Cemburu kata yang tidak pernah ada dalam kamus Wijaya, bagaimana bisa ada sedangkan dirinya tidak pernah merasakan namanya jatuh cinta di mana dengan Vita saja hanya hubungan pertemanan bisa dikatakan sahabat hidup. Vita sangat bagus menjadi sahabat hidup Wijaya di mana cara berpikirnya patut diacungi jempol, Vita tidak seperti wanita lain yang senang belanja tanpa beban. Perasaan Bobby pada Vita yang tidak dirinya ketahui sama sekali sedikit membuatnya berpikir kebenaran dari perkataan Austin tersebut karena pertemuan saat itu tidak ada tanda mengenai perasaan Bobby pada Vita, hal ini membuat Wijaya berpikir negatif akan sesuatu tapi entah apa.
“Kerjasama batal?” Wijaya menatap Yuta yang masuk ke dalam ruangan memberikan lembaran “entah bersyukur atau tidak karena nyatanya tempat Bobby ini mengalami masalah entah apa itu dan secara sepihak memutuskan semua kerja sama.”
Wijaya membaca lembaran yang Yuta berikan dan memang tampak bagaimana kondisi dari perusahaan Bobby, W
Dalam kamar mandi mencoba berpikir positif atas apa yang akan dikatakan oleh kedua pria tersebut, masalah kantor pastinya sudah sampai di telinga mereka berdua yang entah kenapa membuat Wijaya sedikit takut dengan reaksi mereka berdua. Vita menunggu hingga Wijaya keluar dari kamar mandi sambil menyiapkan pakaiannya, pandangan mereka bertemu membuat Wijaya bertanya – tanya tapi Vita tidak memberikan waktu untuk bertanya bahkan membuka suaranya dengan memberikan pakaian untuk dirinya.Wijaya menggunakan pakaian dengan kondisi mereka saling diam, melalui tatapan matanya di mana Vita tidak ingin membuka pembicaraan membuat Wijaya dalam hati mengutuk Vita karena tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Memastikan terlebih dahulu telah siap bertemu dengan kepala keluarga dari mereka akhirnya keluar dari kamar, pemandangan pertama adalah para nenek yang menggendong Devan bergantian, mereka menyadari kehadiran Vita dan Wijaya yang akhirnya memberikan kode untuk ke ruangan kerja di d
Wijaya mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang akan diperbuatnya kali ini memang tepat untuk perkembangan perusahaannya, waktu seminggu yang diberikan membuat Wijaya tidak bisa berpikir jernih apa lagi mengetahui bagaimana sikap sang ayah nantinya jika dirinya gagal. Yuta dan Regan memasuki ruangan Wijaya dengan tampang kusutnya yang pasti mengalami hal sama seperti dirinya karena bagaimana pun proyek ini adalah masa depan bagi perusahaan masing – masing di mana banyak dana, waktu dan tenaga yang tercurahkan dalam proyek ini.“Helena apa benar bagian dari keluarga Bobby?” Regan dan Yuta saling memandang lalu mengangguk “bagaimana aku tidak tahu?.”“Mereka saudara jauh dan Austin sendiri baru mengetahui beberapa waktu terakhir ini dan sama terkejutnya dengan kita” Wijaya hanya diam tidak tahu menanggapi apa atas perkataan ini.“Lalu akan bagaimana kita?” Yuta menatap kedua sahabatnya “Austin tidak ada di
Mengikuti langkah Helena yang entah mengajak Wijaya ke mana karena tangannya digenggam seakan tidak bisa dilepaskan atau tidak berniat untuk melepaskan, Helena mengarahkan Wijaya duduk di sofa yang tidak lama kemudian dia kembali berjalan dihadapan Wijaya dengan pembatas meja. Helena memberikan gerakan menggoda dengan menggigit bibir dan mengedipkan matanya, perlahan digerakkannya tubuh Helena seakan ada musik yang mengiringinya dan membiarkan Wijaya menatap apa yang dilakukan. Helena melepaskan pakaiannya secara perlahan sehingga membuat Wijaya semakin menelan salivanya kasar atas apa yang Helena lakukan, gerakan Helena membuka pakaiannya dilakukan secara perlahan membuat Wijaya semakin tidak sabar, apa lagi Helena memberikan tatapan menggoda.Helena melepaskan tepat dihadapan Wijaya sehingga saat ini tubuhnya polos tanpa busana di mana Wijaya bisa melihat bagaimana sempurna tubuh Helena yang ada dihadapannya, Helena yang melihat Wijaya akan berdiri dengan segera dilarang den
Perkataan gila yang keluar dari bibir Wijaya adalah mengenai perbuatannya bersama Helena dan mereka menghabiskan sisa waktu dengan mencoba berbagai macam gaya, gaya yang tidak pernah Wijaya lakukan saat bersama Vita dan kali ini Helena benar – benar memuaskannya. Helena bahkan tidak ragu menelan cairan milik Wijaya dan membuat Wijaya melakukan hal yang sama, pengalaman baru menelan cairan milik orang lain. Helena seakan tidak puas dengan satu kali permainan membuat Wijaya cukup senang dengan stamina yang dimiliki Helena, suara kamar dominasi dengan suara erangan mereka berdua.“Lebih cepat goyangnya” Wijaya mengatakannya sambil memukul Helena agar bergerak lebih cepat.Helena yang mendapatkan perlakuan demikian semakin semangat di mana Helena merasakan miliknya terasa penuh ketika milik Wijaya memasukinya, bentuk yang besar dan panjang namun sedikit bengkok memberikan sensasi berbeda di saat milik mereka bersentuhan. Wijaya meremas dua bukit kembar milik Helena yang sema
Wijaya mendapatkan pesan dari Helena agar menemuinya kembali di salah satu tempat tinggalnya, yang tidak dihiraukan Wijaya. Langkahnya terhenti saat melihat Regan dan Mira berada di rumahnya, tapi dengan segera mengubah mode wajahnya menjadi datar sebelum mendekati mereka. Vita yang melihat kehadiran Wijaya tersenyum dengan Devan yang berada dalam gendongannya, Wijaya memilih duduk samping Regan yang sibuk dengan bacaan korannya.“Mira merindukan Devan makanya ke sini pagi” Wijaya hanya mengangguk memberi kode pada Regan untuk ikut dengannya ke ruang kerja.Wijaya menatap Regan tajam “apa yang terjadi dengan kalian berdua?” Regan menatap bingung “kamu dan Mira, jangan buat dia stress karena saat ini sedang hamil anakmu dan juga sebentar lagi melahirkan.”“Ada kesalahan kecil buat sikapku seperti ini” Wijaya mengangkat alisnya “hormonnya yang tidak menentu membuat aku pusing di mana moodnya selalu berubah dan aku bingung harus bagaimana dan tadi dia bilang kangen De
Menjelajahi leher jenjang Helena dengan menghisapnya perlahan membuat sang pemilik bergerak dan secara otomatis bagian bawah mereka juga ikut bergerak, rangsangan yang Wijaya berikan membuat Helena mengeluarkan erangan. Wijaya tidak hanya menghisap lidahnya pada leher jenjang Helena tapi juga memainkan bukit kembar serta jarinya yang memberikan rangsangan pada bibir bagian bawah milik Helena, suara erangan yang keluar dari bibir Helena membuat Wijaya semakin mabuk atas apa yang terjadi. Helena yang tidak tahan mulai menggerakkan bagian bawahnya sehingga beberapa kali bagian dalam mereka menyentuh satu sama lain di dalam, Wijaya tidak akan memberikan tanda pada leher Helena karena tidak ingin Austin tahu apa yang terjadi pada istrinya.“Wijaya aku mau keluar.”Wijaya mengangkat tubuh Helena hingga penyatuan mereka terlepas dan membuat Helena menatap tajam kearah Wijaya, tapi tidak berlangsung lama karena Wijaya meminta Helena membungkuk sehingga dirinya memasukkan dari ar
Menatap wajah Austin yang tampak biasa saja setelah tuntutan cerai yang diberikan Helena, Wijaya sangat yakin jika perasaan sahabatnya ini sedang sangat kacau. Wijaya sendiri tidak tahu jika akan berakhir seperti ini karena di pertemuan terakhir tidak ada pembicaraan mengenai ini, menghembuskan nafas panjang menghilangkan pikiran mengenai Helena karena memang bukan bagian penting dari dirinya.“Aku gak nyangka kalau Helena akan seperti ini” Wijaya menatap Vita yang bersama Mira “padahal dia sangat menyenangkan dan karena ini kita kehilangan teman cewek lagi, kamu jangan ninggalin aku.”Mira tersenyum “apaan sih ngomongnya, tapi apa tidak ada petunjuk sama sekali ya?.”Tidak mempedulikan pembicaraan kedua wanita itu, Wijaya memutuskan bermain dengan Devan agar tidak memikirkan Helena. Membawa Devan ke taman belakang meninggalkan kedua wanita tersebut berbicara mengenai Helena, jika Wijaya masih mendengarkan nama Helena ak
Wijaya menatap tidak percaya atas apa yang dikatakan Regan karena selama ini sahabatnya yang satu ini selalu sehat dan juga menetapkan hidup sehat tidak seperti yang lain, bagaimana bisa terkena kanker otak. Menarik nafas dengan bersikap tenang agar tidak membuat Regan stres dengan sikapnya nanti, tapi ketika memandang wajah Regan di mana tidak ada kebohongan sama sekali.“Kamu sudah cek dengan benar?” Regan mengangguk “aku tidak akan menikahi Mira karena bagiku Vita seorang satu – satunya istriku.”“Aku sudah menebak semua ini” menatap Wijaya sedih “aku pun tidak menyangka bahwa akan divonis penyakit ini dan tidak tahu harus bagaimana.”Wijaya menghembuskan nafas panjang “jalani hidup dengan kegembiraan dan jangan memikirkan penyakit itu, penyakit itu datangnya dari pikiran jadi buatlah pikiran positif dengan tetap melakukan pengobatan dan pasrahkan pada Tuhan.”Regan tersenyum menatap Wijaya “memang aku gak salah cerita ke kamu karena tahu bagaimana menenan