"Kamu serius, Mbak?" tanya Banyu masih tidak percaya."Kalo nama dan alamat rumah matan suaminya Layla ya memang ini," balas Seli merasa yakin, "Layla Bakery's ada di daerah Ahmad Yani kan?" tebaknya kemudian."Ho-oh." Banyu mengangguk mengiyakan."Tokonya ngadep ke utara terus deket sekolah TK gitu kan?""Bener banget.""Ya udah ... ini sih toko bekas punya Layla sendiri." Seli mengembalikan dompetnya kembali pada si empunya."Kok bisa ya? Panji ini kayak belum move on gitu dari Layla kalo menurut aku," ujar Banyu sedikit heran. Tangannya menaruh dompet. Kali ini ia masukkan ke saku kemeja. "Padahal katanya mereka udah cerai selama enam tahun," sambungnya mulai fokus menyetir kembali."Aku sendiri juga gak tahu." Seli menghembus napas, "pokoknya kalo ingat perjuangan Layla lepas d
"Poligami?" Banyu menyela cerita Seli saking terkejutnya.Seli mengangguk. "Iya, jadi si Panji menawarkan pilihan itu ke Layla, tapi sama Layla ditolak mentah-mentah," terangnya tenang, "dulu itu sebenarnya Panji gak mau nyeraiin Layla lho.""Oh ya? Kok bisa?" kejar Banyu kian penasaran."Namanya orang serakah." Seli menjeda penuturannya untuk mengambil napas, "jadi mentang-mentang lagi banyak duit ketemu janda langsung ngiler."Banyu tersenyum tipis mendengar seloroh kakak iparnya. "Mbak kita mampir di depan yuk! Aku agak laper nih," ajaknya sembari menunjuk gerai bakmi."Ayolah!" Seli setuju.Mobil Banyu pun berhenti di depan gerai bakmi. Keduanya masuk ke tempat tersebut. Kebetulan suasana sedang tidak begitu sepi. Mereka sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela.Banyu lant
Mendapatkan ancaman serius dari sang majikan, Pak Jono tidak bisa berkutik. Kendati hati iba melihat majikan perempuannya. Namun, kebutuhan akan anak-anaknya membuat Pak Jono terpaksa menutup mata dan telinga."Masuk kamu, Pak!" titah Panji dingin."Ya, Pak." Pak Jono mengangguk patuh. Dengan perasaan tidak enak, lelaki itu berlalu meninggalkan kedua majikannya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Panji sambil berkacak pinggang."Aku mau lihat keadaan Ziel." Layla membalas dengan tenang, "aku dengar dia lagi sakit.""Kata siapa?" cecar Panji sambil menajamkan penglihatan.Sayang Layla tidak gentar karenanya. Wanita itu justru balas menatap pria yang masih sah sebagai suaminya dengan tenang. Sementara di belakang, Seli bersiap memberikan dukungan."Bik Ijah dan Ita yang bilang."
Satpam itu terus menggeret Layla hingga keluar pintu gerbang."Sudah, Pak, sudah!" Seli memperingatkan."Ibu Layla kalo masih ngotot minta masuk, saya gak segan bawa Ibu ke kantor. Biar nanti diproses oleh polisi." Satpam tambun itu mengancam."La, udah ... sebaiknya kita pulang aja dulu, yuk!" Seli kembali mengajak, "kita cari solusinya di rumah dengan kepala dingin, okey?" bujuknya halus.Layla yang masih tersedu hanya bisa mengangguk pasrah.Seli lekas membimbing Layla pergi. Wanita itu membukakan pintu mobil untuk Layla. Setelah Layla masuk, Seli menutupnya.Kaki Seli menderap cepat memutari mobil. Wanita itu masuk dan duduk di belakang setir. Setelah memakai safety belt, dia menjalankan mobilnya.Sementara itu di teras, Panji memandang kepergian mobil Seli. Matanya terus mengawasi hingga kendaraan tersebut mulai tidak terlihat lagi. Pria itu menarik n
Seli sengaja membawa Layla dan anak-anaknya berlibur ke Puncak. Kebetulan dia punya sebuah villa mungil di sana. Tentu saja usul Seli ini disambut gembira oleh Layla dan anak-anaknya. Tidak terkecuali Chelsea sendiri."Iya nih, lama kita gak berlibur," ujar Chelsea kecil bergelanjut manja pada lengan Seli, "mama sibuk kerja terus." Bibir itu mulai merajuk.Saat itu usaha event organizer-nya belum dibangun. Namun, wanita itu aktif bekerja sebagai MC di setiap acara. Baik acara nikahan, ulang tahun, atau pun acara kantor. Publik speaking-nya yang bagus membuatnya banyak mendapat tawaran.Sementara Bumi, suami Seli adalah pengusaha gerai ayam goreng yang sekarang dikelola Banyu. Seperti kebanyakan rumah tangga yang lain, hubungan Seli dan Bumi juga mengalami pasang-surut. Hanya saja Bumi tidak segila Panji.Bumi memang berasal dari keluarga yang cukup berada. Maka
Mata Bumi mengitari sekeliling. Tiba-tiba dia menangkap bayangan seseorang berpakaian hoodie hitam. Mukanya tersamarkan karena tertutup masker. Sementara di lehernya tergantung kamera."Woi ... siapa lo!" teriak Bumi geram.Dia segera mengejar lelaki pemegang kamera itu. Feeling-nya mengatakan jika orang itu sudah mengawasinya dari kemarin. Sayang lari Bumi kalah cepat. Dirinya kehilangan jejak pria misterius itu.Dengan perasaan sedikit kecewa, Bumi kembali menemui keluarganya. Orang tua si penunggang kecil itu tampak berkali-kali meminta maaf pada Layla dan Azriel. Keduanya berlalu setelah dimaklumi oleh Layla."Mas Bumi ngejar siapa?" tanya Layla begitu Bumi menghampiri."Kayaknya ada yang nguntit kita," balas Bumi dengan napas yang sedikit tersengal."Oh ya?" Mata Layla sedikit terbeliak.
Banyu dan Seli sudah merasa kenyang. Mereka gegas meninggalkan gerai bakmi tersebut. Keduanya masuk mobil kembali untuk melanjutkan perjalanan pulang."Mbak, pernah gak Layla cerita sama kamu, kalo dia ada kayak trauma terhadap pernikahan?" tanya Banyu sambil fokus menyetir.Seli menatap adik iparnya. Bukan tanpa alasan Banyu bertanya demikian. Pria itu sudah pernah ditolak sekali oleh Layla satu tahun yang lalu.Namun, karena rasa cintanya yang kuat, Banyu tidak patah semangat. Dirinya terus memperlihatkan perhatian dan rasa sayangnya pada Layla. Sehingga lima bulan kemudian, dia berani mengungkapkan perasaan lagi.Entah karena kasihan atau memang sudah ada rasa, Layla sudah mau menanggapi perasaan Banyu. Namun, wanita itu masih b
Benturan keras itu tidak terelakkan lagi. Kedua mobil itu saling bertabrakan. Imbasnya baik Panji maupun Hani mengalami luka.Kening Panji menghantam setir mobil. Perlahan dia merasakan tetesan anyir. Kini bahkan cairan merah tersebut membasahi matanya. Membuat penglihatannya sedikit terganggu.Di sebelahnya Hani memekik keras. Sepertinya wanita itu benar-benar kesakitan. Karena hidungnya memang terantuk dashboard mobil. Kemungkinan hidung Hani patah. Darah segar pun mengalir membasahi bibirnya. Wanita itu menjerit tatkala rasa asin itu terkecap di lidah.Beruntung tidak lama datang bala bantuan. Warga yang menyaksikan insiden serempetan itu gegas mendekat untuk memberikan pertolongan. Mereka meng