Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 111. Bingung

Share

Bab 111. Bingung

Author: HaniHadi_LTF
last update Huling Na-update: 2025-07-11 09:35:06

"Ibu Keya, ini daun kelor ya?" suara mungil Milah memecah pagi, membuat Keya terkesiap kecil. Tangan Milah yang mungil mengangkat ranting kelor, daunnya bergetar halus tertiup angin.

Keya tersenyum, mengusap dagu Milah. "Iya, Sayang. Ini namanya daun kelor. Bisa untuk sayur, bisa juga untuk obat. Banyak vitaminnya."

Anak-anak PAUD sudah duduk melingkar di atas tikar pandan besar, diteduhi pohon flamboyan yang sedang mabuk bunga merah. Sepoi-sepoi membuat ranting bergemerisik seperti bisikan rahasia. Masing-masing murid memegang tanaman yang mereka bawa dari rumah—ada pot plastik mungil, bahkan ada yang hanya berisi segenggam rumput.

"Ibuku nanam bunga mawar! Wanginya kayak minyak rambut Ayah," seru Lintang sambil mengangkat pot kecilnya, disambut gelak tawa teman-teman.

"Aku bawa pohon cabe!" Rafi, si bocah paling cerewet, mengibaskan cabai hijau seperti pedang mainan.

"Aku nggak bawa apa-apa, Bu... tapi aku suka rumput!" Kata-kata Seno membuat seisi lingkaran tergelak. Ia meraup sege
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 141. Rumah sekarang

    "Aku nggak ngerti... Kenapa kamu diam aja, Ey?" suara Liam terdengar dari speaker ponsel yang tergeletak di meja.Keya tidak menjawab. Ia menatap layar ponsel itu, lalu memalingkan wajahnya ke jendela. Langit malam tak bersuara, seperti hatinya yang membatu."Aku nggak tahu kenapa kamu marah. Tapi dengar aku dulu, ya. Sekali ini aja..."Ponsel tetap menyala. Liam bicara lagi."Kamu bisa maki aku nanti. Tapi kumohon, jangan cukin aku. Aku... aku cuma takut kehilangan kamu."Keya mencengkeram ujung selimut. Suaranya tercekat. Matanya memanas. Tapi tidak satu kata pun keluar. Ia mematikan panggilan itu tanpa suara.Di kamar hotel, Liam menatap ponsel yang kembali sunyi. Ia menunduk, menggenggam rambutnya sendiri.Sementara itu, Keya duduk terpaku. Pikirannya berputar seperti angin ribut yang tak punya tujuan. Tubuhnya kaku. Tapi di antara amarah dan kecewa, sesuatu yang lebih halus menyelinap... kerinduan.Ia benci mengakuinya, tapi ruang di dadanya seperti kosong. Malam-malam tanpa sua

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 140. Dibohongi

    "Kak, Kemarin kan udah, masak sekarang mau lagi?""Nggak tahu kenapa aku nggak bisa berhenti jika dekat kamu, Ey. Aku selalu ingin dan menginginkanmu.""Dia tak tahan tidak menyentuhku. Apa itu juga artinya dia tak mungkin tak menyentuh kembali Kak Dania?" Keya teramat gelisah. Bahkan kebiasaannya tidur siang, kini tidak bisa dia lakukan.Bayangan tubuh Dania yang menggiurkan saat tadi siang, entah disengaja atau tidak disengaja, menyingkap hijabnya lalu dia menunduk hinggah belahan kemejanya yang rendah menampakkan apa yang seharusnya dia tutupi walau itu sesama wanita. Lalu bayangan Liam yang berlutut minta maaf, bercampur aduk dengan bayangan dirinya yang bercanda menghindar dari Liam yang menginginkannya saat malam sebelum berangkat."Non... kenapa nangis?" suara Bi Ira terdengar pelan dari arah dapur kecil, membawa nampan berisi dua gelas teh hangat dan sepiring biskuit. Ia berhenti saat melihat Keya duduk sendirian di sofa ruang tengah, tubuhnya menunduk, bahu terguncang pelan

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 140. Semua

    Pintu rumah bergemerincing ketika Dania mendorongnya masuk. Wangi semprotan ruangan yang terlalu menyengat menyambutnya. Dari dapur, Bu Marya muncul tergesa. Daster biru lautnya bermotif bunga besar-besar, rambut dikuncir seadanya."Nak, kamu dari mana saja? Kok lama banget? Sudah kamu ambil baju kamu?"Dania mendengus kecil. Dilemparkannya kontak sepedanya ke meja. "Nggak jadi aku bawa, kecuali aksesorisku.""Maksud kamu gimana? Itu baju kamu lumayan mahal, lho, sayang kalau nanti dipaki Keya.""Dia pakai?" Dania mencibir.. "Enggak mungkin la Bu, badannya aja beda banget sama aku, jelas kedodoran. Belum lagi selera dia jauh banget dengan seleraku. Dari yang aku tahu, dia pakai baju warna kalem terus. Sedangkan baju aku,.. Ibu tahu sendiri kan?"Wanita itu mengeryit, memegangi jidatnya. "Bener juga ya?""Tahu nggak, Bu. Mulanya aku jengkel banget. Keya itu taruh baju-bajuku di sudut lemari, sudah dipak sama koper. Seperti barang rongsokan."Bu Marya menaikkan suara. "Dia begitu? Engg

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 139. Tak tahu

    "Assalamu'alaikum," suara dari depan pintu membuat Bi Ira menghentikan kegiatan melipat kain. Ia bergegas menuju ruang tamu.Seorang perempuan dengan balutan gamis berwarna marun dan wajah datar berdiri di ambang pintu. Matanya menyapu ruangan, lalu berhenti menatap Bi Ira.“Siapa kamu?” tanya Dania dengan nada datar tapi matanya menyelidik tajam.Bi Ira yang membuka pintu menatap perempuan muda itu dari atas ke bawah. “Saya Ira. Saya yang mengasuh Non Keya sejak dia masih kecil.""O, jadi kamu pembantu wanita sialan itu!"Bi Ira langsung menajamkan matanya."Saya Dania." Dania mengangkat alis. “Saya istri sah Pak Liam. Mau ambil barang saya yang masih ada di kamar.”Bi Ira menegakkan tubuh. “Kamar yang mana?"Tapi Dania masih beranjak.. "Ei, tunggu. Kamu nggak bisa masuk sesukanya. Saya baru dengar kalau ada wanita lain selain Keya yang menjadi istri Liam. Tunggu saja Non Keya pulang, ya.”"Bisa Nggak, kalau kamu panggil Pak sama suami saya. Bagimanapun dia itu majikan kamu.""Tapi d

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 138. Perlengkapan Sheryn

    "Akhirnya cucu Aba datang juga." H Darman menyambut Keya yang baru datang di depan rumah.Keya segera memarkir motornya.Disapa seperti itu, gadis kecil itu tersenyum dengan mengeluarkan kata-kata. Tangannya yang kecil melambai-lambai. H Darman kemudian mengambil dari gendongan Keya dan membawanya masuk."Sheryn ya, Ba?" Bu Aisyah keluar dengan tergopoh-gopoh. Sepertinya sudah begitu lama dia tak bertemu dengan cucunya dia amat rindu. Diciuminya gadis itu."Makin nakal, Mi. Kerjaannya manjat melulu. Ghak ada diemnya," kata Keya."Ghak apa, itu namanya anak pinter. Nabil duluh juga ghak pernah mau diam, beda dengan Hanafi." ucap Bu Aisyah tentang Nabil, lalu tersadar setelah melihat Keya terdiam.Keya masuk dan meletakkan keperluan Sheryn. Nampak di ruang keluarga, berbagai jenis mainan untuk anak seusia Sheryn, begitu banyaknya. Sekilas Keya merasa ada yang aneh, bagaimana mungkin orang seperti H Darman dan Bu Aisyah bisa mengerti soal mainan-mainan edukatif itu. Saat ditanya, katanya

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 137. Takut

    "Aku pergi duluh ya, Kak."Liam mengulurkan tangannya. Keya mencium punggung tangan suaminya dengan lembut."Salim sama Ayah, Cantik," kata Keya kepada putrinya yang masih balita. Gadis kecil itu menurut, lalu mengangkat tangan kecilnya, mengucapkan salam. Liam membungkuk, mencium pipinya dengan gemas.Belum juga beranjak ke pintu, Liam berbalik arah dan memeluk Keya dengan erat."Kak, ini kenapa sih kok lebay banget?" tanya Keya sambil terkikik pelan."Hati-hati kalau di rumah," bisik Liam, mencium kening istrinya."Kan sudah ada Bi Ira yang nemenin aku dari pagi sampai malam. Kenapa Kakak jadi khawatir?"Liam tersenyum, mengusap pipi Keya. Sejak kemarin, ada keresahan yang tak bisa ia jelaskan. Semalaman ia memeluk Keya seperti ingin menahan waktu. Ia tahu, ini hanya pelatihan satu bulan untuk guru di pesantren, tapi hatinya tidak bisa dibohongi. Ada kecemasan yang tumbuh.Ia masuk kembali ke rumah, menatap koper hitam di dekat pintu. Setelah memastikan semua sudah lengkap, ia menu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status