Share

Wanita Pertama

Author: Ayri Aster
last update Huling Na-update: 2025-10-11 22:10:02

Abrar dan Ayra sama-sama terpaku dan bertatapan dalam beberapa detik. Sampai akhirnya suara deheman Willi yang berdiri tak jauh dari mereka, akhirnya berhasil membuat keduanya menurunkan pandangan dan salah tingkah.

Willi tersenyum tipis melihat suasana canggung diantara keduanya. Kalau saja dia tidak sedang membawakan barang-barang yang dibeli bosnya untuk Ayra, dia tidak perlu terseret dalam kecanggungan ini.

Dia juga sempat melirik beberapa karyawan wanita di ruangan itu sedang memperhatikan pasangan di hadapannya ini. Mata para kaum hawa itu begitu mendamba kepada Abrar dan memandang iri terhadap Ayra. Tapi, mereka juga tidak sebanding dengan Ayra yang merupakan anak pemilik kantor ini. Willi geleng-geleng kepala memikirkannya.

"K-kamu ngapain kesini?" Ayra bertanya kepada Abrar setelah berhasil menguasai dirinya. Dia sempat terkejut dengan kedatangan lelaki ini yang tanpa memberi kabar sebelumnya.

"Emang harus ada alasan buat ketemu kamu?" Abrar tersenyum.

"Nggak juga. Cuma t
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Babak Belur Pernikahanku   Pergi Lagi

    Ayra tidak fokus mendengarkan pembicaraan Nenek Wanda dengan Abrar di telepon. Dia memandang ke jalanan di luar jendela. Pikirannya sibuk mencerna semua perkataan Nenek Wanda. Dia juga mencari jawaban penolakan yang tepat dan tidak menyakiti hati Nenek Wanda.Ya. Permintaan besar itu jelas ditolak oleh Ayra. Dia tidak akan pernah menuruti itu. Jika memang Abrar bukan jodohnya, dia sudah siap untuk ikhlas meski sakit sekali lagi. 'Bodoh. Sudah tau hasil akhirnya pasti begini lagi, kenapa mudah banget luluh untuk balik.'Ayra merutuki keputusannya sendiri yang menerima Abrar kembali beberapa waktu yang lalu. Dia menyesali tidak menjadi perempuan yang lebih tegas dan berharga diri tinggi. Kini dirinya malah terjebak dengan situasi ini lagi. Situasi yang membuatnya harus memberi jawaban tidak, lalu pergi. Dan lukanya, lagi-lagi harus dia bawa dengan utuh dan obati sendiri. Mulai dari awal lagi. Ayra menghela nafas panjang. Memberi oksigen sebanyak-banyaknya pada rongga dadanya yang mul

  • Babak Belur Pernikahanku   Mustahil

    Beberapa hari kemudian, Ayra baru saja selesai pertemuan dengan klien di salah satu restoran VIP di Kota Lumia.Ketika baru saja melewati pintu keluar dan berjalan ke arah mobilnya, sebuah mobil lain berhenti tepat di sebelah mobil miliknya. Sedetik kemudian, kaca mobil penumpang terbuka perlahan dan terlihat Nenek Wanda sedang melihat ke arahnya. "Apa kamu sibuk? Bisa kita ngobrol sebentar?" Nenek Wanda berkata sedikit lebih keras. Ayra tersenyum kikuk dan mengangguk."Iya, Nek. Kebetulan aku udah nggak sibuk." Ayra melangkah maju mendekat ke arah mobil Nenek Wanda. "Kalau begitu naik sini." Nenek Wanda melambaikan tangan lalu menepuk kursi penumpang yang kosong di sebelahnya."Baik." Ayra segera masuk dan duduk tepat di sebelah wanita dengan rambut putih sepenuhnya itu."Jalan." Nenek Wanda memberi perintah pada sopir lalu menoleh kembali ke arah Ayra dengan senyum ramah."Nggak apa-apa kan kita ngobrol sambil keliling-keliling? Biar nggak jenuh dan agak santai." Ayra mengangguk

  • Babak Belur Pernikahanku   Mengobrol

    Abrar telah pulang sekitar setengah jam yang lalu. Ayra juga baru saja selesai menemani Arzha dan Zetha tidur. Kini tinggal dirinya sendiri yang masih terjaga. Waktu menunjukkan masih pukul sepuluh. Karena belum merasakan kantuk sama sekali, Ayra bingung hendak melakukan apa. Hingga akhirnya dia berpikir untuk memakai lulur badan dan masker wajah saja. Dia mengambil baju ganti dan masuk ke kamar mandi. Ayra melumuri dan memijat lembut seluruh badannya dengan lulur beraroma bunga sakura. Dia juga memasang masker pada wajahnya yang sudah dia bersihkan dengan air hangat sebelumnya. Ayra mengambil buku bacaan dan mulai fokus membaca sambil menunggu lulur dan maskernya meresap. Dia selalu menikmati momen quality time untuk dirinya sendiri seperti ini. Rutinitas harian yang melelahkan dan pekerjaan yang menyita pikiran, memang membutuhkan hal-hal yang bisa membuat rileks agar tidur menjadi lebih nyaman dan nyenyak. Tak terasa dua puluh menit berlalu. Ayra beranjak dan melepas maskernya

  • Babak Belur Pernikahanku   Gosip

    Ayra memberi Abrar tatapan yang sangat tajam dan penuh kecurigaan. Dia cukup familiar dengan suara gadis yang didengarnya barusan. Apalagi posisi gadis tersebut sedang berada di rumah Abrar bersama dengan Nenek Wanda. "Aku tau apa yang sedang kamu pikirin. Dan aku bisa pastiin ini semua nggak seperti yang ada di dalam pikiranmu." Abrar terlebih dahulu berkata dengan sangat hati-hati. "Emang apa yang aku pikirin?" mata Ayra semakin tajam. "A-aku beneran nggak tau ataupun sama sekali nggak janjian sama mereka. Beberapa hari ini mereka berkali-kali datang ke kantor tapi emang sengaja aku tolak. Aku sama sekali nggak pernah ketemu lagi sama cewek itu sejak aku pergi keluar negeri lima tahun lalu."Sorot mata Abrar terlihat jujur namun was-was. Nada suaranya juga pelan dan penuh kehati-hatian. "Terus?" Ayra sengaja terus menekan. Dalam hatinya banyak rasa berkecamuk. Ada curiga, percaya, cemburu, takut namun juga senang. Dia tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya dia rasakan. "Ya b

  • Babak Belur Pernikahanku   Rusak

    Hari ini akhirnya Zetha diperbolehkan pulang oleh dokter. Ayra sedang mengemas barang-barang mereka setelah mempersiapkan Zetha. Gadis cilik itu sudah terlihat segar setelah cuci muka dan berganti baju. Abrar yang selalu setia menemani Ayra menginap di rumah sakit, kini sedang mengurus administrasi. Tidak ada Willi yang bisa dia perintah untuk hal ini. Asistennya tersebut sedang menetap di kantor untuk mewakilinya. Ayra dan Abrar saat ini terlihat jauh lebih kompak dan serasi. Mereka selalu bekerja sama dan saling mengisi untuk merawat dan memenuhi kebutuhan Zetha selama di rumah sakit.Ayra juga merasa sangat terbantu dengan kehadiran Abrar. Bahkan Pak Surya dan Bu Yasmin juga menjadi lebih tenang jika harus meninggalkan Ayra di rumah sakit. Kedua orang tua itu sedang sibuk mengurus keperluan keberangkatan mereka untuk perjalanan umroh dan beberapa negara lainnya. "Sudah diberesin semua?" Abrar yang baru saja masuk langsung bertanya dengan lembut kepada Ayra. "Sudah." Ayra mengan

  • Babak Belur Pernikahanku   Keraguan

    "Mami sama papi lama banget sih. Adek mau minum, haus." Zetha langsung protes. "Iya sayang, maaf ya. Bentar mami ambilkan minumnya dulu." Ayra merasa bersalah. Dia mengambil air mineral dalam botol kemasan yang tersedia di atas nakas. Abrar juga bergerak membantu Zetha untuk duduk. Dia menarik bantal agar menjadi sandaran yang nyaman untuk bocah yang masih terlihat lemah itu. Setelah membuka tutup botolnya, Ayra segera membantu Zetha untuk minum secara perlahan. Abrar juga tetap pada posisinya menjaga tubuh Zetha di sisi yang lain. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Saling perhatian dan penuh kasih sayang. "Mau apa lagi sayang? Mau makan roti nggak?" Ayra menawarkan sesuatu untuk Zetha sambil merapikan anak rambut putrinya tersebut. "Mau, tapi dikit aja ya, Mi." Zetha mengangguk. "Oke. Mami suapin ya." Ayra tersenyum lalu meraih roti sobek di atas nakas. Dia mengambil secukupnya dan mulai menyuapi Zetha. Sesekali dia memberi minum agar roti tersebut denga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status