Bunyi plak plok plak plok pertemuan antara kulit keduanya terdengar jelas di tengah senyapnya malam.
Nafas mereka saling memburu seolah menahan rasa nikmat, yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
"A--ku ..." ucap Aleta tertahan.
"Hah," balas Jhon sambil terus menaik-turunkan pantatnya disertai tatapan sayu dan wajah memerah.
"Aku ... aku ... um."
Lingkaran tangan Aleta beralih ke pinggul Jhon. Di sana ia pun sama mencengkram setiap sisinya. Dan kali ini ia sedikit menekan ke bawah. Membuat pusaka Jhon tenggelam begitu dalam sampai ke ujung rahim gadis itu.
Aleta memejamkan mata. Pipinya tambah merona. Sesekali ia menggigit bibir.
Sudut bibir Jhon terangkat tipis. Ia tau, Aleta hendak mencapai puncaknya. Dengan sengaja Jhon memperlambat gerakan. Sontak, Aleta mengerjap.
Gadis itu menatap tak terima. Ia melirik ke bawah. Jhon menarik seluruh pusakanya diiringi senyum menggoda.
"Fuck!" umpat Aleta seraya membalikan tubuh Jhon. M
CitttRem berdecit. Jhon menghentikan mobil tepat di depan teras kediaman Lousion.Aleta bergegas keluar. Ia berlari sedari menuruni mobil sampai tiba di kamar.Pintu kamarnya terdengar dibanting. Seketika Beni, anjing kesayangan Lousion mengerjap bangun. Anjing itu menggonggong.Lantas, Aleta membuka pintu kamarnya kembali. Ia melempar bantal ke arah Beni."Anjing sialan! Suaramu benar-benar menusuk telinga ku!" maki Aleta.Biarpun Beni hanya seekor anjing. Beni dapat menangkap ekspresi kemarahan wajah Aleta. Anjing itu langsung diam. Wajahnya mengkerut. Ia meloncat turun serta berlari menaiki anak tangga."Lapor sana! Lapor dengan ayah mu!" geram Aleta sembari membanting pintu.Dan kali ini yang terkejut bukan Beni, melainkan Katy. Kucing kesayangan Aleta sekaligus musuh bebuyutan Beni.Katy melompat dari tempat tidur Aleta. Kemudian Aleta tangkap dengan gemas."Oh, sayang ku." Aleta mencium gemas pipi Katy. Ia usap-usap bul
Lalu, didapatinya Aleta tengah mendorong tubuh seorang wanita ke permukaan tembok. Ia mengarahkan pisau cincin miliknya pada leher wanita tersebut. Sekali jurus mata tajam pisau akan menyayat kulit lehernya.Tidak ada perlawanan apapun, yang dilakukan wanita tersebut. Ia diam, ketakutan.Jangankan melawan Aleta. Melihat tatapan Aleta saja, ia bisa kencing berdiri."Aleta! Kau mau apa?" Tanya Jhon, mendekat dengan hati-hati. Takut kalau-kalau Aleta nekat."Stop! Berhenti di sana!" Teriak Aleta."Ok tapi lepaskan wanita itu,"
Kemudian barisan di belakang Aleta membrondong masuk. Namun, mereka tetap tidak berani mendahului Aleta atau gadis itu akan mengeluarkan jurus andalan.GrrrRahang Aleta mengeras. Ia menarik kursi di antara Jhon dan Mini. Lantas, menghempas kasar bokongnya dibarengi melempar tas ke dada Jhon.Jhon agak terkejut. Untunglah ia cepat menangkap. "Oh, hai," sapa Jhon. Aleta balas menyerongkan bibir dengan endusan sebal."Hay, Aleta," sapa Mini juga.Aleta membuang wajah. Ia menggosok-gosok ujung hidungnya. Tanpa basa-basi, Aleta menyambar piring makanan di hadapan Jhon.Gadis itu merampas pisah dan garp
Dilumatnya bibir Aleta. Rasanya manis dan lembut. Siapapun pasti akan dibuat ketagihan. Seperti Jhon.Dan kenyataannya hanya Jhon seorang, yang berhasil mengambil semua itu. Sebuah keberuntungan memang.Aleta membelalak. Ia berontak. Ia mendorong kasar dada bidang Jhon, tetapi Jhon gencar menekan tubuhnya.Dalam hati Aleta berkata, "Bajingan!"Lumatan Jhon beralih ke bibir atas gadis itu. Ia isap seolah bibir Aleta adalah mie ayam.Sembari meronta. Sesekali mata Aleta me
Kedua peluru itu mulai berdekatan, berdekatan, dan dalam jarak satu inci mereka saling melewati.Sigap Jhon menyamping. Membiarkan peluru itu menerjang tiang penyangga gedung kampus. Sementara peluru darinya berhasil menggoreskan luka di lengan pria pengintai itu.Darah segar merembas keluar melalui serat pakaian pria itu. Ia melirik lengannya. "Bajingan!"Secepat kilat, Jhon menekan lengannya yang terluka. Darah segar si pengintai keluar semakin deras."Ash." Jelas ia kesakitan.
Bibir Aleta mengembang. Bola matanya bergerak ke atas. Tidak salah lagi. Pasti gadis itu sedang memikirkan sebuah ide."Hum, aku sudah lama tidak mengunjungi arena tarung bebas milik ayah Beni.""Your mean, your father?""Siapa lagi ayah Beni? Aku? Ck, tidak sudi," jawabnya merotasikan mata.Jhon mengulas senyum. Ia suka cara Aleta merotasikan mata. "Dan kau ingin datang ke sana?""Tentu saja, dan lagi biasanya Sky suka ikut serta. Kau bisa mengambil kesempatan ini," sar
"Tidak semudah itu, Sky!"Sudut bibir Sky terangkat sinis. Seseorang sejenis dirinya mana mau dikalahkan oleh Jhon, yang ja anggap pria rendahan dan antah berantah."Jangan harap bisa lolos dariku, Jhon Christy." Tekan Sky kemudian melingkarkan kaki kanannya ke kaki kiri Jhon. Dari gerakan itu, Sky mendorong bagian belakang lutut Jhon. Membuat kaki Jhon bertekuk sehingga posisi tubuhnya sedikit membungkuk dan Sky memelintir tangan pria itu ke belakang juga.KrekkkSaking kuatnya pelintiran tangan Sky. Tulang sendi Jhon seolah akan patah. Pria itu meringis keci
"Bodoh!" Hardik Lousion. "Bagaimana bisa kau kalah dari seorang darah asing seperti keparat itu, hah?" Lanjutnya, menyudutkan Sky.Sky hanya mampu tertunduk. Jangankan menatap, membalas hardikan sang ayah pun ia tidak berani meskipun dalam hatinya ia ingin sekali melawan pria berdarah Rusia murni itu.Lousion mengusap kasar rambutnya ke belakang. Dan ia melihat bingkai foto mendiang sang istri. Di dalam foto tatapan mendiang istrinya persis seperti tatapan Aleta. Namun, mendiang istri memiliki sedikit kehangatan untuk Lousion sehingga pria itu masih amat sangat mencintai istrinya hingga detik ini."Lihat, kau lihat, wanita yang telah berbaik hati me