Share

Bab 2

Author: Zakrya
Keesokan paginya, hujan reda dan langit cerah kembali. Dhea tidak tidur semalaman.

Dia memikirkan banyak hal sepanjang malam. Dia pernah melihat cinta yang paling murni, jadi bagaimana mungkin dia bisa menerima hati yang sudah berubah?

Dia adalah Dhea, perempuan yang sungguh-sungguh mencintai Yordan, sekaligus putri sulung Keluarga Prawita. Dia tidak bisa menerima sedikit pun kesalahan dalam hidupnya.

Dengan pikiran itu, dia menelepon orang rumah. "Ayah, aku ingat Keluarga Prawita berencana mengembangkan bisnis di Inlandia. Kebetulan suaminya Naira berasal dari keluarga kekaisaran di sana. Setengah bulan lagi dia akan kembali bersama anaknya, aku mau ikut ke sana lihat-lihat."

Mahesa terdengar heran. "Yordan yang suruh kamu telepon Ayah?"

"Bukan, kali ini aku sendiri yang mau pergi." Dhea tersenyum pahit. Semua orang menganggap dirinya dan Yordan adalah satu kesatuan, bahkan ayahnya pun begitu.

Mahesa terkejut. Putrinya yang biasanya tak rela berpisah dari Yordan, tiba-tiba ingin pergi sejauh itu?

"Dhea, apa Yordan melakukan kesalahan padamu?" Nada Mahesa berubah serius.

Dhea menggigit bibir, akhirnya memilih menyembunyikan lebih dulu. "Ayah, jangan tanya dulu. Setelah aku sampai Inlandia, aku akan ceritakan semuanya."

Keluarga Furama dan Keluarga Prawita memang sahabat lama, apalagi setelah adanya hubungan pernikahan. Dhea tak ingin keluarganya terseret masalah karenanya.

Akhirnya, Mahesa tak bisa menolak keinginan putrinya. "Oke. Nanti kamu datang ke Grup Prawita sebentar, kenali dulu urusan-urusan yang berkaitan."

Dhea mengangguk. Setelah menutup telepon, dia bangkit untuk mencuci wajah. Saat menatap cermin, dia mendapati matanya bengkak seperti kenari, membuat hatinya semakin getir.

Pengacara sudah menyiapkan surat cerai dan mengirimkan kepadanya, tetapi dia masih tak tahu bagaimana harus mengatakannya kepada Yordan. Bagaimanapun, hubungan mereka sudah bertahun-tahun. Mana mudah diputuskan begitu saja?

Dhea menutupi kesedihannya dengan riasan, mengenakan setelan kerja yang penuh wibawa, lalu keluar kamar.

Di bawah, Naira sedang menemani Lauren sarapan. Sepertinya, kondisi Dhea kemarin benar-benar membuat Lauren ketakutan.

"Bibi sudah bangun!" Lauren berlari dengan kaki mungilnya, menggenggam tangan Dhea, lalu meniupkan napas ke telapak tangan itu. "Mama bilang kemarin hati Bibi sakit. Aku tiup biar nggak sakit lagi."

Anak enam tahun memang polos. Dhea mengelus pipinya. "Lauren anak baik. Bibi sudah nggak sakit lagi, ayo kembali ke meja makan."

Lauren mengangguk polos, lalu berlari ceria ke pelukan Naira. Melihat itu, Dhea kembali teringat senyuman dan tawa Yordan bersama anak itu kemarin. Kalau saja anak mereka hidup, mungkin usianya lebih besar daripada Rafael.

Dhea menarik napas panjang, menekan kegetirannya, lalu pamit sebentar sebelum pergi. Namun, baru saja keluar dari gerbang vila, dia melihat di dekat mobil Maybach, berdiri satu sosok.

Itu adalah Yordan. Wajahnya lelah, sebatang rokok terselip di bibir, asap mengepul mengelilinginya membuat wajahnya tampak samar.

Dhea terkejut. Menurut informasi, ulang tahun Larissa dan anaknya jatuh di bulan Juli. Ulang tahun Larissa sudah lewat, sementara Rafael belum. Lantas, kenapa dia pulang mendadak?

Mungkin karena tatapannya terlalu panas, Yordan menyadari, lalu menoleh. Ketika melihat Dhea, mata yang semula redup itu tiba-tiba bersinar.

Yordan melangkah cepat menghampiri, langsung menarik Dhea ke dalam pelukannya. Pelukan itu masih sama hangatnya, tetapi kali ini membuat tubuh Dhea gemetar.

"Sudah agak baikan belum? Suaramu kemarin terdengar aneh, jadi aku langsung buru-buru pulang Sampai rumah nggak lihat kamu, aku tahu pasti di tempat Naira." Nada suara Yordan penuh kekhawatiran, tampak tulus tanpa dibuat-buat.

Dhea masih tak mengerti. Bagaimana mungkin pria yang dulu begitu mencintainya, bisa tenang-tenang bersama wanita lain sampai punya anak?

Bibirnya bergetar, menelan rasa pahit yang menyumbat tenggorokan. Dhea ingin bertanya, tetapi akhirnya hanya menyahut pelan, "Aku nggak apa-apa. Tadi juga memang mau pulang."

Yordan menghela napas lega. "Kalau sakit, jangan sembunyiin dari aku. Aku bisa khawatir setengah mati."

Suaranya lembut, dalam, membuat Dhea hampir percaya pada kehangatan semu itu. Namun, dari sudut matanya, dia melihat sosok ramping berdiri di bawah pohon.

Larissa. Wanita itu sedang menelepon. Tak lama kemudian, ponsel Yordan berdering.

Yordan menunduk melihat layar, wajahnya tampak kikuk. "Perusahaan ada urusan mendesak, aku harus urus sebentar."

Dhea tertegun. Dia jelas melihat nama itu sekilas, Larissa. Kegetiran di hatinya hampir meluap. Dia menahan diri, lalu berkata, "Pergilah, urusan perusahaan memang penting."

Tatapan Yordan dipenuhi rasa bersalah. Dia masih sempat mencium kening Dhea, lalu buru-buru masuk mobil dan pergi.

Begitu Yordan masuk mobil, Larissa menutup panggilannya. Sambil berlenggak-lenggok, dia berjalan mendekat. "Halo, Bu Dhea. Aku Larissa, aku ...."

Kalimatnya terhenti. Melihat bibir Dhea yang terkatup rapat, dia memahami sesuatu. "Sepertinya kamu sudah tahu tentang keberadaanku dan Rafael. Kalau begitu ... kita lihat saja nanti."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 19

    Larissa benar-benar telah kehilangan kewarasannya. Sejak awal, dia memang kabur dari rumah sakit jiwa. Ditambah kali ini melukai Yordan, tentu saja Anindya tidak mungkin melepaskannya begitu saja.Akhirnya, karena tangisan dan permohonan Rafael, Anindya memilih mengurung Larissa di loteng rumah tua Keluarga Furama. Setiap hari ada orang yang berjaga dan tidak membiarkannya keluar untuk menimbulkan masalah lagi.Sementara itu, kondisi Yordan di rumah sakit juga masih belum stabil. Sebagian besar waktu Anindya dihabiskan untuk merawat Yordan, sehingga dia tidak terlalu memperhatikan keadaan Larissa lagi.Para pembantu di rumah pun tidak menyukai Larissa, sehingga mereka memperlakukannya dengan asal-asalan. Mereka hanya mengantar dua kali makan sehari sesuai jadwal. Soal dia mau makan atau tidak, sudah bukan urusan mereka.Hingga suatu hari, seorang pembantu tiba-tiba menyadari bahwa makanan yang dibawanya sudah tiga hari berturut-turut tak pernah tersentuh.Ketika dia mendorong pintu dan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 18

    Di dalam negeri, Keluarga Furama.Saat Yordan buru-buru kembali, dia melihat Larissa dengan rambut berantakan, pakaian kusut, wajah penuh noda dan jejak air mata. Seluruh tubuhnya tampak seperti iblis yang baru keluar dari neraka.Dalam pelukannya, dia mencengkeram Rafael dengan erat, lalu mengurung diri di sebuah kamar. Tak peduli siapa pun yang mencoba membujuk, dia sama sekali tidak mau membuka pintu.Melihat Yordan pulang, Anindya seolah-olah mendapatkan harapan. "Yordan, Larissa sudah gila. Tapi Rafael nggak bersalah, kamu harus segera menyelamatkan Rafael!"Wajah Yordan tampak lelah, kedua matanya yang penuh keletihan tampak merah padam. Dia mengangguk pelan, lalu langsung memerintahkan orang untuk mendobrak pintu dan melangkah masuk dengan tenang."Larissa, bukannya kamu ingin bertemu denganku? Sekarang aku sudah datang, lepaskan Rafael!"Larissa yang berada di dalam kamar mendadak menengadah dan menatap mata Yordan, lalu tertawa terbahak-bahak."Hahaha ...." Dia tertawa dengan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 17

    "Kamu sudah sadar." Suara Dhea tenang dan dingin, seakan mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan berpapasan.Yordan sampai gemetar karena terlalu bersemangat. Selama sebulan penuh dia tidak melihat Dhea, rindu yang menyesakkan itu hampir membuatnya gila. Kini, dia akhirnya bisa menatap wajah Dhea dan mendengar suaranya lagi. Perasaan rindu itu seketika meluap tak tertahankan.Dengan mata yang memerah, Yordan tiba-tiba bangkit dan merengkuh Dhea erat dalam pelukannya. "Dhea, ini benar-benar kamu .... Dhea, aku sangat merindukanmu." Suara Yordan rendah dan serak, sarat akan kerinduan dan cinta yang tak terbendung.Tubuh Dhea sedikit menegang, lalu dia mendorong Yordan dengan kuat. "Yordan, kita sudah bercerai!"Melihat pelukan yang tiba-tiba hampa, tatapan Yordan seketika dipenuhi kepedihan. "Dhea, aku nggak setuju sama perceraian itu," ucapnya cemas dan berusaha memperbaiki keadaan. "Hari itu aku sedang mabuk, aku sama sekali nggak sadar bahwa yang kutandatangani adalah surat cer

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 16

    Dari balik taman, Yordan menatap Dhea dari kejauhan. Mata kelamnya penuh dengan perasaan mendalam, seolah ingin mengukir sosok wanita itu ke dalam hatinya.Namun, Dhea hanya menatapnya dengan tenang. Rasa berdebar dan sakit hati yang dulu begitu kuat, saat ini semuanya telah berubah menjadi kehampaan.Dengan sikap tak peduli, dia menutup jendela dan mengalihkan pandangan dari wajah yang kini hanya membuatnya muak.Tak lama kemudian, seorang pelayan bergegas datang. "Nona Dhea, di depan ada seorang Pak Yordan yang ingin bertemu dengan Anda."Tatapan Dhea tetap datar dan suaranya terdengar dingin, "Aku nggak mau bertemu. Suruh dia pergi."Pelayan itu langsung mengangguk dan pergi, lalu tak pernah lagi menyebutkan nama pria itu. Dhea pun menghapus sosok pria itu dari pikirannya.Sampai menjelang senja, saat suara hujan terdengar deras di luar jendela, Laura pun terbangun. Kondisinya sudah jauh lebih baik, sifat cerianya kembali muncul. Dia menempelkan wajah mungilnya ke kaca jendela, lalu

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 15

    Larissa dipaksa menggugurkan anaknya. Saat tubuhnya masih lemah, dia malah dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Dengan hati yang sudah mati rasa, dia terbaring di ranjang. Wajahnya pucat pasi, seakan seluruh tenaga telah disedot habis.Yordan muncul di hadapannya. Dia menghantamkan tumpukan bukti itu ke wajah Larissa. "Kamu benar-benar mengira semua yang kamu lakukan nggak akan ketahuan? Bahkan anak kandungmu sendiri pun sanggup kamu celakai. Kamu sama sekali nggak pantas disebut seorang ibu!"Melihat foto dan dokumen itu, wajah Larissa langsung pucat. Dia sadar semua perbuatannya sudah terbongkar. Bibirnya bergetar hebat. Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang bisa keluar.Tatapan Yordan begitu dingin, matanya tampak hitam pekat. "Larissa, aku sudah memberimu kesempatan berkali-kali, tapi kamu malah memilih merusak dirimu sendiri. Mulai sekarang, jangan pernah bermimpi bisa bertemu Rafael lagi seumur hidupmu. Habiskan sisa waktumu dengan tenang di rumah sakit jiwa i

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 14

    Yordan diusir oleh Keluarga Prawita dengan membawa semua bukti. Dia tahu dirinya harus memberi Keluarga Prawita sebuah penjelasan. Kalau tidak, bukan hanya Mahesa yang tidak akan mengizinkannya bertemu Dhea, bahkan dia sendiri pun tidak berani untuk menemui Dhea.Langit di luar berubah mendung. Awan hitam yang kelam seolah hendak runtuh menimpa bumi. Di sepanjang perjalanan menuju rumah lama Keluarga Furama, ekspresi Yordan tampak sangat muram.Para tamu sudah pergi. Dia langsung menerobos masuk ke kamar Larissa dengan penuh amarah. "Larissa, aku sudah memperingatkanmu! Kalau kamu ingin Rafael tetap tinggal di Keluarga Furama, jangan pernah membuat Dhea merasa tersakiti!"Tangannya mencengkeram leher Larissa, genggaman itu semakin kuat. "Kenapa kamu masih berani mendekatinya? Apa sebenarnya maksud dari surat perjanjian cerai itu!"Mata Yordan memerah, tatapannya sudah tak menyisakan kelembutan sedikit pun, seolah ingin melahap wanita di hadapannya hidup-hidup. Wajah Larissa memerah. De

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status