Selene, putri duyung bersuara indah, jatuh cinta pada Elliot, seorang manusia yang ia selamatkan dari kapal karam. Demi bersamanya, ia membuat perjanjian dengan penyihir laut, menyerahkan suaranya untuk menjadi manusia. Namun, di daratan, Selene hancur mengetahui Elliot telah bertunangan dan akan segera menikah. Mampukah Selene menemukan kebahagiaannya tanpa mengorbankan dirinya sendiri? Atau akankah ia kembali ke laut, meninggalkan jejak keheningan di hati manusia yang pernah ia cintai?
View MoreSuara Selene, sesosok putri duyung cantik, melantun lembut di tengah samudra, mengalir seperti angin sepoi yang membelai gelombang. Nyanyiannya memikat setiap makhluk laut yang mendengar, membuat lumba-lumba menari di sekitar dan ikan-ikan kecil bergerak dalam harmoni. Bagi Selene, menyanyi bukan sekadar hobi—itu adalah bagian dari dirinya, sebuah panggilan jiwa yang menyatu dengan arus dan desiran ombak. Namun, ada sesuatu yang selalu ia rindukan, sesuatu yang tak pernah ia temukan di kedalaman laut. Saat suaranya menggema di bawah sinar bulan, ia sering memandang ke permukaan, bertanya-tanya apa yang ada di dunia manusia yang begitu jauh dari jangkauannya.
Duyung cantik dengan rambut pirang dan mata biru sebiru lautan itu, memiliki keingintahuan yang tinggi mengenai dunia manusia. Walaupun Saudari-saudarinya seringkali melarang, namun diam-diam Selene terkadang mencari tahu dengan caranya sendiri. Seperti malam ini salah satu contohnya. Dia hendak berenang diam-diam mendekati daratan. Malam ini sinar rembulan lebih terang, sehingga memudahkan perjalanannya. Belum sampai mendekati daratan, tiba-tiba terlihat ada kapal yang karam di depannya. Selene bersembunyi di balik karang-karang laut karena takut keberadaannya akan diketahui manusia. Ketika dia bersembunyi, terdengar pula suara sesuatu yang terjatuh dan tenggelam ke lautan. Dari balik karang, mata duyung itu mengintip, mencari tahu apa yang ada di depannya. Seorang manusia, pria dengan baju linen putih yang basah dan robek sebagian karena kecelakaan kapal, memperlihatkan otot dadanya yang kuat. Celana panjangnya berwarna krem, lusuh karena perjalanan panjang di laut. Pria itu tenggelam jatuh ke dasar lautan dan tak sadarkan diri. Selene yang tadinya tengah bersembunyi, berenang menghampiri pria tersebut. Selene meresa bahwa dia harus menyelematkan pria itu, ia pun membawa pria berambut coklat tersebut dengan susah payah menuju daratan. Sesampainya di daratan, pria yang tak sadarkan diri itu perlahan mulai membuka matanya. Dia masih lemas, dan dengan pandangan yang masih kabur, kedua mata coklatnya menangkap wajah seorang gadis cantik bermata sebiru lautan dengan rambut pirang panjang bergelombang. Namun tak lama, pria itu kembali tak sadarkan diri. Selene lekas pergi dari daratan setelah memastikan sang pria aman dan akan segera ditemukan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, ia juga harus segera kembali ke laut mengingat kondisi tubuhnya yang tidak bisa terlalu lama berada di darat. Setelah berada di laut, dirinya bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya ia rasakan tadi? Jantungnya berdegup kencang ketika kulitnya bersentuhan dengan manusia tadi, mukanya memanas dan memerah padam ketika menatapnya. Rasanya seperti banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya. Baru pertama kali ia merasakan perasaan seperti ini. Keesokan harinya Selene melakukan aktivitas seperti biasanya, berkeliling laut sambil menyapa teman-temannya. Salah satunya temannya seorang duyung berambut coklat, bernama Marisca. "Hai Selene, bagaimana kabarmu? Hari ini kamu terlihat berbeda", tanya Marisca setelah membalas sapaan Selene. "Kabarku baik, aku sudah menyelesaikan tugasku hari ini", jawab Selene, "Aku terlihat berbeda?", sambungnya sembari melihat-lihat dan menyentuh tubuhnya. Marisca tersenyum dan mendekatkan mulutnya ke telingan Selene seraya berbisik, "Apakah ada kejadian luar biasa yang terjadi kemarin?" Selene terbelalak kaget, takut apa yang ia lakukan diam-diam akan diketahui oleh temannya. "Te-tentu saja tak ada kejadian seperti itu, semua terjadi seperti biasanya kok" "Hmmm, benarkah?", tanya Marisca kembali sembari menyeringai jahil. "I-iya, benar!" Marisca menarik tangan Selene dan membawanya ke suatu tempat yang agak sepi, "Kalau begitu, ikut aku! Ada yang mau aku ceritakan!" Selene hanya bisa pasrah dengan ajakan dari teman duyungnya itu. Marisca memposisikan satu jari telunjuknya di depan bibirnya, memberi isyarat pada Selene agar apa yang akan dia ceritakan padanya untuk dirahasiakan. Selene mengangguk. Marisca pun mulai bercerita. "Kau tau merman yang bernama Kairos? Kemarin aku tidak sengaja bertemu dengannya ketika membersihkan terumbu karang, dia juga ikut membantuku", ucap Marisca, "Dia sangat tampan dan baik hati, sepertinya aku jatuh cinta padanya", serunya kembali. Selene dengan polosnya bertanya, "Jatuh cinta? Memangnya seperti apa rasanya jatuh cinta?" Marisca tertawa mendengar pertanyaan Selene, "Ya ampun, kamu tidak tahu? apakah kamu tidak pernah merasakannya?" Selene hanya diam sesekali menggaruk sebelah pipinya yang tidak gatal. "Ketika kamu jatuh cinta dengan seseorang, kamu akan merasakan gejala-gejala aneh, seperti jantung berdegup kencang, pipimu memanas, perutmu terasa geli aneh, dan kamu tidak bisa berhenti memikirkan orang itu!", Marisca menjelaskan dengan penuh antusias. Mendengar penjelasan dari temannya, Selene langsung tersadar. Ternyata apa yang ia rasakan kemarin adalah perasaan 'itu', ya jatuh cinta. Setelah mendengar ucapan temannya, perasaan Selene menjadi semakin kuat. Setiap malam ia naik ke permukaan untuk mencari sosok pria yang ia taksir itu. Setelah beberapa lama ia mengamati, kini ia mengetahui bahwa pria pujaan hatinya itu bernama Elliot, seorang pelaut muda. Rasa ingin tahu Selene terhadap Elliot semakin menjadi-jadi. Ia tidak puas hanya melihat dari jauh. Ia ingin berjalan di atas tanah, berbincang dengan Elliot, dan mencintainya. Namun ia tahu, seorang duyung tidak bisa hidup di daratan. Selene memutuskan untuk menemui Thalassa, penyihir laut yang tinggal di gua gelap dan penuh reruntuhan kapal. Thalassa dikenal licik dan tidak segan-segan mengambil apa yang paling berharga dari kliennya. “Aku ingin menjadi manusia,” kata Selene dengan penuh keberanian saat bertemu Thalassa. Penyihir itu tertawa kecil. “Menjadi manusia? Kau sadar ini bukan tanpa pengorbanan, kan?” “Aku siap.” “Bagus,” kata Thalassa, menggerakkan tangannya sehingga air di sekeliling mereka berputar. “Aku bisa memberimu kaki, membuatmu menjadi manusia. Tapi, aku membutuhkan bayaran.” Selene mengangguk. “Apa yang kau mau?” “Suaramu.” Kata-kata itu membuat Selene terpaku. Suaranya adalah harta yang paling berharga, bagian dari dirinya yang paling ia banggakan. Tapi keinginannya untuk menjadi manusia lebih besar daripada rasa takut kehilangan itu. “Aku setuju.” Thalassa tersenyum puas. Ia menyentuh tenggorokan Selene, dan perlahan suara merdu duyung itu terlepas dari tubuhnya seperti kabut yang menghilang. Selene terbangun di pantai dengan kaki yang menggantikan ekornya. Tubuhnya terasa asing, tetapi kebahagiaan meluap di hatinya. Ia akhirnya menjadi manusia! Namun, tanpa suara, Selene menghadapi tantangan besar. Ia tidak bisa menjelaskan siapa dirinya, tidak bisa menyapa Elliot, dan hanya mampu tersenyum saat Elliot menolongnya. Saat itu tubuh Selene tak terbalut apapun, Elliot yang melihat hal itu sedikit membuang muka, bagaimanapun dia adalah pria normal. Dengan cepat dia membuka kemeja yang ia pakai dan memakaikannya kepada Selene. Muka Selene memerah malu, karena di depannya ada sang pujaan hati dengan penampilan bertelanjang dada menampilkan dada bidang dan lengan berototnya. Selene mencoba untuk menjelaskan apa yang terjadi, namun mulutnya tak bisa mengeluarkan suara. Elli yang paham akan hal tersebut pun berkata, "Aku akan mengantarmu ke tempat bibi, dia pasti bisa menolongmu" "Bukan, aku hanya ingin bersamamu, hanya kamu yang aku butuhkan Elliot!", itu lah kalimat yang sebenernya ingin diungkapkan oleh Selene, namun sayangnya dia hanya bisa menunduk diam.Posisi Elina kini terduduk di atas pasir dengan posisi kedua kakinya yang terbuka lebar. Walaupun ia belum pernah melahirkan, namun instingnya mengatakan ia harus mengatur nafas dan mengejan untuk melahirkan bayinya. Hingga akhirnya sebuah kepala disusul dengan badan yang lengkap menyembul keluar dari bawah sana. Dengan cepat Elina meraih dan memeluk bayi kecilnya yang masih berlumuran darah. Rasa lelah setelahnya membuat kesadaran gadis itu mulai menurun, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri. - Elina yang tak sadarkan diri kini tengah berbaring di sebuah ranjang di suatu ruangan kecil. Suara burung berkicau di pagi hari mulai mengusik gadis itu. Perlahan ia tersadar dan teringat akan kejadian malam itu, malam dimana ia melahirkan bayinya. Lantas ia langsung terbangun dan mencari-cari keberadaan bayinya. Matanya melirik ke sana ke mari, namun sosok yang ia cari tak nampak keberadaannya. Bahkan ia sempat berpikir apakah tadi malam ia sedang bermimpi? Namun karena rasa sakit di
Elina yang mendengar suara pelan Aegon, bukannya pergi tapi langsung berlari ke arah duyung itu. Sambil menangis ia menyentuh pipi Aegon yang dingin dan sudah dipenuhi luka."Aegon... Maafkan aku...", isaknya sambil menunduk."Sepertinya sekarang aku tahu cara agar memuatnya menangis dan mengeluarkan mutiara", ucap pria di belakang Elina."Iya benar, dari tadi kita sudah menyiksanya hingga membuat dia berteriak kesakitan tapi tak satu tetes pun air mata dia keluarkan", timpal temannya yang membawa pisau.Mendengar hal itu, Elina langsung membalikkan badannya. Menatap marah akan perbuatan kedua orang itu terhadap Aegon, namun ada secercah ketakutan juga dari matanya karena kedua pria itu kini perlahan melangkah mendekatinya.Sembari melangkah dan memainkan pisau di tangannya, pria itu berkata, "Tak ada salahnya mengorbankan satu nyawa demi kesejahteraan banyak orang bukan?"Pria satu lagi menarik Elina dan mengarahkan pisau yang ia keluarkan dari balik celananya ke arah leher gadis itu
Suara teriakan disertai ketukan keras terdengar dari suatu ruangan di kediaman keluarga Baker.lina, gadis yang sengaja dikurung oleh ayahnya di kamarnya itu, sesekali memohon kepada ayahnya agar tak menyakiti pria yang ia cintai. "Ayah, kumohon buka pintunya... jangan sakiti Aegon"Suaranya yang parau menandakan ia sudah menangis begitu lama, bahkan tenaganya pun mulai terkuras habis. Ketukannya semakin melemah dan ia pun terduduk di balik pintu.Sang ibu terdengar ikut menangis dari luar, tak tega melihat kondisi anaknya. "Ayah, apa harus seperti ini? Aku takut Elina melakukan sesuatu yang buruk"Sang ayah yang tengah duduk di kursi meja makan menggebrak meja dengan keras, "Tak ada yang lebih buruk dari mencintai kaum duyung terkutuk!"Sementara itu di tempat lain, di suatu ruangan gelap, dimana hanya cahaya dari rembulan yang bisa masuk melalui celah-celah jendela, sesosok duyung tengah tergantung di tembok. Tangan kanan dan kirinya di ikat di tembok, dan ekornya dibiarkan menjun
"Ba- bagaimana bisa?"Elina membelalak, kaget karena tiba-tiba jarinya yang terluka sudah tidak terasa sakit, bahkan ketika ia lihat dengan seksama luka goresannya pun sama sekali tak terlihat. Gadis itu menarik tangannya dari genggaman Aegon dan kembali memastikan jarinya dari jarak yang lebih dekat."Darah duyung bisa jadi obat untuk makhluk hidup lain", ujar Aegon sembari mengelap darahnya yang masih menetes dari bibirnya yang penuh dan terdefinisi.Elina menatap kagum duyung di depannya itu, lalu ia kembali teringat akan perkataan ayahnya mengenai air mata duyung dan bencana di lautan. "Aegon, bolehkah aku bertanya?"Aegon mengangkat kedua alisnya sambil menganggukkan kepalanya. "Tentu""Apakah benar bencana di lautan disebabkan oleh kaum duyung?", tanya ElinaAegon menempelkan tangannya di dagu dan berpikir sejenak, "Bisa iya, bisa juga tidak"Gadis keluarga Baker itu mengerutkan kedua alisnya, tak puas dengan jawaban Aegon. "Mak
Seorang pria baruh baya nampak berlari mendekati seorang gadis yang kini tengah berdiri di ujung dermaga. Gadis berkepang dua itu berdiri mematung menghadap lautan, kedua matanya menatap dengan kagum lautan biru di hadapannya dengan kedua pipi yang dihiasi semburat merah.Pria paruh baya itu nampak kelelahan mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Dengan napas tersengal-sengal, akhirnya ia sampai di belakang gadis yang merupakan putri semata wayangnya itu."Dimana dia? Dia berhasil kabur?", tanyanya setelah melihat jaring ikan di kapalnya kosong dan sudah terpotong sana sini."Aegon...", Elina menggumamkan nama duyung tadi dengan sangat pelan dan tak terdengar oleh ayahnya yang tengah panik karena tangkapannya berhasil kabur.-"Ayah, kenapa manusia memburu duyung?"Di tengah-tengah makan malam tiga orang manusia di meja makan itu, seorang Elina Baker melontarkan pertanyaan yang tidak biasa. Ayahnya yang tadinya tengah memotong daging
Frederick mengulurkan tangan. “Selamat untuk kalian berdua. Perkenalkan, aku Frederick”Entah kenapa Elliot merasa amat tidak suka dengan Frederick. Apalagi Frederick yang terlihat begitu dekat dengan Selene, rasanya membuat hatinya panas."Apa hubunganmu dengan Selene?" tanpa membalas ucapan dari Frederick, Elliot langsung menanyakan hubungan antara Frederick dan Selene.Selene yang hendak menjawab pertanyaan dari Elliot terhenti karena tangan besar Frederick yang tiba-tiba menarik tubuh kecilnya untuk lebih mendekat padanya. Frederick melontarkan seringaian yang seakan-akan mengejek pria yang sudah berstatus sebagai suami Isabella itu."Menurutmu?"Mendengarnya membuat Elliot benar-benar kesal hingga mengepalkan erat tangannya dan menonjolkan urat-urat di tangannya.Melihat reaksi suaminya, Isabella mengalungkan tangannya ke lengan Elliot dan berkata dengan senyuman yang agak dipaksakan, "Terima kasih atas ucapannya, silahkan nikmati pestanya"Frederick dan Selene pergi meninggalkan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments