Home / Mafia / Berganti Suami Di Pelaminan / Anak calon suamiku

Share

Anak calon suamiku

Author: Molen
last update Last Updated: 2025-10-31 20:23:06

"Yeshi, paman kecilmu belum makan apapun sejak sore. Bawakan kue ini. Mungkin dia suka," ujar Nyonya Ayas menyodorkan sepiring kue dengan balutan keju di atasnya.

"Ma, sudah dua puluh tahun lebih aku tidak bertemu dengannya. Jika aku yang memberikannya ini akan sangat canggung." Wanita itu mencoba menahan keinginan Mamanya. Agar dia tidak membawakan kue itu kepada Paman kecilnya.

"Bukankah dulu kamu selalu minta di gendong. Bahkan sering sekali menangis ingin ikut pergi bersamanya." Nyonya Ayas meneruskan membahas masalah Yeshi saat kecil.

"Baik, baik. Aku akan pergi. Jangan membahasnya lagi," kata Yeshi terpaksa menuruti perintah Mamanya.

Dia segara pergi dengan sepiring kue di tangannya. "Paman kecil. Kamu belum menyentuh makanan sejak tadi." Menyodorkan sepiring berisi kue di hadapan Paman kecilnya. "Jika kamu tidak menyukainya aku akan membawakan makanan yang lain. Yang mungkin kamu sukai."

Pria itu mengambil piring di tangan keponakannya. "Terima kasih." Meletakkan piring itu di atas meja kecil di depannya.

"Apa kamu tidak nyaman berada di keramaian?"

"Ya."

Wanita itu melihat dari kejauhan Mamanya memberikan isyarat jika dia harus tetap tinggal.

"Apa kamu akan nyaman jika aku ikut duduk di sini?"

"Tidak."

"Oh, baiklah. Aku tidak akan mengganggumu lagi," ujar Yeshi melangkah pergi. Namun dia di hentikan tatapan mematikan dari Mamanya. Dia menarik napas dalam. Menebalkan wajahnya untuk tetap duduk di samping Paman kecilnya. "Maaf, aku juga terpaksa melakukannya."

Sesekali wanita itu menahan napasnya. Dia tidak menyukai bau asap rokok. Tapi karena Mamanya yang memintanya diam. Tidak ada cara lain lagi. Dia hanya bisa menurut.

Keheningan di antara keduanya seperti mencekik mati pembicaraan yang ingin di mulai.

"Sudah berapa lama Paman kecil kembali dari luar negeri?"

"Satu tahun."

Percakapan terhenti kembali.

'Ini sangat canggung.' Yeshi hanya bisa terus menggerutu dalam hatinya. 'Kenapa dia sangat pendiam. Aku cukup kesulitan mencari topik pembicaraan.' Asap rokok yang ia hirup membuat dadanya menjadi cukup sesak. Dia berusaha menahannya tapi tetap tidak bisa. Dia bangkit, "Paman kecil, aku akan membantu Mama menyiapkan makanan."

"Ya," jawab Ethan tanpa ekspresi.

Yeshi langsung berjalan pergi menuju kedalam rumah. Dia berjalan cepat tidak memperhatikan orang-orang yang ingin berbicara dengan dirinya.

Drkakk...

Pintu kamar di kunci dari dalam.

Wanita itu mengatur napasnya sembari mencari obat yang ada di dalam tasnya. Setelah menemukan obat yang ia cari. Dia langsung meminumnya dan duduk membiarkan udara masuk pelan melalui saluran pernapasannya.

Obat di masukkan kembali di dalam tas. Setahun yang lalu dokter mendiagnosisnya memiliki asma. Adult-onset asthma yaitu asma yang terjadi di saat dewasa karena kondisi tertentu. Semenjak itu di dalam tasnya selalu ada obat khusus untuk melancarkan pernapasannya. Tapi dia tidak pernah memberitahukan masalah kesehatannya kepada kedua orangtuanya.

Dia hanya tidak ingin membuat mereka khawatir.

Setelah merasa baikan. Yeshi keluar dari dalam kamarnya menuju ketempat keluarga besarnya berada.

"Yeshi, kamu baik-baik saja? Tadi Mama lihat kamu masuk kedalam kamar. Dan berdiam di sana cukup lama." Nyonya Ayas menatap dengan khawatir.

Wanita itu tersenyum kearah Mamanya. "Kepalaku hanya sedikit pusing karena perjalanan. Aku istirahat sebentar di dalam kamar."

Mendengar jawaban putrinya Nyonya Ayas menjadi lega. "Hari ini menginap saja di sini. Agar tidak terlalu melelahkan."

"Ma, malam ini aku harus kambali."

Nyonya Ayas hanya bisa memberikan persetujuan karena pekerjaan putrinya sulit di tinggalkan.

Acara selesai di jam sepuluh malam. Dan malam itu juga Yeshi harus kembali ke kota. Pihak perusahaan tempatnya bekerja terus mendesak agar investor yang ia tangani. Segara menyelesaikan penandatanganan akhir kontrak.

"Sudah malam. Kenapa tidak istirahat semalam di rumah Nenek. Besok baru berangkat." Nyonya Ayas tetap berusaha menahan putrinya. Dia menatap putrinya dengan khawatir.

"Ma, aku harus tetap pergi."

Nyonya Ayas melepaskan tangan putrinya. "Jaga dirimu dengan baik."

"Iya, Mama juga."

"Hati-hati di jalan. Jangan terlalu mengebut. Jaga keselamatanmu." Tuan Danu mengelus lembut kepala putrinya.

"Ma, Yah, jaga diri kalian baik-baik." Yeshi masuk kedalam mobilnya.

Mobil melaju keluar dari pekarangan luas milik Nyonya tua. Yaitu Nenek Yeshi yang usianya sudah mencapai delapan puluh tahun.

Perjalanan panjang harus wanita itu tempuh lagi. Sebelum fajar dia telah sampai di rumah pribadinya. Mobil di parkiran di garasi rumah. Dia keluar dari mobil membawa banyak barang bawaan dari kedua orangtuanya juga Neneknya.

Ttiinggg...

Ponselnya berdering.

Dia mengeluarkan ponselnya. Saat tahu jika panggilan itu dari kekasihnya Yeshi langsung mengangkatnya. "Ya, Ga."

Tidak ada jawaban.

"Arga."

"Kamu Yeshi?" Suara seorang wanita justru terdengar dari sambungan telepon.

"Kamu siapa?"

"Aku Ibu dari calon anak Arga."

Wajah Yeshi menjadi pucat.

"Aku sudah mengandung lima bulan. Dan ini adalah anak dari calon suamimu. Jika kamu masih memiliki harga diri. Lebih baik batalkan pernikahan kalian." Wanita di panggilan telepon terdengar lebih menekankan setiap perkataannya.

"Apa yang kamu lakukan. Apa kamu gila?" Arga merebut ponsel dari tangan selingkuhannya. "Shishi, ini semua bukan seperti yang kamu bayangkan. Aku akan pulang sekarang. Menjelaskan semua kesalahpahaman ini."

Sambungan telepon di akhiri.

Semua barang yang ada di genggaman tangan Yeshi jatuh di lantai. Dia menekan dadanya kuat. Kedua kakinya terlalu lemah untuk melangkah. Dia berjongkok sembari menguatkan dirinya.

Air matanya mengalir. Tapi tanpa suara. Dia berusaha menahan semuanya dan mendengarkan penjelasan dari Arga.

Dengan perlahan Yeshi bangkit dari lantai mencoba berdiri agar bisa mencapai sofa. Seluruh kekuatan yang tersisa di dirinya ia keluarkan untuk menopang langkahnya.

Hingga pagi, wanita itu hanya duduk diam di dalam kegelapan. Cahaya matahari bahkan tidak dapat masuk karena semua penutup jendela tidak di buka. Semua lampu yang ada di rumah itu juga tidak sempat di nyalakan.

Tiiittii...

Suara seseorang menekan sandi akses masuk di pintu utama.

Pintu di buka.

Arga berlari masuk mencari keberadaan calon istrinya. Di saat melihat wanita itu tengah duduk di sofa. Dia langsung berlutut dengan penyesalan di wajahnya. "Shishi, aku juga tidak tahu kenapa semua ini akan terjadi." Meraih tangan Yeshi. "Saat itu aku mabuk dan tidak sadar telah melakukan hubungan seksual dengannya. Aku benar-benar tidak tahu."

Tatapan Yeshi sangat dingin. Wajahnya pucat dengan kedua mata membengkak karena air mata yang terus mengalir. "Sadar ataupun tidak kau telah melakukannya. Dan bayi dalam kandung wanita itu juga adalah anakmu. Arga, pernikahan kita tidak bisa di lanjutkan lagi."

"Tidak, tidak. Yeshi, aku tidak pernah mengharapkan bayi itu ada. Aku sudah mencoba untuk meyakinkan wanita itu. Agar dia menggugurkan kandungannya. Aku juga tidak ingin membawa masalah untuk masa depan kita."

Pelakkk...

Tamparan kuat di berikan kewajah Arga.

Pria itu tersungkur kelantai.

"Aku kira kamu pria yang bisa mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Tapi ternyata pilihanku salah. Kamu hanya bajingan yang tidak bisa di andalkan. Dia anak kandungmu. Bagaimana bisa kamu berpikir untuk melenyapkannya dari dunia yang bahkan belum ia lihat." Yeshi bangkit dari tempat duduknya. Amarahnya memuncak.

"Aku melakukan semua ini juga karena memikirkan dirimu. Aku tidak ingin kesalahan kecil ini menghancurkan hubungan kita." Arga bangkit. Dia terus mencoba meyakinkan Yeshi. "Shishi dengar. Kamu tenang saja aku pasti akan menyelesaikan masalah ini sebelum pernikahan kita di langsungkan. Aku janji." Mencengkeram kuat kedua lengan kekasihnya.

"Lepas, aku tidak sudi menikahi pria gila sepertimu." Wanita itu mencoba memberontak.

Tapi Arga jauh lebih kuat. "Aku tidak akan melepaskanmu. Seandainya kamu bersedia melepaskan keperawananmu kepadaku. Sekalipun belum ada ikatan pernikahan diantara kita. Tidak mungkin kesalahan seperti ini bisa terjadi kepadaku. Sekarang bersedia ataupun tidak. Kamu harus menjadi milikku."

"Arga lepas. Kamu sudah gila. Aku akan membunuhmu jika kamu tidak melepaskanku." Yeshi terus memberontak.

"Kesucianmu hanya boleh menjadi milikku. Yeshi, kau harus menjadi milikku seutuhnya." Arga berusaha memaksa kekasihnya melakukan hubungan suami istri.

"Lepas..." Yeshi berteriak putus asa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berganti Suami Di Pelaminan    Menjadi sandera

    Di dalam mobil yang melaju kencang Wanita itu hanya bisa diam dengan tubuh bergetar. Dalam hatinya hanya berharap Paman kecilnya segara datang membantu dirinya lepas dari genggaman pria itu."Aaaa..." Pria yang tengah memegang kendali mobil kehilangan kendali. Tangan kirinya menekan kepalanya. "Data, data, data..."Dia terus mengulangi kata yang sama sepanjang perjalanan.Di menit berikutnya pria itu memperhatikan wanita di sampingnya. "Kamu harus menyimpan datanya. Jangan sampai ada orang yang mengetahui keberadaan data itu."Yeshi memperhatikan dengan air mata yang terus mengalir."Aku tidak akan membunuhmu. Hanya kamu satu-satunya orang yang dapat menerima data itu." Kedua mata itu sangat menakutkan. "Cari benda tajam." Suara-suara aneh terus saja berdatangan tanpa henti. Membuat isi kepala pria itu terasa hampir meledak. "Cepat."Dengan tangan yang masih terikat. Yeshi mencari benda tajam yang bisa dia berikan kepada pria itu. Dia menemukan cutter kecil di samping tempat duduknya.

  • Berganti Suami Di Pelaminan    Aku tidak akan membiarkanmu mati

    Saat malam hari kediaman itu menjadi sangat sunyi. Hanya suara hewan malam yang terdengar saling bersautan.Tokk...Suara ketukan pintu terdengar.Yeshi bangkit dari atas tempat tidur meletakkan laptop yang ada di pangkuannya. "Tunggu sebentar." Dia berjalan menuju pintu. Saat dia membuka pintu itu Pak Tua Zack sudah berdiri di hadapannya."Nyonya muda, makan malam sudah siap."Yeshi keluar dengan baju casual.Di meja makan dua puluh lauk berbeda ada di atasnya."Paman Zack, apa Paman kecil sudah pulang?" Tanya Yeshi."Tuan muda masih ada banyak pekerjaan di luar. Mungkin malam ini tidak bisa kembali," ujar Pak tua Zack."Lalu, semua makanan ini?" Menatap semua makanan yang ada di depannya."Untuk anda."Jawaban sederhana dari Pak tua Zack membuat wanita itu menelan ludah kecut di tenggorokannya. Pandangan matanya teralihkan menuju pria tua di samping meja. "Paman Zack, aku tidak mungkin menghabiskan semua ini.""Tidak masalah. Nyonya bisa mengambil secukupnya," saut pria tua itu."La

  • Berganti Suami Di Pelaminan    Nyonya muda kediaman tua

    Pesta pernikahan berakhir di jam dua belas siang. Semua tamu undangan juga telah meninggalkan gedung pernikahan. Hanya keluarga dari kedua mempelai yang masih berbincang di dalam gedung pernikahan.Sedangkan kedua mempelai telah berada di dalam ruangan penata rias.Di dalam ruang mereka hanya diam. Hingga Erhan memulai pembicaraan lebih dulu. "Untuk sementara kamu bisa tinggal di apartemenku. Nanti aku akan minta seseorang membeli rumah pernikahan." Mengambil satu batang rokok. Tapi tidak menyalakannya hanya di putar berulang kali di antara jari-jari tangan."Tidak perlu. Aku tahu paman kecil menyetujui pernikahan ini karena paksaan keluarga." Menatap kearah pria di ujung ruangan bagian kanan. "Besok aku akan menyiapkan surat perceraian untuk mengakhiri pernikahan ini." Yeshi menatap dengan perasaan tidak enak.Mendengar itu Erhan langsung menatap kearah wanita berbalutkan gaun pengantin. "Tunggu sampai semua tenang. Jika kita langsung bercerai Ibu pasti akan membunuhku."Pemantik ele

  • Berganti Suami Di Pelaminan    Permintaan masa kecil yang terkabulkan

    Arga di seret keluar dari ruangan itu.Melihat dirinya sudah aman Yeshi justru merasakan kakinya sangat lemas. Saat dia hampir pingsan Ethan langsung menahan tubuhnya. Wanita itu di arahkan untuk duduk di kursi.Nyonya Ayas segara memeluk putrinya."Kakak pertama, sebenarnya apa yang terjadi?" Tuan Hazhi mencoba meluruskan masalah yang tidak mereka mengerti.Pintu ruangan di tutup rapat. Tidak mengizinkan orang luar masuk kedalam.Tuan Danu menceritakan semua masalah yang terjadi kepada adik sepupunya tanpa terlewat."Bocah itu memang layak mati," ujar Tuan Hazhi menggertakkan giginya. Dia menatap kearah kakak sepupunya. "Tapi tidak mungkin juga kalian membiarkan Yeshi duduk di pelaminan seorang diri.""Sebentar lagi acara akan di mulai. Ibu juga tengah menyaksikan melalui kamera yang telah di pasang di aula utama. Jika pesta gagal kami takut keadaan Ibu menjadi semakin buruk." Tuan Danu menekan kepalanya."Bukankah kakak juga masih lajang. Kenapa tidak dia saja yang menggantikan memp

  • Berganti Suami Di Pelaminan    Kamu hanya bisa menikah denganku

    Pernikahan yang seharusnya di langsungkan dua minggu lagi. Kini Yeshi harus melakukan pengaturan ulang. Memberikan biaya tambahan kepada Wedding organizer (WO). Yaitu penyedia jasa profesional yang membantu calon pengantin dalam merencanakan, mengatur, dan melaksanakan acara pernikahan.Karena pihak Wedding organizer juga hanya memiliki waktu kosong di tanggal dua belas. Tiga hari dari waktu pemberitahuan. Yeshi dan kedua orangtuanya tetep menyetujui pengaturan itu. Di hari itu juga mereka semua langsung menyebarkan undangan yang telah disimpan. Mereka melakukannya seperti pengaturan awal. Agar Nenek Anin tidak curiga.Acara mendadak itu tentu saja membuat semua orang merasa bingung. Namun juga ikut senang karena pernikahan di segerakan.Hari-H pernikahan.Di salah satu ruang rias khusus untuk kedua mempelai yang ada di gedung pernikahan. Yeshi menatap diam di depan cermin cukup besar. Dia menarik napas berulang kali. Mencoba mengatur emosi dan perasaannya. Senyuman indah yang coba ia

  • Berganti Suami Di Pelaminan    Lebih baik aku mati dari pada melepaskan kesucianku

    Yeshi meraih botol kaca yang ada di dekatnya.Pranggg...Botol di hantamkan kuat kearah kepala Arga."Arhhh..." Pria itu menekan rasa sakit di kepalanya. Seketika dia melepaskan cengkeraman tangannya.Darah mengalir dari bekas hantaman."Pergi..." Ujung lancip pecahan botol di tekan di lehernya. "Lebih baik aku mati. Dari pada harus menyerahkan kesucianku kepadamu." Tangannya bergetar. Tangis tidak lagi dapat di tahan. Rasa takut telah menyelimutinya. "Pergi, atau kita mati bersama..." Yeshi berteriak lebih kuat.Arga terus menekan kepalanya. Darah terus mengalir dari celah jari jemarinya. "Shishi, aku sangat mencintaimu. Tidak akan aku biarkan kamu lepas begitu saja." Dia berjalan pergi dari rumah itu.Yeshi berlari menuju kepintu. Dengan tangan bergetar dia segara mengganti sandi akses masuk kerumahnya. Dia jatuh terduduk di lantai."Aaaaaaa..." Tangisannya pecah.Hatinya terluka sangat dalam oleh pria yang ia telah percayai. Dan ingin ia serahkan seluruh masa depannya kepadanya. Se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status