Dylan hanya bersikap santai ketika melihat tingkah polos Azen.Menurutnya wajar jika pria itu mengajukan pertanyaan demikian. Walaupun itu adalah pertanyaan yang konyol namun Dylan tampak tidak keberatan."Tentu saja aku sudah memilikinya sejak dulu, Azen." jawab Dylan dengan santai.Azen pun hanya melongo tidak bisa mengeluarkan kata-kata selanjutnya.Beberapa saat kemudian, pimpinan Bank Internasional Moonland cabang kata Valley itu menyerahkan kartu ATM berwarna hitam elit kepada Dylan dengan tangan sedikit gemetar."Baik, terima kasih atas pelayanannya pimpinan Leo.""Semoga kita bisa bekerja sama di masa depan." kata Dylan sambil berdiri dan berjabat tangan dengan pria itu sambil hendak pergi keluar."Tentu saja Tuan Dylan.""Jika kamu memerlukan bantuan maka jangan segan untuk menghubungiku.""Aku pasti dengan senang hati akan membantumu semua urusan yang berkaitan dengan Bank Internasional Moonland ini apapun yang terjadi." kata pimpinan Leo Henderson sambil memberikan kartu n
"Tidak, lain kali saja Azen.""Habis ini aku mau langsung pulang istirahat karena besok masih banyak kegiatan." jawab Dylan menolak ajakan Azen secara halus dan masuk akal.Azen terlihat sedikit salah tingkah ketika idenya itu ditolak."Oh ya Azen, kamu sudah tahu bahwa aku memiliki dana yang lumayan banyak bukan?""Jadi aku berencana akan mulai membangun sebuah perusahaan dengan aset miliaran.""Bagaimana menurutmu?" tanya Dylan untuk mengetahui pendapat dan wawasan Azen dalam dunia bisnis.Bagaimanapun juga, di kota ini tidak banyak orang yang bisa dia percaya kecuali sahabat dari desanya itu.Azen pun tampak diam beberapa saat seolah berpikir dengan keras untuk menjawab pertanyaan dari pria triliuner di depannya itu."Menurutku di kota Valley ini tempatnya cukup strategis. Suasananya pun juga kondusif.""Selain itu tempatnya ramai dan pasarnya juga besar jadi cocok untuk mulai membangun perusahaan di sini." kata Azen menerangkan pendapatnya.Seorang Azen itu sebenarnya merupakan se
Rombongan geng tersebut marah dan mengeluarkan kapak dari balik bajunya."Serang....!" kata pemimpin gerombolan tersebut memberi perintah.Mereka berlima maju serentak, sementara pemimpinnya melihat sambil merokok santai dari belakang.Wusshhh...Ayunan demi ayunan kapak hampir mengenai tubuh Dylan, namun pria itu dengan santai menghindarinya.Lalu...Plakkk...Plakk...Plakkk...Kelima orang tersebut terpental ke belakang menabrak dinding tembok akibat tamparan dari Dylan tersebut.Mulut dan hidung mereka langsung mengeluarkan darah, beberapa diantaranya bahkan langsung pingsan di tempat.Jack Dragon yang menjadi pemimpin gerombolan itu tampak terkejut dengan pemandangan di depan matanya ketika beberapa orang anak buahnya langsung pingsan terkena tamparan dari pria itu."Siapa kamu sebenarnya?" tanya Jack Dragon sambil memaksakan memberanikan diri."Berani sekal
Paul Archer itu tampak sedikit salah tingkah ketika pria di depannya itu berbicara seolah mengetahui isi hatinya."Tentu saja bukan seperti itu.""Hanya saja aku ingin memastikan apakah kamu serius akan mendirikan perusahaan di kota Valley ini." kata Paul Archer membuat alasan."Baiklah, asal kamu tidak memintaku untuk melanggar hukum dan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nuraniku, maka aku siap bergabung denganmu." tambahnya dengan nada tegas."Baiklah kalau begitu, aku pasti akan menyetujui syarat darimu." jawab Dylan.Beberapa saat kemudian mereka berdua bahkan terlihat saling berjabat tangan."Ini adalah kartu namaku dan alamat kantor, silakan datang jika ada waktu." kata Notaris Paul sambil menyerahkan kartu namanya kepada Dylan."Itu juga ada nomor teleponnya, silakan hubungi aku kapan saja jika kamu membutuhkan bantuan." tambah Paul Archer.Dylan pun menerima kartu nama itu dengan santa
"Oh selamat datang bos Jerry.""Apa yang membuat anda datang ke sini?" tanya Tuan Davidson seolah telah mengenal mereka."Halo Davidson, apa kamu tahu sekarang tanggal berapa?" tanya bos Jerry mengingatkan.Terlihat jelas kesombongan di wajah pria itu seolah dia merasa sebagai penguasa tempat ini."Sekarang tanggal 20." jawab Tuan Davidson singkat."Berarti kamu sudah tahu bahwa hari ini adalah jatuh tempo utangmu kepadaku yang sebesar 1,5 miliar itu?" "Tentu saja aku ingat, tapi maaf karena penjualan di perusahaan ku sedang sepi, aku minta tempo dua minggu lagi ya." pinta Tuan Davidson."Tolong bantu aku, mengingat kerjasama kita sudah berlangsung cukup lama." tambahnya sedikit memohon.Meskipun Tuan Davidson memiliki perusahaan Sunrise namun dia belum bisa membayar hutangnya karena penjualan perusahaan itu memang sedang tidak terlalu lancar.Bos Jerry itu menatap Tuan Davidson dengan wajah mengh
"Aku disini untuk menagih hutang, tapi orang mu ini malah memukulku, apa kalian semua tidak takut pada hukum?" kata bos Jerry dengan nada mengancam."Aku perintahkan kamu untuk segera berlutut dan menampar pipimu sendiri sebanyak 10 kali, jika tidak maka aku tidak akan segan untuk menelepon polisi." tambah pria itu dengan wajah marahnya.Bos Jerry yang marah dan gusar karena tamparan Dylan mengancam mereka akan menyerah.Bagaimanapun juga dia yang merasa memberi hutang kepada pak tua pemilik perusahaan Sunrise itu membuatnya berpikir bahwa dia adalah penguasa di tempat itu.Akan tetapi Dylan tetap bersikap tenang seperti biasanya seolah tidak terintimidasi sama sekali."Kamu ingin menghubungi polisi?" "Silahkan saja." jawab Dylan dengan tenang."Menurutmu siapa yang akan lebih dipercaya? Kamu atau kami? Kamu bahkan menagih hutang sambil mengancam orang lain. Bahkan ada CCTV di ruangan ini.""Jika kamu tidak percaya silakan coba telepon polisi sekarang juga, biar kamu dibawa sekalian.
"Iya betul." jawab Dylan santai."Aku berkata apa adanya." tambahnya."Tidak, aku tidak bisa menerima hadiah darimu sebanyak ini." kata tuan Davidson menggelengkan sedikit kepalanya."Karena kamu sudah membantuku membayar hutangku sebanyak ini maka aku akan memberimu saham di perusahaan Sunrise ini.""Tidak hanya itu saja, jika kamu bersedia maka aku akan menjodohkanmu dengan putriku yang bernama Suzy, itu orangnya." tambah Tuan Davidson sambil menunjuk ke arah Suzy, wanita yang sedang duduk di kursi pojok ruangan itu.Dylan tidak menyangka akan mendapat tawaran seperti ini, tidak hanya saham perusahaan Sunrise saja akan tetapi dia juga mendapat tawaran untuk menjadi menantu dari pemilik perusahaan ini.Walaupun perusahaan Sunrise ini bukanlah perusahaan yang begitu besar namun ini bahkan terasa seperti mendapat durian runtuh.Pria biasa pasti akan segera menganggukkan kepalanya tanpa berpikir panjang sama sekali.Namun sebelum Dylan dapat merespon,"Gimana menurutmu Suzy?""Apa kamu
"Baiklah." jawab Dylan singkat."Bagaimana kalau lusa, apakah kamu memiliki kesibukan lain Suzy?" tanya Dylan tanpa basa-basi sambil menatap ke arah wanita calon istrinya itu."Tidak, aku tidak ada kegiatan lusa." jawab Suzy tampak masih sedikit malu-malu."Kalau begitu lusa aku akan menjemputmu." kata Dylan."Baiklah." jawab Suzy sambil menganggukan kepalanya.Entah kenapa wajah dari wanita itu tiba-tiba tampak begitu senang setelah mendapat ajakan dari pria yang baru saja dikenalnya tersebut.Sepertinya dia mulai benar-benar jatuh hati pada Dylan.Benih-benih cinta pun mulai tumbuh di hati mereka.Tiba-tiba saja...."Suzy, apa besok kamu ada kesibukan juga?""Kalau tidak ada, apa kamu bisa menemaniku pergi keluar sebentar? Aku harus mengunjungi suatu tempat dan memerlukan penilaian dari seorang wanita." tanya Dylan mendadak kepada Suzy."Besok siang bisa, karena paginya aku masih ada urusan yang perlu diselesaikan." jawab Suzy yang masih tampak malu-malu."Baiklah, besok siang kita k