LuXa ( Jiwa Lucas bertubuh Alexa) Alecas ( Jiwa Alexa bertubuh Lucas) ----- LuXa berlari dengan kencang masuk ke dalam rumahnya begitu tersadar jika kini tubunya kembali tertukar dengan Alexa. Beruntung Shwan masih sedang mencari posisi ketika tubuhnya dengan Alexa kembali tertukar, andai saja tubuhnya dengan Alexa tertukar tepat ketika Shwan melepaskan peluru, kemungkinan besar yang mati adalah jiwa Lucas. Jiwa Lucas terlihat begitu resah karena rencananya dalam menyingkirkan Alexa berakhir seperti ini. Tubuhnya dengan Alexa kembali tertukar lagi tanpa ada yang tidur dari salah satu mereka. Jiwa Lucas sampai bertanya-tanya. Apakah selain tidur, tubuhnya dengan Alexa akan tertukar lagi jika Lucas berancana menyakiti Alexa? Semua yang terjadi semakin diluar dugaan Lucas. Pria itu harus bertindak hati-hati dengan langkahnya dalam mengambil keputusan. “Sialan,” geram Lucas memaki. Derap langkah suara terdengar dari arah berlawanan, dari kejauhan LuXa melihat kedatangan Alecas yan
“Dev,” panggil Alexa pelan. Devon mengangkat wajahnya dan mengalihkan sejenak kesibukannya dari laptopnya. “Ada apa Alexa?” Alexa menelan salivanya dengan kesulitan, gadis itu tertunduk dengan kaki sedikit gemetar terlihat gugup. Dengan berat Alexa mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap mata kekasihnya. “Ada yang ingin aku katakan kepadamu Dev,” ucap Alexa terdengar begitu pelan. Menyadari ada sesuatu yang serius, Devon segera menutup laptopnya dan meraih tangan Alexa, menggenggamnya dengan kuat agar Alexa tidak perlu takut untuk berbicara kepadanya. “Ada apa Alexa? Apa terjadi sesuatu?” “Aku dan Lucas tinggal bersama sejak dua hari yang lalu,” ungkap Alexa begitu pelan dan hati-hati. Wajah Devon memucat kaget, pria itu kehilangan kata-kata untuk beberapa saat. Dengan sesak Devon menarik napasnya dalam-dalam, “Kenapa bisa?” tanya Devon dengan sisa-sisa ketenagannya. Bibir Alexa menekan begitu kuat, tidak mungkin untuknya memberitahu Devon jika alasan utama Alexa
Lucas sudah terlihat rapi dan siap untuk pergi bekerja, pria itu duduk di ujung meja menunggu kedatangan Alexa. Tidak berapa lama Alexa datang, namun gadis itu hanya melewatinya dengan kepala terangkat angkuh, Alexa hanya tersenyum lebar kepada setiap pelayan yang di temuinya, tapi dia tidak sudi tersenyum sedikit pun kepada Lucas. Lucas tahu Alexa masih marah kepadanya prihal kuku palsu Alexa yang dia preteli karena tidak nyaman. Kemarahan Alexa pagi ini nampaknya tidak begitu Lucas pedulikan, lagi pula untuk apa Lucas membujuk Alexa untuk tidak marah lagi hanya karena masalah kuku palsu? Itu terlalu kekanak-kanakan. Tidak berapa lama akhirnya Alexa datang. Dagu Lucas sedikit terangkat, pria itu meneliti Alexa hendak melihat tangannya, namun tanpa sengaja pandangannya lebih memilih menelusuri tubuhnya yang cukup banyak terkeskpos. “Duduk, dan makanlah” suara Lucas sedikit serak dan wajah yang sedikit tersipu. Walau bagaimanapun, Lucas adalah lelaki normal. Alexa adalah salah satu
Alexa melenggang dengan riang, membawa nampan kopi, setelah memastikan aroma kopi bercampur dengan beberapa bumbu yang dia tuangkan sedikit mereda. Kedatangan Alexa kembali ke ruang makan berhasil menghentikan percakapan Lucas dan Caroline. “Maaf lama,” ucap Alexa dengan senyuman melebar. Alexa meletakan kopinya di depan Lucas dan untuk dirinya sendiri. Begitu selesai, Alexa ikut duduk di sebelah Lucas masih dengan senyuman ceria. Senyuman lebar cerah penuh kebahagiaan Alexa membuat insting Lucas langsung curiga dengan tingkah gadis itu. “Kau terlihat bahagia,” komentar Caroline dengan senyuman lebarnya. Alexa menyesap kopinya perlahan, lalu berkata, “Pagi ini saya harus bersemangat, semangat itu dibangun dengan suasana hati yang bahagia dulu,” ujar Alexa. “Itu benar.” Pupil mata Lucas menyempit, Lucas meneliti wajah Rosea dan menemukan pipi merah muda Alexa telah kembali. Terakhir Lucas melihatnya, ketika setelah ciuman panas mereka tadi pagi. “Alexa, apa Lucas berbuat kasar
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) ---- Lucas membawa Alexa ke kamar mandi, pria itu menyalakan shower dan menurunkan tubuh Alexa di bawah pancuran air yang paling dingin. Teriakan Alexa kembali terdengar, tubuhnya dibuat mengigil kedinginan, merasakan air menyerap melalui baju yang di pakaiannya dengan mudah. “Berhenti Lucas! Ya, aku akan mandi, berhentilah,” jerit Alexa memohon dan menyerah. “Berhenti bersikap manja dan kekanak-kanakan Alexa!” Lucas mematikan showernya. Begitu air berhenti jatuh, dengan mudahnya Lucas meraih wajah cantik Alexa dan mencengkram rahang dengan kuat hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. “Jangan main-main denganku. Apa kau mengerti?” Alexa mengangguk ketakutan. “Hikss.. aku mengerti.” Perlahan cengkraman Lucas mengendur, pria itu mengenyahkan kemarahan di dalam hatinya agar tidak berbuat kasar lagi kepada Alexa yang kini terisak menangis ketakutan. Lucas mundur satu langkah hanya untuk memberi jarak
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) ---- “Kenapa harus memakainya sih?” LuXa menggerutu, merasa sesak di dadanya saat Alecas mengaitkan tali bra di punggungnya. “Semalaman kau tidak memakainya, kenapa sekarang harus memakainya?” “Kau tidak perlu tahu.” “Aku bertanya Alexa. Apa bedanya menggunakan bra dan tidak menggunakan bra? Dadamu masih tetap menggantung di tempatnya.” “Berhenti bicara mesum.” “Mesum?” LuXa menyerigai jahat. “Seperti ini?” luXa meremas dadanya dengan keras. Alecas diam ternganga kaget sekaligus marah, sangat di sayangkannya Alecas merasa tidak begitu tega bila harus memarahi wajahnya miliknya sendiri. Melihat keterdiaman Alecas, LuXa langsung tersenyum dan kembali meremas dadanya lagi. Plak Alecas memukul tangan LuXa dengan keras. “Diam Lucas. Kau pria brengsek,” maki Alecas terlihat marah. “Kau tidak perlu marah Alexa. Yang menyentuh dadamu kan, tanganmu sendiri,” jawab luXa dengan enteng. Alecas mendengus kesal,
Alexa membawa Lucas pergi ke sebuah rumah seseorang yang sempat Alexa ceritakan bahwa itu adalah rumah seorang dokter, sekaligus sahabat Alexa. Lucas tidak protes dengan keputusan Alexa membawanya kembali keseorang dokter, meski sesungguhnya, jauh di dalam lubuk hatinya Lucas, pria itu begitu ragu dan yakin bahwa kenalan Alexa sama sekali tidak dapat membantunya. “Satu jam lagi aku akan ada pertemuan penting, untuk kali ini saja aku mengalah padamu,” Lucas menutup pintu mobilnya dengan sebuah bantingan. “Sebaiknya kau diam saja Lucas,” jawab Alexa. Lucas segera mengikuti ke mana arah Alexa pergi. Kedatangan Lucas dengan Alexa disambut oleh seorang assistant rumah tangga yang langsung mengarahkan mereka masuk dalam rumah untuk menunggu sang tuan rumah. Lama mereka menunggu, kesabaran Lucas yang semula cukup luas, berubah hilang tanpa sisa dan berganti menjadi segumpal kekesalan yang begitu kuat. Lucas merasa terhina, dia dan Alexa datang jauh-jauh, mereka sudah duduk selama sat
Ucapan Armin kembali berhasil membuat Lucas mematung kaget hingga tidak dapat berkata-kata. Armin, pria itu lebih tahu banyak hal tentang Lucas, bahkan kejadian yang pernah terjadi di masa lalu. Terasa sangat tidak masuk akal dan juga mustahil jika Armin mengetahui segalanya tanpa sebab, pria itu bukanlah cenayang, dia adalah seorang dokter yang seharusnya menggunakan ilmu medisnya dalam mengungkap masalah. Lucas harus bertindak hati-hati, mungkin kali ini Alexa membawanya pergi ke orang yang tepat. “Jika kau mengetahuinya. Katakan, apa yang akan terjadi?” Suara lucas merendah, pria itu menjadi sedikit lembut dan menyimpan taringnya. Armin segera melihat Alexa dan tersenyum ringan. “Lex, bisakah kamu menunggu di atas?” Alexa menggeleng pelan. “Kenapa? Aku juga ingin tahu, aku kan terlibat disini.” “Ini sesuatu yang penting. Lebih tepatnya, aku harus membicarakan masalah pribadi Tuan Lucas lebih dulu,” jawab Armin dnegan penjelasan singkatnya. Alexa terdiam dan menatap Armin ra