Share

Cowok Resek

"menyebalkan, dasar pengganggu," gerutuku saat Adit terus saja membuntuti.

"Ngapain sih," sewotku dan menatapnya tajam.

"Jangan marah-marah, nanti cantiknya ilang," ujar Adit yang tambah membuat aku sebal.

"Pergi sana," kataku dan menghentakkan kaki kembali berjalan.

"Gak boleh kasar sama pacar," katanya lagi dan kembali mengikutiku dari belakang.

"Lo makin lama kok makin nyebelin sih," gerutuku dan kembali menatapnya dengan tajam.

"Kamu kok makin lama makin lucu sih," balas Adit.

"Dasar gila," kata ku dan kembali berjalan.

"Jangan ikutin gw sialan," kataku saat mengetahui laki-laki menyebalkan ini kembali mengikutiku.

"Aku jagain dari belakang, takutnya nanti nyungsep," jawab Adit yang semakin membuat aku marah.

"Adiiiiitttt," kataku dan menghentakkan kaki.

"Aya, malu diliatin orang," kata Adit kepadaku.

"Aya pala Lo, nama gw Tia," ujarku sewot.

"Panggilan kesayangan," kayanya cengengesan.

"Awas kalau Lo ngikutin gw lagi," ujar Tia lagi.

"Ok, tapi ada syaratnya," ujar laki-laki sialan itu.

"Apa?" Sungutku.

"Kasih tau aku alamat rumah kamu," kata laki-laki itu.

"Ogah," jawabku jutek.

"Yaudah, gw ikutin aja," katanya santai.

"Nyebelin," gerutuku dan segera berlari saat melihat taxi menurunkan penumpang.

"Eehhh Aya berhenti," ujar Adit yang aku balas dengan juluran lidah saat taxi sudah kembali berjalan.

"Haaah, selamat," ujarku mengurut dada.

"Lagi berantam sama pacarnya yah neng," kata si supir taxi.

"Bukan pacar saya pak, orang gila itu," balasku sewot.

"Hahah, anak muda zaman sekarang ada-ada aja kalau berantam," ujar si supir taxi dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terserah bapak lah," ujarku.

Sesampainya di kosan aku segera masuk dan sebelum kekamar aku mampir dulu ketempatnya Nara.

"Oii lagi ngapain?" Tayaku saat melihat sahabat baikku itu sedang bengong.

"Bukan apa-apa," katanya dan akan selalu begitu saat ditanya.

"Buset deh, wajah murung gitu," kataku.

"Lagi sebel aja sama orang yang cerewet," katanya dan aku segera berlalu.

"Yaudah sih," jawabku dan berlalu.

"Kok capek yah," gumamku dan segera merebahkan tubuhku di atas tempat tidur ternyamanku.

"Tapi kok gw heran yah, laki-laki itu terus-terusan mengganggu gw dan untunglah tadi gw bisa kabur," gumamku yang tidak habis fikir.

"Lagian cowok urakan gitu kenapa gak marah pas di hina dan di kata-katai. Biasanya cowok rusak gitu pasti bakalan marah dan menjauh, tapi ini malah bikin gw pusing," gerutuku lagi.

"Harus gimana caranya mengusir yang ginian, jangan sampai kek Nara terjerat cintanya si Febri yang juga cowok urakan, tapi dia lebih mending mau berubah demi Nara, tapi ini gw gak yakin sih," gumam ku lagi.

"Eeeehh tapi kok gw jadi kefikiran dia terus," kataku lagi dan segera memukul pelan jidatku.

"Lo gak boleh mikirin dia terus Tia," kata ku lagi dan segera memejamkan mata.

...........

"Sial, Tia kenapa bisa secepat itu," gerutu gw saat cewek itu naik taxi dan menghilang begitu saja.

"Baiklah kali ini kamu bisa lolos, tapi nanti pasti aku bakalan dapetin kamu," gumamku sambil tersenyum dan meninggalkan tempat ini.

Karena tidak ada kerjaan jadi aku putuskan untuk mampir ke basecamp saja, menghabiskan waktu dengan anak-anak lebih baik dari pada sendirian. Biasanya sih gw bakalan sama Febri tapi itu anak lagi sibuk ngebucin sama cewek barunya.

Sesampainya di bascam anak-anak sudah pada ngumpul dan yah seperti biasa, ada yang asik bercerita-ceeita di teras depan dan ada juga yang rebahan di ruang tamu dan aku lebih memilih untuk gangguin yang di taman belakang.

"Oi Dit dari mana aja Lo," ujar teman gw saat gw baru saja sampai di taman belakang.

"Biasalah dia kan lagi sibuk ngejar-ngejar cewek galak itu," sambung yang lain.

"Gilak, Lo beneren suka sama tuh cewek?" Tanyanya lagi.

"Gila aja, udah disemprot gitu masih aja ngejar-ngejar," kata mereka lagi tidak habis fikir.

"Eeehh ngedapatin sesuatu yang kita mau itu harus ada perjuangannya," kataku santai dan duduk di dekat kursi yang kosong.

"Iya sih, tapi gak gitu juga, lagian yang ngejar-ngejar Lo tuh banyak, terus kenapa maunya sama yang galak abis gitu?" Kata mereka lagi.

"Yang ngejar gak ada yang bener, mepet terus dan gw ogah," jawabku dan di sambut gelah tawa oleh mereka.

"Sama gilaknya kek Febri," ujar mereka yang gw abaikan.

"Ngomong-ngomong tu anak kemana?" Tanya gw, pasalnya sedari tadi gw gak liat dia.

"Gak tau, belum nongol dari tadi," jawab mereka yang aku angguki saja dan setelahnya kami kembali berbicara tentang apa saja yang sedang terjadi di arena pertandingan semalam.

...........

Puas tertidur aku segera bergegas menuju kekamarnya Nara, mengajak gadis itu untuk keluar sepertinya asik juga.

"Na keluar yok," ajak ku saat aku lihat Nara asik didepan laptopnya.

"Gw lagi sibuk revisi," jawabnya santai.

"Lah Lo gikif gw," kataku dengan alis terangkat.

"Gw harus bimbingan besok dodol," ujarnya lagi.

"Eleh, bosen bet gw," kataku dan meninggalkan Nara yang sedang dalam mode tidak bisa diganggu itu.

Karena malas ngedekam di kosan terus akhirnya aku memutuskan untuk keluar sendirian saja, cuci mata dan tentu saja menjelajah kuliner yang enak-enak.

"Gw cabut ye, Lo selamat ber juang deh," kataku kepada Nara yang tampaknya sedang fokus.

"Oii mau kemana Lo?" Tanya teman satu kosan gw.

"Keluar lah, ngapain di kosan, jamuran," kata gw yang di sambut gelak tawa sama mereka.

"Bangke," ujarnya dan gw langsung cus tanpa pikir panjang.

"Enaknya kemana yah?" Gumamku bingung saat sampai di pagar luar.

"Anjay kok gw jadi bingung gini," gumamku lagi.

"Taman depan ajalah," kataku dan segera menyetop taxi yang lewat.

Sesampainya di taman depan aku langsung turun dan seperti yang aku harapkan, berbagai jajanan menggugah selerah berjejer di sana.

"Asik nih," gumamku dan segera menuju taman yang di kunjungi lumayan banyak orang di sore hari seperti ini.

Tapi entah apa yang sedang terjadi aku malah kembali bertemu dengan cowok resek yang bernama Adit itu.

"Ketemu lagi kita," ujarnya yang gw tatap dengan horor.

"Lo ngikutin gw?" Kataku tajam.

"Enak aja, ini tuh kebetulan dan biasanya kalau sering kebetulan gini kita tub jodoh," ujarnya sambil tertawa.

"Jodoh palalo," gumamku dongkol.

"Gemes banget sumpah," ujarnya dan mencubit kedua pipiku.

"Sakit dodol," kataku dan menabok tangan Adit.

"Gemesin," katanya lagi.

"Sana jauh-jauh," usirku dan mengibaskan tangan.

"Mendingan ada gw lagi dari pada sendirian gitu," ujarnya lagi.

"Mendingan sendiri," jawabku ketus.

Aku fikir dia akan pergi tapi ternyata malah duduk di sebelahku.

"Sana aahh, jauh-jauh," kata ku lagi.

"Diem deh," katanya yang membuat aku seketika terdiam.

"Resek," jawabku dan kembali asik dengan makananku dan tidak perduli lagi dengan laki-laki resek yang entah sedang apa itu.

Akhirnya saat jam menunjukkan pukul 7 lewat aku berniatan untuk membeli makanan yang mengenyangkan.

"Kemana?" Ujar Adit saat aku berdiri.

"Mau makan," jawabku ketus.

"Ok," katanya yang membuat aku menatapnya dengan heran.

"Katanya mau makan, ayok," ujar Adit dan menarik tanganku.

"Iihh jangan di tarik," kataku lagi.

"Mau makan apa?" Tanyanya lagi.

"Bakso," kataku lagi.

"Makan nasi lah," ujarnya.

"Maunya bakso," gerutuku.

"Ok," jawab Adit pasrah dan akhirnya kami makan bakso di dekat warung kaki lima yang tidak jauh dari taman ini.

Hay Hay Hay Hay Hay, maaf yah rada lama nongolnya. Gimana sama bab ini? Apakah Tia sudah mulai luluh? Tungguin kelanjutannya yah teman-teman dan terimakasih sudah mampir ke cerita abal-abal ini, mohon kritik dan sarannya juga teman-teman biar aku semakin semangat buat up nya. Daaah semuaaaa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status