Masuk“Apakah wanita itu sudah menyetujui permintaan dariku?” Tuan Robin yang merupakan ayah Luke, mencoba mencari tahu perihal perkembangan dari perintah yang dirinya berikan kepada salah satu bawahannya untuk meminta Veren menggugurkan anak dalam kandungannya.
“Maaf pak, wanita itu masih dalam perjalanan. Aku baru saja memastikan hal itu dengan menghubungi wanita yang bernama Veren itu barusan.” jawab Lidya, sang assisten yang ditugaskan. “Baiklah… Lakukan seperti sebelumnya. Aku tidak mau hal ini menjadi boomerang dalam pencalonanku nantinya.” Setelah berkata demikian, tuan Robin segera menutup panggilan telepon. Sedangkan Lidya kembali menyesap teh yang dia pesan, sembari menunggu kedatangan Veren. Dua puluh menit berlalu, dan kini terlihat sesosok wanita cantik tengah memasuki café tersebut. Tentunya, Lidya langsung melambaikan tangan ke arah Veren, setelah memastikan melalui foto yang tersimpan di galeri ponsel, jika wanita yang baru saja masuk merupakan sosok yang dirinya nanti-nantikan. Sedangkan Veren dengan wajah polosnya, langsung menghampiri Lidya yang baru saja melambaikan tangan ke arahnya. Merasa masih begitu banyak urusan yang harus diselesaikan, Lidya langsung mengatakan tujuannya memanggil Veren untuk bertemu. Bahkan Lidya langsung menunjukan kepada Veren, dengan membuka koper berisi uang sebanyak lima ratus juta. "Perkenalkan, aku Lidya, orang yang di utus oleh keluarga Perez Giani untuk membahas masalah kamu dengan tuan muda Luke." "Semua uang ini akan menjadi milikmu, dengan syarat kamu mau menggugurkan anak dalam kandunganmu itu. Bagaimana, kamu tertarik kan?" ucap Lidya dengan senyum kecut, meyakini jika wanita yang duduk di depannya saat ini pastiah tidak akan menolak tawaran itu. Veren hanya terpaku, mendengar ucapan dari Lidya yang meminta dirinya untuk menggugurkan anak dalam kandungannya. Veren tidak pernah menyangka, jika dia akan dipandang sebagai wanita rendahan oleh wanita yang bekerja untuk keluarga dari pria yang dirinya cintai. Dengan helaan napas panjang, Veren langsung menolak koper berisi uang itu sembari berujar, “sampaikan pada Luke dan kedua orang tuanya, jika aku bukanlah wanita murahan yang setelah dihamili oleh anak mereka, lalu aku akan menerima uang untuk menggurkan anak dalam kandunganku ini!” “Aku tidak akan mengambil uang sepeserpun dari Luke maupun kedua orang tuanya … jadi tolong, jangan ganggu aku lagi! Karena apapun yang terjadi, janin dalam kandunganku ini akan tetap bersama dengan ibunya sampai hari kelahiran itu tiba.” “Dan aku tidak akan mempermasalahkan jika Luke tidak mau bertanggung jawab.” Seiring dengan ucapannya itu, Veren segera berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Lidya yang terdiam membisu. Lidya tidak percaya jika Veren akan seberani itu menolak tawaran uang yang diberikan oleh keluarga Perez-Giani. Dia hanya bisa mengepalkan kedua tinjunya dan menatap tajam sosok Veren yang berjalan pergi meninggalkan cafe. “Dasar wanita mata duitan! Aku yakin jika penolakannya ini berkaitan dengan ketidakpuasannya yang hanya akan diberikan uang sebesar lima ratus saja oleh keluarga Perez.” Gumam Lidya. Tidak ingin terlalu berpikir keras dengan penolakan yang dilontarkan oleh Veren, Lidya segera menghubungi tuan Robin dan memberitahukan perihal semua ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Veren kepadanya. Sedangkan tuan Robin yang mendengar hal itu merasa sangat geram. Meski Veren telah menegaskan jika dirinya tidak akan menuntut lagi tanggung jawab dari Luke atas anak dalam kandungannya itu, tapi bagi tuan Robin, anak dalam kandungan Veren itu dapat menjadi boomerang bagi keluarga mereka suatu saat nanti. Tuan Robin tidak ingin, jika suatu saat nanti Veren akan mengumbar aib Luke yang telah menghamili dirinya dan mencampakannya begitu saja. Sehingga pada akhirnya, hal itu akan mencoreng nama baik keluarga Perez-Giani. “Aku akan mendiskusikan hal ini dengan isteriku, dan tugasmu selanjutnya dengan permasalahan ini akan disampaikan besok hari.” Ucap tuan Robin yang kemudian langsung mematikan panggilan telepon. Sedangkan Lidya langsung beranjak pergi untuk menyelesaikan tugas kecil lainnya yang berkaitan dengan perusahaan milik keluarga Perez. Sementara itu di tempat yang berbeda, Veren terus melangkah dengan hati yang merasa tersayat dengan perkataan yang dilontarkan oleh Lidya sebelumnya. Tak menyangka jika kedatangannya ke cafe itu, hanya akan menambah luka dalam hati. “Bagaimana aku harus menyampaikan hal ini kepada ibu? Aku benar-benar bingung Luke, aku benar-benar takut penyakit ibu akan kembali kambuh jika mendengar aku telah berbadan dua.” “Apakah semua pria itu benar-benar sama dengan dirimu Luke? Karena aku benar-benar melihat sifat yang sama darimu yang tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatanmu kepadaku, dan sifat itu secara nyata ditunjukan oleh ayahmu!” “Tolong aku, siapapun tolong aku!” air mata penyesalan bercucuran membasahi pipi Veren yang begitu lembut. Tak peduli lagi dengan orang-orang sekitar yang memperhatikan dirinya, Veren terus berjalan dengan tangis kecil. … Pukul tujuh malam dikediaman milik keluarga Perez Giani. Nyonya Margareth duduk terdiam di ruang makan, wajahnya memerah, mata berkilat marah setelah mendengar cerita dari suaminya mengenai Veren yang menolak kembali untuk menggugurkan anak dalam kandungannya. “Wanita tidak tahu diri itu menolak lagi? Apakah uang itu masih terbilang sedikit dimata wanita itu, sehingga berani-beraninya menolak uang itu sebagai hadiah agar dirinya mau menggugurkan kandungannya itu!” suara nyonya Margaret menggema, menusuk sampai ke telinga para pembantu rumah yang sedang sibuk di dapur. Tuan Robin hanya menghela nafas panjang, menatap nyonya Margaret tanpa kata. Dirinya kembali menikmati makanan dan tidak mau menanggapi lebih, karena sadar jika isterinya itu pasti akan melanjutkan amarahnya dengan sikap yang lain. Dan benar saja, nyonya Margaret yang tak tahu harus melampiaskan emosinya kepada siapa, seketika berdiri dan melangkah mondar-mandir. "Kalau begitu, ayah naikan tawaran uang kepada wanita itu sebesar dua miliar. Aku yakin wanita itu tidak akan lagi menolak untuk mengikuti saran dari kita, karena pikiran wanita itu pasti hanya ingin mendapatkan uang yang banyak dari keluarga kita, mengingat dirinya yang tahu akan status keluarga kita.” Sejenak suasana menjadi hening seketika, setelah ucapan nyonya Margaret yang ingin menaikan nonimal uang yang akan diberikan kepada Veren. Tuan Robin masih larut dengan makanan yang dia cicipi, sampai pada akhirnya nyonya Margaret kembali menegaskan perkataannya untuk menaikan nominal uang. Suaranya bergetar, seolah mulai mengarahkan amarahnya kepada tuan Robin yang tak memberikan tanggapan. “Ayah dengar gak sih? Kita harus menaikan nominal uang itu, agar masalah ini cepat terselesaikan! Mama gak mau, kalau sampai nama baik keluarga kita akan tercoreng akibat wanita itu. Ayah harus secepatnya menyelesaikan masalah ini, titik.” Tuan Robin menatap istrinya sejenak, kemudian mengangguk pelan. “Baiklah, kita naikkan nomilnya,” ucap tuan Robin sambil menganggukan kepala. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “Aku akan segera memerintahkan Lidya mengurus hal ini besok, jadi mama tenang saja dan ayo kita lanjut makan.” Setelah perkataannya itu, senyum tipis mengembang di bibir istrinya, tanda lega yang berhasil membuat suasana jadi sedikit lebih ringan. Dengan begini, nyonya Margareth meyakini jika urusan dengan Veren tidak akan berlanjut lagi, dan keluarga mereka tidak akan terlibat dalam masalah kecil akibat ulah dari Luke.“Kak, apa benar perkataan dari dokter bahwa kakak telah hamil di luar nikah?”Tatapan Velove menajam, ingin memastikan kebenaran kehamilan sang kakak setelah ibu mereka mendapatkan perawatan medis.Velove masih tak percaya jika Veren kakaknya telah hamil diluar nikah. Ketidakpercayaannya itu berkaitan dengan sifat Veren kakaknya yang tidak pernah terlibat dengan pergaulan bebas, bahkan tak pernah sekalipun terlihat oleh Velove, jika kakaknya menjalin hubungan dengan seorang pria.Sehingga sulit bagi Velove untuk percaya dengan perkataan yang dilontarkan oleh sang dokter.Namun, ekspresi melotot Velove seketika berubah saat Veren yang menitihkan air mata sembari menundukan kepala.“Maafkan kakak Velove … kakak benar-benar telah mengecewakan kamu sama mama.”“Kakak janji akan …”Veren yang belum menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba langsung dihentikan oleh Velove yang kini semakin diladan emosi, atas pengakuan kakaknya yang benar telah mengandung di luar nikah.Tatapannya semakin tajam, d
“Sudah, sudah! Tidak perlu dibicarakan lagi mengenai siapa ayah dari anakmu dalam kandunganmu itu.”“Jika memang anak itu adalah hasil buah madumu dengan putraku Luke, maka aku sebagai ibu dari Luke meminta dengan sangat kepadamu, tolong jangan libatkan anakku Luke dengan kandunganmu itu.”Mendengar ucapan nyonya Margareth, Veren hanya bisa meremas jari jemarinya yang disembunyikan dibalik meja. Mencoba untuk menahan rasa sakit yang kini menggeliat dalam hatinya.“Sebagai ibu dari Luke tentu aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Dan suamiku juga demikian, kami telah bersepakat untuk memberikan uang tambahan kepadamu sebesar dua miliar, dengan dua catatan yang harus selalu kamu ingat.”“Pertama, silahkan kamu hilangkan janin dalam kandunganmu itu, jika kamu tidak mau terbebani. Mengingat nama baikmu yang akan rusak, begitu dengan keluargamu yang akan menjadi gosip para tetangga.”“Dan yang kedua, jika kamu memang tidak mau menggugurkan anak itu dan ingin menepati perkataanmu barusan
Di tengah kegiatan perkuliahan yang sedang berlangsung, Veren harus kembali di landa sakit hati yang sangat menusuk hatinya.Hal itu berkaitan dengan pesan whatsup yang dikirimkan oleh Lidya, assisten dari tuan Robin. Pesan itu berkaitan dengan perintah dari tuan Robin, yang memberikan perintah kepada Lidya untuk menaikan nominal yang harus diberikan kepada Veren agar mau menggugurkan anak dalam kandungannya.Veren meremas pena digenggamannya, sebagai upaya untuk melampiaskan emosi setelah menerima pesan yang kembali menyayat hatinya.“Apakah bagi mereka jika nyawa seseorang hanya sebuah permainan?” gumam Veren yang tak lagi konsen dengan materi perkuliahan.Beberapa saat setelah kelas usai, Veren buru-buru mengemasi tasnya dengan tangan gemetar.Dia menoleh sejenak ke arah dua sahabatnya yang masih duduk santai di bangku. “Gue pamit dulu ya, ada yang harus gue temuin,” ujarnya cepat tanpa sempat menunggu respon dari kedua sahabatnya.Wajahnya tampak serius, matanya berkilat menahan g
“Apakah wanita itu sudah menyetujui permintaan dariku?” Tuan Robin yang merupakan ayah Luke, mencoba mencari tahu perihal perkembangan dari perintah yang dirinya berikan kepada salah satu bawahannya untuk meminta Veren menggugurkan anak dalam kandungannya.“Maaf pak, wanita itu masih dalam perjalanan. Aku baru saja memastikan hal itu dengan menghubungi wanita yang bernama Veren itu barusan.” jawab Lidya, sang assisten yang ditugaskan.“Baiklah… Lakukan seperti sebelumnya. Aku tidak mau hal ini menjadi boomerang dalam pencalonanku nantinya.” Setelah berkata demikian, tuan Robin segera menutup panggilan telepon.Sedangkan Lidya kembali menyesap teh yang dia pesan, sembari menunggu kedatangan Veren.Dua puluh menit berlalu, dan kini terlihat sesosok wanita cantik tengah memasuki café tersebut.Tentunya, Lidya langsung melambaikan tangan ke arah Veren, setelah memastikan melalui foto yang tersimpan di galeri ponsel, jika wanita yang baru saja masuk merupakan sosok yang dirinya nanti-nanti
“Apa! Kamu hamili anak orang lagi Luke?”Tuan Robin begitu terkejut setelah mendengar cerita dari isterinya, bahwa Luke satu-satunya putra dari tuan Robin dan nyonya Margaret, kembali menimbulkan kecemasan dalam keluarga Perez Giani dengan menghamili seorang wanita.Dengan napas berat, suara tertatih, Luke mencoba menjawab pertanyaan ayahnya, “Iya pa, Luke mohon maaf.” Luke hanya bisa bersujud di depan ayahnya, agar tidak mendapatkan hukuman yang berat atas perbuatannya itu.Sedangkan tuan Robin dengan tatapan yang membara, segera melampiaskan amarahnya dengan berkata, “Kamu memang benar-benar anak yang tidak tahu diri ya Luke! Apakah kamu mau keluarga kita hancur? Apakah kamu mau mempermalukan ayah di depan umum!” Ucap tuan RobinSetahun yang lalu, Luke pernah menghamili salah satu teman wanita yang sekampus dengan dirinya. Dan hal itu membuat Luke harus dikirimkan kembali ke kota Trente, agar dirinya tidak membuat keonaran di luar negeri, dengan merusak nama baik keluar Perez Giani.







