Share

Aluna's Story: Transmigration to Become Duke's Wife
Aluna's Story: Transmigration to Become Duke's Wife
Author: Ketikan jari

Penghianat

Di dunia ini siapa yang tidak menginginkan kekuasaan yang kuat? Tidak ada, semua orang menginginkannya. Hanya orang berhati suci yang menganggap itu tidak penting dan hanya titipan sementara. Tapi bagi mereka yang berambisi kuat, akan melakukan segala cara untuk memiliki kekuasaan. Bahkan mereka tidak segan menghianati keluarganya sendiri demi kekuasaan yang semu.

Aluna Chelonia. Gadis berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai seorang penulis. Putri satu-satunya yang dimiliki seorang Jenderal Besar di negara B dan anak dari wanita yang penuh kasih sayang. Saudara perempuan dari dua pria kaya raya, dan tunangan dari pria tampan dan mapan.

Hidup Aluna adalah impian bagi setiap gadis. Hidup berlimpah harta, keluarga yang harmonis, diratukan oleh kedua saudara laki-lakinya, dan memiliki kekasih yang tampan. Oh, jangan lupakan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Siapa yang tidak menginginkan itu?

Tapi sayang, kebahagiaan seorang Aluna harus lenyap dalam satu malam. Penghianatan yang dilakukan adik laki-laki ayahnya, sungguh menyisakan dendam yang amat besar pada keluarga cemara tersebut. Terlebih Aluna, tak hanya merasakan sakitnya dikhianati keluarga, dia juga harus merasakan sakit dikhianati oleh kekasih.

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Pepatah itulah yang cocok untuk Aluna.

Pada detik-detik kematiannya, Aluna berharap mendapatkan kesempatan untuk membalaskan dendam. Walau itu mustahil terjadi, karena sebentar lagi, dia akan menyusul keluarganya ke akhirat. Dan tidak mungkin rasanya kehidupan kedua itu ada.

Tapi tidak ada yang mustahil di dunia penuh misteri ini. Jiwa Aluna Chelonia hidup kembali di tubuh Aluna Zeline Demetrios. Putri tunggal dari bangsawan Viscount.

Aluna Zeline Demetrios terkenal dengan rumor "Nona muda bisu". Itu dikarenakan putri Viscount tersebut sangat amat introvert. Teman saja dia tidak punya. Tidak ada yang pernah mendengar suara Nona muda dari Viscount itu. Oleh sebab itu timbul rumor yang mengatakan Aluna Zeline Demetrios nona muda yang bisu.

Pada suatu hari, keluarga Viscount melakukan perjalanan menuju desa terpencil, tempat orang tua ibu Aluna Zeline Demetrios tinggal. Tapi di perjalanan, kereta yang mereka naiki dihadang oleh para bandit. Kepala keluarga Viscount mencoba melawan dan melindungi keluarganya, tapi dia gagal, dan berakhir mati terpenggal. Viscountess dan Aluna yang melihat kepala keluarga mereka tiada, berteriak histeris, Viscountess mencoba melindungi putri satu-satunya yang dia miliki, tapi dia hanya wanita paruh baya yang lemah. Dia malah mendapat luka yang dalam di bagian perut, beruntung dewa berpihak pada Aluna Zeline Demetrios, Duke Zein datang dan membabat habis para bandit.

Saat akan menolong Viscountess yang terluka, Zein malah mendapat amanah dari wanita paruh baya itu. Viscountess sadar dirinya akan segera menyusul suaminya, dengan penuh permohonan dia meminta Zein untuk menikahi dan menjaga Aluna, putri tunggalnya.

Zein yang dihadapkan dengan situasi itu, tak kuasa untuk menolak. Tatapan menyedihkan dan kekhawatiran seorang ibu pada putrinya, mengingatkan Zein pada ibunya. Dengan mantap dia menerima permintaan wanita paruh baya itu.

Zein benar-benar menepati janjinya pada ibu Aluna, tetapi karena mereka menikah tanpa cinta, rumah tangga mereka sangatlah dingin. Pada akhir cerita, Zein mati karena melindungi istrinya–Aluna–dari serangan musuh. Dia melakukan itu karena amanah ibu mertuanya untuk menjaga Aluna. Tapi, Aluna yang frustasi dan merasa bersalah, memilih mati mengikuti suaminya. Dia membunuh dirinya sendiri dengan meminum racun.

Seperti itulah ingatan yang Aluna Chelonia dapatkan ketika bangun dari kematiannya. Dia benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Dia hanya tertawa dan menangis, dia tertawa karena harus menghadapi kenyataan bahwa dia tidak lagi lajang. Dan harus menangis saat sadar jika ini adalah malam pertamanya dengan Duke kaku itu!

———————————————

Kediaman keluarga Wiratama

_Pukul 01.17 dini hari_

"Dek, Dek, bangun." Seorang pria dewasa menepuk-nepuk kepala seorang wanita.

"Eungh ....Abang?" bingung wanita tersebut. Matanya beralih ke arah jam dinding. Jam 1 pagi lewat 17 menit.

"Iya, cepat bangun. Ayo pergi," bisik pria yang disapa 'Abang' itu.

"Kemana? Ini pagi banget, Bang ...," keluh nya dengan suara serak.

Prang!! 

Sosok yang dipanggil abang tersebut sontak menegang, sedangkan sosok adik menatap kakak laki-lakinya kaget dan penasaran.

"Di bawah ada apa, Bang?" tanyanya bingung.

Sang kakak laki-laki hanya menggeleng, kemudian berujar, "Cepat bangun dan kita pergi. Kekacauan di bawah biar Papa yang urus."

Kedua kakak-beradik itu berjalan mengendap-endap ke belakang rumah. Saat sampai di pintu dapur, seketika sangat adik yang bernama Aluna Chelonia berhenti. Sadar jika sang adik berhenti—Rafel—kakak laki-laki kedua Aluna, segera memanggil adiknya pelan.

"Aluna, ayo."

"Um, Kak Elan dan Mama, mana?" bukannya mengikuti perintah Rafel, Aluna malah menanyakan Elan, kakak laki-laki pertamanya dan sang ibu.

"Mereka bersama Papa. Tenanglah, mereka baik-baik saja," ujar Rafel meyakinkan.

Aluna mengangguk percaya, meski hatinya masih gelisah. Dia yakin terjadi sesuatu saat ini. Tapi dia tetap mengikuti kemana Rafel membawanya.

Mereka berada di taman belakang sekarang, berjalan dengan pelan agar tidak ketahuan oleh 'mereka'. Aluna masih belum tau dengan apa yang terjadi, tapi dari tindakan Rafel saat ini sudah dapat ditebak. Rumah mereka sedang diserang. Hal wajar, karena papanya memiliki banyak musuh.

Sreat ....Bugh! 

Akh!

Aluna sontak menutup mulutnya rapat, kakinya terasa nyeri akibat terjatuh dan membentuk semen yang kasar. Rafel menatap Aluna panik, cepat-cepat dia menggendong Aluna. Suara orang berlarian ke arah mereka tertangkap jelas di indra pendengaran mereka.

"M-maafkan aku, Bang," lirih Aluna.

"MEREKA DI SANA! CEPAT TANGKAP!"

Rafel hanya mengangguk dan menatap mata Aluna sendu. Dia berdoa agar mereka bisa lolos dari kejaran orang-orang berbaju hitam itu.

"Abang pergi saja, tinggalkan Aluna." Sontak Rafel menatap Aluna tajam.

"Apa setelah beralih profesi menjadi seorang penulis mengubahmu menjadi wanita lemah, Aluna?" sinis Rafel tajam.

Aluna mendadak diam, langsung saja dia melompat dari gendongan Rafel, apalagi melihat posisi mereka terdesak, mereka harus melawan.

"Ayo, Bang! Sudah lama kita tidak seperti ini. Ck, aku heran, kenapa kita harus lari jika bisa melawan. Ah, aku benar-benar lupa dengan kemampuanku, kakiku yang indah harus terluka karna berlari," decak Aluna kesal.

Sepuluh orang berbaju hitam dengan senjata api sudah mengepung mereka berdua. Dua manusia berbeda gender itu, sudah mengambil ancang-ancang, siap untuk melawan.

Puluhan senjata api yang ditodongkan, tak membuat mereka gentar sedikit pun. Pertarungan 2 orang tanpa senjata vs 10 orang dengan senjata tak dapat dielakkan. Meski kaki Aluna terluka, rasa sakit di kakinya lenyap begitu saja ketika merasa nyawa mereka terancam.

Bugh!

Dengan lihai Aluna menendang pergelangan tangan orang yang hendak menembak Rafel. Dan ....

Dugh!

Argh! 

Aluna menghantam kepala orang tadi menggunakan batu sampai bocor. Orang itu ambruk, Aluna kembali menendang punggungnya sampai dia tersungkur. Kaki Aluna bergerak menginjak kepalanya kejam.

"Arrghhh!! Sialan, sakit!" pekik orang itu marah. Aluna hanya membalas dengan seringaian.

Sedangkan di sisi Rafel, kini senjata lawannya telah berganti dengan belati. Karna pistol mereka sudah tercampak jauh. Tak ada waktu bagi mereka untuk mengambilnya, dengan keadaan Rafel yang menyerang secara brutal tanpa ampun.

Bugh!

Rafel menendang tepat di ulu hati salah satu lawan yang merupakan titik vital manusia, membuatnya merasakan kesulitan untuk bernapas, kemudian ...orang itu tumbang.

Lawan sudah terpojok, hanya tersisa 2 orang. Membuat rasa senang menyelimuti mereka berdua. Mereka yakin akan selamat. Tapi ....

"Menyerahlah jika kalian masih ingin melihat mereka hidup!" seru seseorang lantang.

Bugh!

Tendangan terakhir Aluna berikan kepada lawan terakhir tepat mengenai kemaluannya, sebelum akhirnya melihat ke arah orang yang berteriak nyaring. Aluna terkejut melihat pamannya—Alejandro—menawan kedua orang tuanya dan Elan. Dan ...ada Carel?! Tunangannya. Ia tidak salah lihat, itu memang benar mereka.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Author Zee.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status