapa hari lagi, barulah ia merasakan kehilangan yang begitu hebat hingga membuat dadanya sesak. Ia telah menyia-nyiakan seseorang yang mencintainya sepenuh hati.

Rumahnya sepi. Tidak ada suara tangis Adam, omelan panjangnya Nadia. Juga tidak ada suara berisik di dapur setiap pagi. Tak ada lagi langkah kecil Adam yang memenuhi ruangan. Nadia juga sudah tidak mau lagi membalas atau menerima teleponnya.

"Adam, jangan minta gendong 'Om Davin.' Nanti bau ompolmu. Dia sudah ganteng dan mau berkencan." Ia ingat ucapan Nadia di Minggu pagi saat Adam tertatih menghampirinya, sedangkan ia sudah rapi hendak keluar.

"Sini ikut Papa." Davin menggendong tubuh kecil itu dan diajaknya keluar rumah. Bermain satu jam di teras, baru kemudian Davin pamit pergi.

Ternyata mengingat kembali semua itu, terasa sangat menyakitkan. Nadia menyuruh anaknya sendiri memanggilnya Om.

Dua bulan ini rumah itu begitu sunyi. Mamanya juga sudah berhenti peduli padanya, setelah tahu perceraian ini karena Davin selingkuh dengan mencintai wanita lain.

Ketika lonceng pagar berbunyi, Davin membuka rekaman CCTV yang terhubung ke ponselnya. Pria itu menegakkan duduk saat melihat siapa yang datang. Nadia berdiri di luar pagar.

Tanpa pikir panjang, Davin bangkit dan bergegas keluar. Ia berpapasan dengan ART-nya yang hendak membuka pintu. "Biar saya saja," ucap Davin cepat.

Ketika pagar terbuka, Nadia yang terkejut memandang Davin berdiri dengan mata memerah. "Loh, Mas sudah di rumah. Kapan pulang?" tanya Nadia dengan nada yang begitu biasa. Padahal dalam perjalanan tadi, dia murung mengingat segala rasa sakit dan kesedihannya.

"Jam sembilan tadi. Ayo, masuk!" Davin bergeser supaya Nadia bisa lewat.

"Aku nggak akan lama. Ada sesuatu yang mau kuambil."

"Aku juga ingin bicara denganmu."

Nadia tidak menghiraukan itu. Bicara apa? Sudah tidak ada yang perlu dibahas. Ia melangkah masuk ke dalam rumah diikuti oleh Davin. Kemudian menaiki tangga dan langsung ke kamar. Laci dibuka dengan tergesa. Dia panik karena benda yang dicari sudah tidak ada di tempatnya. Padahal laci paling bawah itu jarang dibuka. Bahkan Davin tak pernah mengusik meja riasnya.

"Ini yang kamu cari?" Davin menunjukkan flashdisk hitam yang dipegangnya.

Nadia terkejut dan memucat. Dia tidak mempermasalahkan kalau Davin membaca bagaimana penderitaannya selama ini, tapi ia tak rela Davin tahu betapa besar cinta Nadia padanya.

"Berikan padaku," pinta Nadia mendekat.

Davin menatapnya lama sambil menggenggam erat benda di tangannya.

"Berikan. Benda itu nggak penting buatmu, tapi akan jadi pengingat bagiku. Bahwa aku pernah memiliki pengalaman pahit sekaligus berharga dalam hidupku. Biar aku nggak salah lagi melangkah." Mata Nadia berkaca-kaca.

Mata Davin pun memerah. "Maafkan aku, Nadia."

Nadia menarik napas panjang. "Aku sudah memaafkanmu. Kembalikan flashdisk-ku. Aku harus segera pergi dari sini."

"Kita bicara dulu sebentar," cegah Davin.

"Tentang apa? Semua sudah kita bahas di sidang. Tinggal menunggu hari saja kita benar-benar akan selesai. Sepertinya Selina sudah nggak sabar menunggu hari pernikahan kalian."

Davin menelan saliva. Pria itu menunduk sejenak lalu kembali memandang istrinya. "Kita bisa batalkan perceraian ini."

Nadia terkejut. Kemudian tersenyum getir. "Bagiku hubungan ini sudah selesai, Mas. Kita sudah sampai di titik akhir. Harusnya Mas lega, kan?"

"Aku kehilanganmu dan Adam."

"Empat tahun aku selalu memberimu kesempatan. Walaupun kamu nggak minta maaf, aku selalu memaafkanmu. Meskipun kamu berkhianat, aku masih menunggu siapa tahu kamu kembali. Namun saat kamu bilang memilih Selina, detik itu aku berhenti. Dan menyadarkan diriku sendiri, kalau aku dan Andam nggak berharga bagimu."

"Kita bisa memulainya dari awal, Na."

"Mas lupa dengan apa yang pernah Mas katakan padaku, bahwa kamu dan Selina sudah berbuat hina dan kalian akan menikah?"

Davin menghela napas panjang. "Selina nggak mempermasalahkan kalau dia hanya menjadi yang kedua."

Nadia terkejut. Kemudian tersenyum sinis. "Kamu mau poligami, Mas? Kamu yakin akan mampu? Secara finansial mungkin kamu bisa. Tapi adil tidak hanya melulu tentang materi. Sudahlah, jangan bikin jokes yang nggak lucu.

"Kalau Selina siap jadi yang kedua, aku nggak siap jadi yang pertama. Karena aku mau jadi satu-satunya. Aku nggak mau berbagi suami. Tapi aku sudah nggak ingin kembali padamu. Sampai kapanpun." Nadia bicara begitu mantap. Ia mendekat dan menengadahkan tangannya. "Kembalikan flashdisk-ku."

Davin bergeming. Nadia berusaha merebutnya. Hingga ia terjatuh dalam pelukan laki-laki itu. Davin mendekapnya erat. "Lepaskan!" hentak Nadia. Lelaki itu masih mengeratkan dekapannya.

"Mas!" Dan suara panggilan di depan pintu yang membuat dekapan terlepas. Nadia segera membenahi jilbabnya.

Di depan pintu kamar, berdiri Selina dengan baju mahalnya yang seksi. Gadis itu memang dari kalangan kelas atas. Sebenarnya setara dengan keluarga Davin. Wajahnya tampak memerah melihat lelaki yang dicintainya memeluk istrinya.

"Kamu di sini?" tanya Selina pada Nadia.

"Kami masih suami istri. Iya kan, Mas?" Nadia tersenyum mesra pada Davin sambil merapat. Kemudian merangkul lengan pria itu dengan manja. Dan secara cekatan merebut flashdisk dari tangannya. Berhasil. Benda itu sangat berharga bagi Nadia. Bukan hanya sebagai tempat mencurahkan isi hatinya, tapi bisa menjadi bukti di pengadilan agama nanti kalau sampai Davin berniat membatalkan perceraian mereka.

Davin kaget saat Nadia berhasil mengambil benda itu dari tangannya.

Nadia menghampiri Selina. "Sepertinya kamu sudah nggak sabar untuk menjadi Nyonya Davin Hendrawan. Tinggal beberapa hari lagi kami resmi bercerai. Kalau sudah menikah, jaga dia baik-baik. Jangan sampai dia selingkuh atau diambil pelakor. Awas kalau kamu nggak bahagia, Sel. Sudah capek-capek nunggu dudanya, setelah bersama malah nggak bahagia. Jangan sampai seperti itu."

Kemudian Nadia memandang suaminya. "Mas, aku pulang dulu. Kita bertemu di pengadilan agama beberapa hari lagi."

Dengan langkah mantap, Nadia menuruni tangga untuk meninggalkan rumah itu. Meski hatinya sakit. Melihat kenyataan bahwa Selina sudah berani datang ke rumah suaminya, bahkan masuk kamar yang dulu pernah mereka tempati.

Next ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Movica Kapoor
dihhh,,,si Davin ngadi² pengen poligami konon,mimpi sana Nadia terlalu berharga untuk di poligami sama kamu vin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    6. Rahasia

    NADIA- 6 Rahasia "Nadia nggak di rumah, Nak Davin. Dia ngajak Adam keluar jalan-jalan." Bu Isti memberitahu Davin saat sore itu datang ke rumahnya. Ia mempersilakan calon mantan menantu duduk di teras."Kira-kira ke mana, Bu?""Biasanya ke taman."Wajah Bu Isti begitu teduh menerima dengan baik lelaki yang sudah menghancurkan dan mengkhianati putrinya. Menatap Davin dengan mata lembut yang sangat kontras dengan kondisi batin menantunya yang sedang berkecamuk. Davin merasa serba salah. "Bu, saya mohon maaf sudah menyakiti Nadia dan Ibu.""Nggak apa-apa," sahut Bu Isti cepat. "Semoga kalian masing-masing mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi setelah ini."Davin tidak bisa berkata-kata. Banyak yang ingin disampaikan, tapi lidahnya kelu. Sepertinya Bu Isti pun sudah tidak ingin memberikan kesempatan lagi. Meski dia tetap bersikap ramah dan sabar.Ibu mana yang tidak sakit hati jika anaknya diperlakukan sekejam itu. Cucunya tidak diinginkan. Walaupun terlihat sekarang ini Davin perh

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    5. Di Pinggir Jalan

    NADIA- 5 Di Pinggir Jalan "Dasar, kalian memang keterlaluan. Nggak tahu diri banget. Sama-sama gilanya," ujarnya dalam hati sambil terus melangkah menuju jalan raya. Dia tadi memang sengaja tidak naik motor.Saat menoleh ke belakang, mobil mewah Selina masih terparkir di depan rumah Davin."Sudah tepat keputusanmu untuk bercerai. Lelaki yang selingkuh, dia akan mengulanginya suatu hari nanti. Jarang yang benar-benar bertaubat," kata Wiwin.Ah, ternyata menikah dengan orang yang dicintai itu belum tentu membuat bahagia. Wiwin benar, lebih baik dicintai daripada mencintai. Nadia ingat percakapan dengan temannya. Dulu ia memutuskan menerima perjodohan itu, disaat Nadia baru lulus kuliah. Belum punya pengalaman. Dia bukan gadis rumahan, tapi bukan juga gadis liar. Dia aktif di luar dan berorganisasi. Namun belum pernah pacaran. Jatuh cinta juga baru pada Davin yang dulu dikenalnya sebagai putra dari teman almarhum ayahnya. Sang ayah meninggal beberapa bulan setelah Nadia menikah.Di ma

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    4. Kembalikan

    NADIA - 4 Kembalikan "Jika pada akhirnya aku menyerah, aku tidak akan menyesali keputusan itu. Karena aku sudah berusaha sekuat hati untuk bertahan dan memperjuangkan pernikahan ini." Davin membeku membaca satu paragraf di layar laptopnya. Tadi dia menemukan flashdisk hitam tanpa gantungan di laci paling bawah meja rias. "Ini punya siapa?" Karena penasaran, akhirnya dia menyalakan laptop dan memasukkan flashdisk. Hanya ada satu folder di sana. NADIA YANG HEBAT. Saat dibuka folder itu berisi satu file dokumen saja. NADIA YANG CANTIK. Membuat Davin semakin penasaran dan ia klik judul itu. Dan terbukalah semuanya. Tentang luahan hati istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan. Tiap kalimat menamparnya begitu hebat. Semakin menambah deretan penyesalan yang dalam. Ternyata sejahat itu dia pada seorang Nadia yang sangat mencintainya. Dalam catatannya, Nadia menulis tanggal dan jam kapan ia mengetik. Hampir semuanya ditulis disaat dirinya sedang bekerja. Ternyata begitu lama ia menj

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    3. Sendirian

    NADIA - 3 Sendirian Walaupun memejam, Nadia belum bisa terlelap. Ia ingat saat menunjukkan testpack pada suaminya. Bukan bahagia, tapi Davin terlihat kecewa. Melihat istrinya hamil, seharusnya bersuka cita, tapi malah berduka. "Jangan khawatir. Aku akan merawatnya sendiri kalau kamu nggak suka, Mas. Dia juga nggak akan memanggilmu papa," ucap Nadia dengan suara bergetar penuh penekanan, lalu meninggalkan Davin yang masih diam. Kehamilan Nadia memang bukan sesuatu yang diinginkan. Sejak saat itu rumah mereka terasa semakin dingin. Davin sering pulang terlambat dan jarang berbicara. Siksaan batin Nadia semakin terasa sejak trimester pertama. Nadia menjalani kehamilannya sendirian, meski punya suami. Ia muntah-muntah sendirian. Meringkuk sendirian saat tubuhnya terasa lemas. Dia tidak tahu apa itu ngidam. Sama sekali tidak pernah merasakan keinginan aneh seperti perempuan hamil pada umumnya. Mungkin karena hatinya sudah terlalu sakit untuk menginginkan hal-hal yang manis. "Kalau

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    2. Biar Saja

    NADIA - 2 Biar Saja "Kalau ketemu valak itu, hajar Na. Jangan diam saja. Dengan nggak tahu malunya dia sok imut di depanmu. Ih, najis." "Valak sekarang ini sudah pada putus urat malunya. Basmi, Na. Jangan diam. Kalau pun kamu bercerai, setidaknya sudah berhasil memberikan kenang-kenangan pada wanita jahanam itu." Sambil berjalan di koridor rumah sakit, Nadia ingat ucapan Wiwin yang penuh emosi beberapa hari yang lalu. Wiwin adalah sahabat dekatnya semenjak SMP. Akan tetapi apakah tadi dia melakukannya saat wanita itu masuk ke kamar perawatannya Davin? Alih-alih marah, Nadia justru tersenyum manis dan menyapanya dengan ramah. Dia masih begitu sabar. "Jangan kotori tanganmu dengan mengamuk pada wanita itu. Diam bukan berarti kamu hina dan lemah. Biarkan saja tangan Allah yang bekerja. Apa dia nggak tahu hukuman apa untuk orang yang dengan sengaja merusak rumah tangga orang lain." Ini nasihat dari ibunya. Bu Aryana. Nadia melangkah di koridor rumah sakit dengan hati yang begitu

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    1. Talak 100

    NADIA - 1 Talak 100 "Punya suami gini amat. Awas kalau pulang nanti kujatuhi talak 100 kamu, Mas." Nadia mengomel sambil memandang jam dinding kamar. Kalimat yang sebenarnya hanya sebagai penghibur diri. Padahal hatinya terasa perih. Ia tahu suaminya pergi ke mana dan dengan siapa. Dengan wanita itu. Seseorang yang disembunyikan dan begitu dilindungi oleh Davin. "Pulanglah. Mari kita bicara baik-baik. Aku sudah ikhlas melepasmu." Dan ketika Davin pulang jam sebelas malam, Nadia hanya diam. Talak 100 tidak jadi diucapkan. Hatinya terlampau sakit. Sebelumnya ia pasti bertanya ini itu. Kenapa pulang telat? Ada masalah apa? Apa yang bisa kubantu? Kalau ada sesuatu ceritakan dan aku akan mendengarmu. Namun sekarang Nadia diam. Karena semua pertanyaan tidak pernah dijawab. Davin paling hanya bilang, "Itu urusanku." Ya, memang benar. Itu urusannya. Selina hanya urusan Davin. Nadia mengambil baju kotor suaminya yang diletakkan di sofa kamar sebelum pria itu masuk kamar mandi. Keme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status