Share

Pelukan Sang Ilusi

Penulis: Millanova
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-29 21:00:45

Pintu yang tertutup itu bukan lagi sekadar pintu. Itu adalah sebuah pemutus, sebuah pemisahan yang final. Bunyinya yang menggema di apartemen yang tiba-tuta sunyi itu seperti gong yang menandai berakhirnya sebuah babak dalam hidup Ivan. Dia tetap terduduk di lantai ruang kerjanya, punggungnya bersandar pada kaki meja kayu, tubuhnya terasa hampa bagaikan kulit udang yang ditinggalkan isinya.

Beberapa menit berlalu, atau mungkin sejam—Ivan kehilangan semua sense of time. Matanya kosong, menatap lurus ke arah buku catatan yang masih tergeletak di lantai, terbuka pada halaman yang mengutuknya. Wajah Sarah, yang digambarkan dengan sempurna namun diisi dengan jiwa orang lain, seakan menatapnya dengan tatapan hampa dari kertas itu. Sebuah pengingat akan pengkhianatannya yan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Agnia dan Cermin Pecah   Langkah Pertama Menuju Bantuan

    Kepergian Sarah dari apartemen Ivan meninggalkan luka yang dalam dan getir. Hari-hari berlalu dengan lambat, setiap detik terasa seperti siksaan. Sarah kembali ke kehidupannya sendiri, ke apartemen kecilnya yang tiba-tiba terasa sangat luas dan sunyi. Barang-barang peninggalan Ivan—sebuah sweter yang tertinggal, buku yang pernah mereka baca bersama—menjadi pengingat yang menyakitkan akan hubungan yang telah hancur.Dia mencoba melanjutkan rutinitasnya: bekerja sebagai perencana event, bertemu teman-teman, bahkan keluar untuk mencoba bersosialisasi. Namun, wajah Ivan selalu hadir di pikirannya. Bukan wajahnya yang marah atau bingung saat pertengkaran terakhir, tetapi wajahnya yang lembut saat mereka berdua tertawa bersama, atau wajahnya yang serius ketika dia tenggelam dalam dunia menulis. Sarah menyadari sebuah kebenaran yang pahit: dia masih mencintai Ivan. Cintanya bukanlah cinta yang buta; dia melihat

  • Agnia dan Cermin Pecah   Pelukan Sang Ilusi

    Pintu yang tertutup itu bukan lagi sekadar pintu. Itu adalah sebuah pemutus, sebuah pemisahan yang final. Bunyinya yang menggema di apartemen yang tiba-tuta sunyi itu seperti gong yang menandai berakhirnya sebuah babak dalam hidup Ivan. Dia tetap terduduk di lantai ruang kerjanya, punggungnya bersandar pada kaki meja kayu, tubuhnya terasa hampa bagaikan kulit udang yang ditinggalkan isinya.Beberapa menit berlalu, atau mungkin sejam—Ivan kehilangan semua sense of time. Matanya kosong, menatap lurus ke arah buku catatan yang masih tergeletak di lantai, terbuka pada halaman yang mengutuknya. Wajah Sarah, yang digambarkan dengan sempurna namun diisi dengan jiwa orang lain, seakan menatapnya dengan tatapan hampa dari kertas itu. Sebuah pengingat akan pengkhianatannya yan

  • Agnia dan Cermin Pecah   Konflik yang Meruncing

    Sudah seminggu sejak pertengkaran terakhir mereka tentang kebiasaan menulis Ivan yang kembali intens. Suasana antara Ivan dan Sarah masih sedikit tegang, bagaikan udara sesaat sebelum badai. Sarah berusaha untuk memahami, benar-benar memahami, bahwa menulis adalah bagian tak terpisahkan dari diri Ivan. Namun, ketakutannya akan kembalinya "sang hantu" selalu hadir di benaknya, seperti bayangan yang mengikuti setiap langkah mereka.Hari itu, Ivan harus menghadiri pertemuan dengan editornya di pusat kota. Sarah, yang jadwal kerjanya lebih fleksibel, memutuskan untuk menyambangi apartemen Ivan setelah dia pulang kerja. Dia ingin mencoba mencairkan suasana. Mungkin dengan memasakan makan malam spesial, atau sekadar menunggu kedatangannya dengan senyum. Itulah cara Sarah menunju

  • Agnia dan Cermin Pecah   Retakan Halus

    Dua minggu kemudian, hubungan mereka masih terlihat manis di permukaan. Tapi Ivan mulai berubah. Dia menjadi lebih pendiam, lebih sering melamun. Saat bersama Sarah, dia kadang-kadang tidak sepenuhnya "hadir". Pikirannya berada di tempat lain, di dunia tulisannya.Sarah memperhatikannya. Perubahan itu halus, tetapi bagi seseorang yang seobservatif Sarah, itu terlihat."Ivan, apa kau baik-baik saja?" tanyanya suatu sore saat mereka berbelanja bahan makanan. "Kau terlihat... jauh akhir-akhir ini."Ivan tersentak dari pikirannya. "Hmm? Oh, tidak. Aku baik-baik saja. Hanya... ada ide untuk menulis sedikit."Sarah mengangkat alis. "Menulis? Itu bagus!" Tapi ada kekhawatiran di matanya. "Kau masih minum obat, kan?"Ivan merasa sedikit tersinggung, tapi dia berusaha menyembunyikannya. "Tentu saja. Kenapa?""Tidak ada. Hanya... aku senang kau bisa menulis lagi. Tapi jangan terlalu memaksakan diri, ya? Kesehatanmu yang utama."Peringatan Sarah itu wajar, tapi bagi Ivan, itu terasa seperti sebu

  • Agnia dan Cermin Pecah   Godaan

    Mereka menghabiskan pagi itu dengan membuat pancake dengan hasil yang setengah gosong karena Ivan terlalu asyik memandangi Sarah yang berusaha membalik adonan dengan gagah berani dan menikmatinya dengan madu dan buah. Kemandirian Sarah adalah sesuatu yang terus membuat Ivan kagum. Dia bisa memasak, memperbaiki keran yang bocor dengan sadar, dan bahkan mengganti ban mobil sendiri. Dia adalah sebuah keberadaan yang mandiri dan utuh, tidak seperti Agnia yang dalam fantasinya selalu bergantung padanya untuk kebahagiaan dan arti hidup."Kau seperti wanita super," puji Ivan suatu kali, saat menyaksikan Sarah dengan sigap membersihkan dapur yang berantakan.Sarah mendelik, tapi ada senyum di sudut bibirnya. "Bukan wanita super, Ivan. Hanya orang yang hidup sendirian di kota besar. Kalau tidak bisa melakukan hal-hal dasar ini, ya tamatlah riwayatku."Ivan tersentak. Itu adalah pengingat bahwa ketika dia tenggelam dalam dunia imajinasinya, orang-orang seperti Sarah berjuang menjalani kehidupan

  • Agnia dan Cermin Pecah   Fajar yang Manis

    Kebahagiaan itu datang kepada Ivan seperti obat penawar yang lembut namun ampuh, menggantikan rasa hampa yang ditinggalkan oleh menghilangnya Agnia. Dua bulan telah berlalu sejak pertemuan kopi pertama mereka, dan hubungannya dengan Sarah telah berkembang menjadi sesuatu yang nyata, hangat, dan—yang paling penting—stabil. Stabilitas ini adalah sebuah kemewahan yang belum pernah benar-benar Ivan rasakan, bahkan di puncak kesuksesan karir menulisnya.Mereka tidak pernah secara resmi mendeklarasikan, "Sekarang kita pacaran." Itu terjadi secara alami, seperti peralihan musim. Dari teman yang bertemu seminggu sekali, menjadi tiga kali, hingga akhirnya hampir setiap hari ada saja alasan untuk bertemu. Sarah, dengan caranya yang praktis dan tidak banyak basa-basi, telah mengisi celah-celah kesunyian dalam hidup Ivan. Apartemennya yang dulu terasa seperti sebuah kuil yang sunyi bagi imajinasinya, kini dipenuhi bukti-bukti kehadiran Sarah: jaket kulitnya yang tergantung di belakang pintu, sepa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status