Beranda / Romansa / Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu / Bab 14 - Luka diantara kita..

Share

Bab 14 - Luka diantara kita..

Penulis: Sang pemimpi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-08 23:11:00
Tiga hari.

Layar ponsel Ricardo masih gelap. Tak ada notifikasi, tak ada balasan. Hanya kesunyian yang menjawab pesan yang tak sengaja terkirim itu. Dalam hening itu, bayang-bayang masa lalu dan rasa bersalah bergerak pelan, menggerogoti pikirannya.

Dia duduk di tepi ranjang, menarik napas dalam. Dadanya sesak. Jantungnya berdetak tak karuan—bukan karena amarah, melainkan kegelisahan yang menggunung. Pagi itu, dia memutuskan untuk bertemu Nadya.

Mereka duduk di sebuah kafe kecil di ujung kota. Nadya menyungging senyum, tapi senyum itu tak sampai ke matanya. Ricardo datang dengan langkah gontai, tatapannya menghindar. Ada yang retak antara mereka.

Mereka memesan—Nadya secangkir teh hangat, Ricardo hanya air putih. Hening beberapa saat, sebelum akhirnya Ricardo memecah kesunyian.

“Aku harus minta maaf padamu, Nadya.”

Nadya mengerutkan kening. “Maaf untuk apa?”

Ricardo menatap tangannya sendiri. “Aku sudah membawamu terlalu jauh... ke dalam sesuatu yang dari awal sudah salah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 17 - Maaf yang tak pernah cukup..

    Ricardo berdiri membeku di depan gerbang rumah Erica ketika fajar masih merekah. Kabut pagi menyelimuti tubuhnya yang menggigil, namun tak semembeku hati Erica yang sudah ia lukai. Di tangannya, buket bunga lili putih—bunga yang dulu selalu ia beli setiap kali mereka bertengkar dan berbaikan—kini terasa begitu hampa.Pintu tetap terkunci rapat. Dari balik tirai kamar, Erica memandanginya dengan mata bengkak. Semalam lagi, ia tak bisa tidur. Setiap kali memejamkan mata, yang terbayang adalah bayangan Ricardo dengan perempuan itu."Ibu..." bisik Erica saat ibunya masuk ke kamarnya."Biarkan dia,Nak. Biarkan dia merasakan bagaimana rasanya menunggu sesuatu yang tak akan datang." Tapi ibu Erica tahu—di balik setiap tirai yang tertutup rapat,ada hati anaknya yang masih berdarah.Hari kedua, Ricardo datang dengan mata yang lebih sayu. Kali ini, ia membawa album foto mereka—yang dulu penuh dengan tawa dan janji. Ia duduk di bangku taman yang sama, membalik halaman demi halaman, seolah berha

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 16 - Percakapan terakhir yang belum selesai..

    Langit Bandung sore itu kelabu, seolah turut berduka atas pertemuan dua hati yang penuh luka. Erica duduk di bangku kayu taman belakang rumah orang tuanya, kedua tangan membelai cangkir teh yang telah lama dingin. Ia sengaja tidak menatap ketika langkah Ricardo semakin dekat.Ricardo berdiri beberapa langkah darinya, jaket hitam pemberian Erica terasa seperti baju besi penyesalan yang membalut tubuhnya. Setiap hela napasnya terasa berat, mengangkat beban kesalahan yang terlalu lama dipendam."Ricardo," sapa Erica tanpa menoleh."Erica..."Ricardo duduk di seberangnya, dipisahkan meja kecil yang tiba-tiba terasa seperti jurang tak terjembatani.Hening yang menyakitkan mengisi ruang antara mereka. Hanya desau daun dan kicau burung yang menjadi saksi bisu pertemuan ini."Untuk apa kau datang?" tanya Erica datar.Ricardo menarik napas dalam. "Aku perlu bicara. Ingin menjelaskan...""Kau pikir penjelasan bisa menyembuhkan luka?"potong Erica, akhirma menatapnya. Matanya—yang dulu selalu mema

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 15 - Jalan pulang dan perpisahan..

    Langit Kalimantan kelabu hari itu. Awan pekat menggantung rendah, menaungi kawasan industri yang dikelilingi hutan hijau. Udara lembap, dan aroma tanah basah menguar—isyarat hujan akan segera tiba.Ricardo berdiri di depan ruang HRD, map cokelat tergenggam erat. Dadanya sesak, pikirannya berat. Setelah hari-hari panjang yang melelahkan jiwa dan raga, ia memutuskan untuk cuti seminggu—pulang ke Bandung, menyelesaikan yang belum selesai bersama Erica.Pintu terbuka. Pak Haryo, kepala HRD yang ramah, menyapanya. "Mas Ricardo, silakan masuk."Ricardo duduk dengan tenang yang dipaksakan. Ia menyerahkan map berisi surat cuti."Saya butuh cuti seminggu, Pak. Tiba-tiba, saya tahu. Tapi ini penting."Pak Haryo membaca cepat, lalu menatapnya. "Masalah keluarga?"Ricardo mengangguk pelan. "Masalah hati, Pak. Saya harus pulang—menemui seseorang yang masih saya cintai."Pak Haryo tak banyak bertanya. "Tim sedang padat, dan kamu salah satu yang andal. Tapi—kadang pergi sebentar bukan lari dari tang

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 14 - Luka diantara kita..

    Tiga hari. Layar ponsel Ricardo masih gelap. Tak ada notifikasi, tak ada balasan. Hanya kesunyian yang menjawab pesan yang tak sengaja terkirim itu. Dalam hening itu, bayang-bayang masa lalu dan rasa bersalah bergerak pelan, menggerogoti pikirannya. Dia duduk di tepi ranjang, menarik napas dalam. Dadanya sesak. Jantungnya berdetak tak karuan—bukan karena amarah, melainkan kegelisahan yang menggunung. Pagi itu, dia memutuskan untuk bertemu Nadya. Mereka duduk di sebuah kafe kecil di ujung kota. Nadya menyungging senyum, tapi senyum itu tak sampai ke matanya. Ricardo datang dengan langkah gontai, tatapannya menghindar. Ada yang retak antara mereka. Mereka memesan—Nadya secangkir teh hangat, Ricardo hanya air putih. Hening beberapa saat, sebelum akhirnya Ricardo memecah kesunyian. “Aku harus minta maaf padamu, Nadya.” Nadya mengerutkan kening. “Maaf untuk apa?” Ricardo menatap tangannya sendiri. “Aku sudah membawamu terlalu jauh... ke dalam sesuatu yang dari awal sudah salah

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 13 - Kebenaran yang menyakitkan..

    Erica awalnya tak pernah mencurigai apa pun. Hubungannya dengan Ricardo memang terasa lebih sepi dari biasanya, tetapi ia selalu berusaha memaklumi kesibukan pria itu. Ia percaya, cinta mereka cukup kuat untuk melewati jarak dan waktu. Lagipula, setiap kali mereka berbicara lewat video call atau bertukar pesan, Ricardo selalu terdengar tulus, dan selalu menyelipkan kata-kata manis meski hanya sebentar.Namun, malam itu semuanya berubah.Ricardo, yang kelelahan setelah seharian bekerja di lapangan proyek, pulang ke rumah dinasnya dalam keadaan penat dan penuh pikiran. Ia merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu, melepas kemeja kerja, lalu mengusap wajahnya yang basah oleh keringat. Ponselnya berbunyi sekali—notifikasi pesan dari Nadya. Ia membuka pesan itu sekilas, senyum tipis muncul di wajahnya. Nadya bilang dia capek hari ini, terlalu banyak berkas yang harus ia revisi.Dengan tangan yang belum sepenuhnya fokus, Ricardo mengetik balasan:"Nad, aku tau kamu lelah hari ini. Tapi setidak

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 12 - Dua Dunia yang Berjalan Seiring

    Ricardo masih mengingat jelas isi pesan Erica semalam. Kata-kata yang menusuk itu terus berputar dalam pikirannya sepanjang hari. Namun, entah bagaimana, ia tetap memilih untuk memulai pagi seperti biasa, dengan secangkir kopi dan tumpukan berkas yang harus diselesaikan. Nadya sudah tiba di kantor lebih dulu, duduk di meja kerjanya yang terletak tak jauh dari ruang kerja Ricardo. Ia terlihat tenang, seperti tak ada yang terjadi semalam—padahal mereka baru saja melewati batas yang tak seharusnya dilanggar. "Pagi, Pak Ricardo," sapa Nadya saat pria itu melintas di depannya. Suaranya hangat, namun tak berlebihan. Tapi senyum di wajahnya... menyiratkan lebih dari sekadar profesionalitas. Ricardo mengangguk singkat. "Pagi, Nadya. Ada agenda rapat pagi ini?" "Ada, jam sepuluh. Saya sudah siapkan materi presentasinya." "Baik. Terima kasih." Seketika itu juga, Ricardo kembali larut dalam rutinitas. Tapi pikirannya terus melayang ke arah Nadya. Semalam mereka tak hanya bicara lama—mereka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status