Share

BAB 7

Darto tidak khawatir dengan orang itu, toh rumahnya belum ada barang-barang berharga, yang menggoda untuk dicuri, televisi aja model lama, yang diambil dari kamarnya sewaktu masih tinggal di rumah ibu.

Yakin tidak ada suara ataupun tanda-tanda apapun, Darto segera berangkat kerja setelah memastikan dia menutup dan mengunci pintu, dan juga pagar, Darto segera melaju ke tempat kerjanya, yang hanya berjarak sekitar 500 m.

***

Saat ini Matahari sudah lingsir (mulai terbenam)

Darto bersiap pulang, karyawannya sudah pulang, dia menghitung perolehan usahanya hari itu, seperti biasa, setelah dihitung, dan uangnya dirapikan, dimasukkan amplop, keesokan harinya akan ditabungkan di Bank.

Setiap akhir bulan dia ambil kembali tabungan itu, secukupnya untuk diberikan karyawan sebagai gaji, tak lupa, sebagian disisihkan untuk donatur anak yatim, dan yang paling penting lagi jatah bulanan untuk ibu tercinta.

Ibunya seorang single parent yang tangguh, sejak usia Darto 10 tahun, ayahnya meninggalkan keluarganya, menikah lagi.

Setelah kakaknya lulus SMA dan bekerja di pabrik, kakaknya itu membantu perekonomian keluarga, sehingga Darto dapat lulus STM.

Ketika Darto lulus, Darto juga ikut membantu perekonomian Keluarga, yang saat itu masih menyekolahkan adiknya, bahkan sebelum dapat kerja Darto rela jadi kuli panggul, agar adiknya bisa melanjutkan sekolah

Setelah kakaknya menikah, kini Dartolah yang membantu penuh ibunya, karena Darman sang kakak hidupnya juga tidak berlebih, Darto merasa kasihan, sehingga dia memutuskan dialah yang menanggung kehidupan ibunya.

Darmi adiknya juga kini sudah menikah, karena hidupnya juga terbilang pas-pasan, Darto tidak tega membebani biaya hidup ibunya pada adiknya itu, cukup adiknya merawat ibunya dengan tinggal di rumah bersama ibu, sedangkan biaya rumah dan ibu semua ditanggung oleh Darto, yang masih belum menikah, dan usahanya terbilang cukup maju.

Darto melaju motornya dengan santai, karena jarak tempat usaha ke rumahnya tidak jauh,

Memasuki gangnya, Darto melambatkan motornya, lebih di pelankan lagi, takut menabrak serombongan bocah pergi mengaji kerumah pak ustad Jepri, yang rumahnya berada tepat di depan rumahnya.

Sesampainya di depan rumahnya, dengan bersiul dia membuka pintu rumah, setelah mencopot sepatunya, dia masuk dengan melenggang, dia berlari kecil naik ke lantai atas untuk segera membersihkan diri,

Usai mandi dan berganti pakaian santai, dengan style vaforitnya, yaitu celana pendek selutut dengan banyak saku dan atasan kaos oblong yang nyaman.

Darto menuruni tangga menuju dapur, berniat untuk memasak sedikit makanan untuk diri sendiri.

Sampai di dapur dia melewati meja makan, hidungnya mencium aroma masakan yang menggugah selera, dia mengendus mencari sumber aroma tersebut, netranya menangkap sesuatu di atas meja, tudung saji segera di buka dan……

Dia terjengit, matanya melotot, dadanya berdebar, siapa gerangan yang menyiapkan ini,

Dia tersenyum, pasti tantangannya pada orang yang ngeprank tadi pagi di realisasikan.

Kali ini rasa penasarannya tidak terbendung lagi, dia harus segera menemukan orang itu,

Darto kembali mengedarkan pandangan, dia berlarian membuka laci-laci bawah meja dapur, kalo-kalo ada yang bersembunyi, bukankah sekarang marak seperti berita luar negri, ada orang yang numpang hidup di apartemen atau rumah orang lain dengan sembunyi-sembunyi, Darto berlari ke segala arah, ke tempat-tempat yang memungkinkan untuk bersembunyi, termasuk kamar-kamar, yang kosong, tapi dia tidak menemukan hal apapun,

Dengan nafas yang masih ngos-ngosan Darto duduk kembali di meja makan, dia pandangi makanan itu, dia  ragu untuk memakannya, atau sekedar mencicipi, takutnya ada sesuatu dimakanan itu,

“Hai… Siapa kamu, tampakkan dirimu, siapapun kamu, aku akan memaafkan kamu, dan menerimamu jika kamu memang ingin menumpang hidup disini” kata Darto dengan intonasi yang lembut agar tidak menakuti orang tersebut

Hening, tidak ada sahutan apapun

“Hai… Keluarlah, gak usah malu, aku sudah capek main umpetan, mau kamu perempuan ataupun laki, ga apa-apa, keluarlah, mari makan bersama” sambung Darto

Tiba-tiba Darto melotot, dia terkejut setengah mati, saking kagetnya dia berdiri spontan, dengan demikian perutnya sedikit menabrak meja, meja bergetar, dan kursi yang diduduki terbalik, dia hendak berlari tapi kakinya terantuk kaki kursi, diapun terjerembab

Darto memegangi lututnya yang sakit sambil bergulingan, nafasnya tak beraturan, wajahnya menampakkan ketakutan yang amat sangat,

Dia hendak melarikan diri dari situ, dengan gemetar dan menahan sakitnya, dia berusaha berdiri, sebelum dia sanggup berdiri, posisinya masih duduk dengan lutut didada, kembali dia dikejutkan sesuatu hal, dan diapun pingsan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status