Lelaki itu yang kuingatnya namanya, Ronald Arri Jaya menatapku."Saya ingin memesan yang sama untuk diri saya sendiri," ujarnya.Sementara itu, aku mencoba mengatur napas, pria itu sudah duduk di seberangku. Dia memanggil pramusaji dan sambil tersenyummemesan makanan dan juga kopi tanpa krim dan gula.Setelah itu, pria itu menatapku, seolah olah dia sangat tertarik dengan cara makanku.Aku gelisah di kursi dan memutuskan untuk menunggu sementara pramusaji melayani tetangga didepan mejaku. Aku berpikir bahwa makanan akan diselesaikan secepatnya.Sambil menyeka bibirku dengan serbet, aku melipatnya menjadi dua, lalu menjadi empat. Akhirnya, aku tidak bisa menahan diri berbicara.“Saya tidak mau diganggu," suaraku kaku dan mencoba memperlihatkan sikap tidak se
Sebenarnya aku takut. Kini aku takut bertemu lagi dengan Ronald.Aku takut membuat kesalahan dan Dato Raf marah. Aku takut akan resiko.Aku pergi secepat yang aku bisa dari tempat itu dan berharap untuk tidak melakukan pertemuan lagi dengan Ronald. Dapatkah aku melakukannya? Sialnya aku tidak yakin.Tapi kini aku pulang dengan hati hati dan memastikan tidak ada yang mengikuti perjalananku.Sengaja Aku berhenti disuatu tempat, memarkir mobil dan melihat kalau ada penguntit.Ronald bisa saja mengikuti langkahku atau mengejarku, memaksaku atau diam diam mengikutiku dan pada saat yang sama menginginkan pertemuan dirumahku. Bisa muncul di Apartemen yang kurahasiakan.Itu membahayakan diriku karena aku jelas merahasiakannya dari semua orang. Bahkan orang terdekatku.Per
Tidur lelap melirik jam dinding. Jam dua pagi. Ada empat jam lagi sebelum alarm berbunyi untuk bangun.Aku membandingkan dua lelaki Ronald dan Dato Raf dalam hidupku. Dato Rafki yang memberikan harta dan kemewahan, Ronald adalah pangeran tampan impian.Malam itu aku bermimpi. Semua ini mungkin sebagai kelanjutan dari pertarungan hati dan cintaku. Seperti ada perasaan yang aneh tercipta antara aku dan dua lelaki itu.Sambil mendesah, aku mengganti piyama basahku yang berkeringat dari mimpi erotis."Aku bermimpi, Ronald dan aku bertemu di sebuah taman bunga. Ia menerima bunga sebelum menciumku dengan lembut.Tubuh kekarnya itu tiba tiba saja tanpa baju . Aku mengagumi otot otot lelaki itu, dan tanpa diminta aku juga melepas pakaianku.Tak ada yang tersisa, ketika lelaki itu nenggumuliku, rasanya seperti malam pertama ketika aku masih perawan.Aku tidak keberatan ketika lelaki itu terus bermain d
Selesai dengan pekerjaan, aku mulai melamun. Teringat hidup yang kujalani, tidak semuanya berjalan mulus. Aku teringat istri Dato Raf yang pertama kali kulihat di salon. Aku merasa ada jejak cinta antara aku dan Dato Raf yang tidur denganku. Jejak yang.mulai terasa. Aku telah merebut Dato Raf dari istri syahnya. Bagaimana kalau wanita itu tahu?Tiba tiba aku merasa dunia ini tidak adil kepada wanita. Aku merasa kasihan kepada istrinya Dato Raf. Apakah aku cukup menanggapinya saja dengan maaf dan ucapan ringan atas perbuatan itu? Aku tersenyum, yang sangat jarang kulakukan, dan sesaat wajahku maka aku mengingatkan pada sesuatu yang lain. Aku memikirkannya, sampai Dato Raf mengejutkan dengan teleponnya yang berdering . "Sabtu siang aku akan mengunjungi kamu," lalu dia menutup telepon setelah berbasa basi sedikit. "Aku tidak kemana mana," jawabku.
Aku mengikuti Ronald. Mengikuti langkahnya. "Kau tidak suka naik motor ? Rasakan sensasinya. Inilah kebebasan.""Aku tidak mau naik motor," aku menolak."Betul tidak?" Tanyanya."Tidak, duduk mengangkang lagi?""Sayang sekali, kau rasakan sensasinya ketika duduk diatas motor. " Motor gede dan helm di parkiran dan penjagaan satpam yang hormat.Dia menawariku naik motor gede itu lagi. Aku tetap menggeleng."Baiklah, naik mobil lagi." Aku melupakan Dato Raf. Melupakan duniaku. Perasaannya dan entah apa lagi sampai ke sebuah apartemen. "Pergi ke apartementku ?: "Tidak," kataku. "Atau ketempat kamu?" "Aku harus kekantor." "Baikkah.Terima kasih atas waktunya." Mobil itu pergi dan melaju sampai ke kantorku. "Direktur yang eksentrik." kataku. "Aku punya hobbi. Kau tahu? Kalau diatas motor ini seolah olah kebebasan tidak terbatas. Aku suka kebebas
Tidak lama setelah aku duduk, pramusaji telah membawakan pesanan.Ayam yang digoreng dua jenis saus, berbagai makanan menungguku di atas meja yang lebar. Terasa nikmat karena perutku sudah lapar."Lupakan diet hanya untuk satu hari," kata Ronald, seolah olah mengajakku makan sepuasnya.Aku menyukai semua hidangan itu. Aku mengambil sendoknya dan makan dengan cukup lahap.Aku meninggalkan tempat wisata itu setelah bersantai cukup lama.Berjalan di semak mawar, kedalaman hutan Ronald mengambil sekuntum bunga dan meletakkannya di belakang telingaku.Aku merasa seolah-olah terpesona, mengikuti gerakan lengan berotot yang lambat dan pada saat yang sama percaya diri.Suatu ketika, ditempat sepi, Ronald menciumku - dengan lembut .Aku tidak menolak, mungkin karena aku juga mengharapkannya. Aku terhanyut.Ronald berhasil menemukan momen tepat ketika dalam diriku yang
Makan malam diselesaikan dihotel itu tanpa banyak pembicaraan.Tak ada canda, Ronald pasti merasakan itu."Kamu sepertinya pendiam." Katanya.Dia mencoba mrmbuat lelucon, namun tidak lucu bagiku, karena aku tetap saja diam.Aku berpikir untuk tidak hanyut dalam Sebuah petualangan bersama Ronald meski terasa sensual dan menyenangkan."Jadi kita sudah setuju, kita tak akan saling menganggu. Tidak ada kesalahan," kataku meminta jaminan."Kau tidur diatas dan aku di sofa saja," tambahnya.Ronald mengangkat dua jarinya."Kita saling berjanji," Ronald pasrah dan aku juga mengangkat dua hariku."Tidak, aku yang disofa dan kau di ranjang.""Lelaki harus mengalah, wanita lebih dahulu."Aku dan dia saling berbantahan dan berakhir ketika Ronald meringkuk di Sofa kamar itu.Ronald tidur di sofa. Apakah dia masih berpikir? Sementara hatiku sudah berdebar debar.Malam itu hasrat cinta
Pagi itu aku dan Ronald tidak banyak bicara. Ronald bersikap seperti tidak terjadi apa apa."Kita pulang!' Ajakku. Ronald memperlihatkan wajah herannya. " Libur masih lama. Tidakkah kamu ingin lebih lama ? Saya sudah memboking bungalow dengan dua kamar; kau boleh pakai salah satunya."Ia terlihat tenang."Aku ingin liburan ini terkesan.""Apakah itu bagus? Kamu suka?" Tanyaku"Tentu saja aku suka," jawabnya bagiku mengambang. Semula kupikir dia juga mau pulang setelah tahu aku tidak suci lagi. Apakah pangeranku tidak peduli? "Maaf, aku telah membayarnya dan kukira kau pasti setuju, ayo lah mau bukan?" Suaranya seperti permohonan yang membuat aku canggung. "Baiklah," sahutku."Tapi kamu jangan nakal.""Tidak," sahutnya . Aku senang ketika kulihat kegembiraan diwajahnya. Iya, akhirnya aku menyerah dan tidak peduli. Aku sudah lama menginginkan lib