Bab 7Angel mendengar suara bantingan keras di pintu di saat dirinya keluar dari kamar mandi. Ben menghilang meninggalkan aroma parfum yang soft tapi maskulin. Menghela napasnya dalam-dalam, Angel memutuskan untuk mengabaikan apa yang baru saja terjadi. Lalu perempuan itu membuka lemari. Ia mencari baju yang akan dipakainya hari ini di antara susunan pakaian yang terdapat di sana. Meski hari ini ia sedang tidak baik-baik saja tapi Angel harus tetap ke kantor.Ia menjatuhkan pilihan pada sebuah blus berwarna coklat muda yang dipadu dengan pencil skirt berwarna senada.Ringisan menyembul di paras manis perempuan itu ketika ia mengangkat kakinya untuk memakai rok. Tidak hanya itu saja, pergerakan sekecil apapun membuatnya harus menahan nyeri. Rasa sakit di pangkal pahanya tak kunjung hilang. Dirinya harus menanggung sendiri rasa sakit itu. Seakan belum cukup perasaan sakit yang dialaminya Ben juga menorehkan luka batin di hatinya.Sampai setengah jam kemudian Angel tiba di kantor ia masi
Bab 8“Lolita? Kenapa harus dia?” tanya Angel memprotes.“Kenapa memangnya? Kamu keberatan?” Ben membalas pertanyaan dengan pertanyaan.Tentu saja Angel keberatan. Ia tidak mungkin membiarkan Lolita yang jelas-jelas berstatus sebagai kekasih Ben untuk bekerja di kantornya.“Aku memang keberatan. Apa nggak bisa cari orang lain saja?”“Nggak ada orang lain yang cocok denganku dan benar-benar mengerti aku kecuali Lolita,” jawab Ben bersikukuh dengan keinginannya.“Itu karena kamu belum mencoba. Kamu baru beberapa hari ngantor di sini tapi udah langsung bilang nggak cocok dengan Sofia.”“Jadi aku harus menunggu berapa bulan, hah?” tantang Ben mengangkat dagunya.Menghadapi Ben tidak akan mudah. Hal itu sudah Angel patrikan di dalam hatinya berkali-kali. Tapi tidakkah untuk kali ini lelaki itu bisa diajak berkompromi?“Dengar aku baik-baik, Angel. Aku ingatkan lagi kalau saja kamu lupa. Aku adalah pemilik perusahaan ini. Apa pun yang aku lakukan mutlak menjadi hakku. Aku nggak butuh pertim
Bab 9Angel dan Lolita serentak memandang ke sumber suara bersama dengan dekapan keduanya yang terurai.“Iya, Ben?” kata Lolita menanggapi.“Karena kamu sudah datang jadi aku pikir untuk membicarakannya sekarang dengan Angel. Ayo duduk dulu.” Ben berucap sambil menunjuk sofa yanng berada di ruangan tersebut.Tanpa menunggu diberi aba-aba kedua, segera saja Lolita melangkahkan kakinya menuju tempat yang Ben maksud.Angel masih berdiri terpaku karena merasa tidak diajak duduk bersama. Di dalam hati ia membandingkan cara Ben bicara padanya dan pada Lolita. Ben begitu kasar dan ketus pada Angel sedangkan saat berbicara dengan kekasihnya lelaki itu begitu lemah lembut. Entah kapan Angel akan berada di posisi itu.Ben dan Lolita mulai mengobrol. Setelah pertengkaran kemarin keduanya sudah kembali akur dan mesra seperti yang sudah-sudah. Angel tidak tahu bahwa hubungan keduanya membaik setelah Ben menjanjikan pada Lolita akan menceraikan Angel sesegera mungkin.Begitu menyadari bahwa Angel m
Bab 10Angel kembali ke ruangannya setelah pembicaraan bertiga dengan Ben dan Lolita selesai. Sambil membuka laptop perempuan itu memijit pelipisnya. Entah kenapa kepalanya mendadak berat. Mungkin karena kurang tidur atau bisa jadi karena ia baru saja menyetujui keputusan yang sebenarnya sangat bertentangan dengan hatinya. Namun, sekalipun Angel tidak menyetujui keputusan itu sikapnya tidak akan berarti apa-apa. Ben akan tetap mempekerjakan Lolita sebagai asisten pribadinya. Pria itu tidak butuh masukan dari Angel.Angel meraih gagang telepon lalu menghubungi Luna, meminta asistennya itu untuk datang. Tidak sampai lima menit perempuan berkacamata dengan frame oval serta rambut panjang bergelombang menampakkan diri di hadapannya.“Pagi, Bu, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.“Lun, saya butuh laporan progress pembangunan Mandala Apartemen. Bisa saya lihat sekarang?”“Bisa, Bu, tapi hard file-nya Pak Ben yang pegang. Bapak juga minta laporan itu ke saya.”Angel tertegun sejenak l
Bab 11“Jadi begini sikap yang baik? Baru datang di saat semua sudah berkumpul dan meeting sudah dimulai?”Selama hitungan detik Angel tertegun mencerna kata-kata Ben padanya. Pria itu marah padanya hanya karena Angel terlambat beberapa menit saja.Bukan hanya Angel sendiri, namun seluruh peserta meeting melongo menatap Angel yang sukses menjadi pusat atensi. Mereka tak menduga jika atasan mereka akan sekeras itu pada istrinya sendiri.“Maaf, Pak, saya salah.” Angel melafalkan kata itu sembari matanya menyebar mencari tempat duduk kosong yang tersedia. Ia menemukan satu kursi tak berpenghuni di sebelah Luna. Ia bisa menggunakannya nanti.Ben menggeram kesal di hatinya melihat sikap yang ditunjukkan Angel. Perempuan itu meminta maaf padanya tapi bola matanya bergulir ke mana-mana seakan kata maaf yang baru saja disampaikannya hanya sekadar syarat agar Ben mengizinkannya masuk lalu bergabung bersama peserta rapat yang lain.“Semua orang bisa mengaku salah dan meminta maaf. Tapi apa itu
Menahan perasaan malu, Angel tergesa melangkahkan kakinya menuju tempat duduk kosong di sebelah Luna. Segala gerak-geriknya tidak lepas dari perhatian seisi ruangan kecuali Ben yang saat ini sedang fokus pada iPad-nya.Setelah Angel duduk barulah pria itu menjauhkan muka dari gadget-nya lalu mengalihkan atensi kepada para peserta meeting.“Baik, meeting kita lanjutkan. Seperti yang sudah saya katakan di awal, saya mempunyai asisten baru yaang menggantikan asisten lama di perusahaan ini. Dia yang akan mengatur semua schedule saya dan apa pun yang berhubungan dengan pekerjaan. Tidak itu saja. Dia juga yang akan mengurus semua keperluan pribadi saya. Jadi nanti kalau kalian ingin berhubungan dengan saya harus melewati dia dulu. Saya tidak mau menerima siapa pun secara langsung. Semua harus melalui asisten saya. Dan hal ini berlaku untuk siapa pun.” Di ujung ucapannya Ben melempar pandang padu Angel seakan semua yang dikatakannya barusan ditujukan khusus untuk perempuan itu.Angel membala
Tepat di atas tempat tidur sana Ben dan Lolita sedang berbaring berdua sambil menonton televisi. Ben menjadikan lengannya sebagai bantal untuk Lolita sambil membelai-belai kepala perempuan itu lembut. Angel menahan diri agar tidak meneteskan air mata. Ia tidak boleh menangis. Bukankah ia sudah tahu jika Ben sangat mencintai kekasihnya? Namun yang tidak ada dalam prediksinya adalah bahwa Ben akan seberani itu membawa Lolita ke kamar pribadi mereka. Kamar suami istri. Kamar yang seharusnya hanya ditempati oleh Ben dan Angel. Karena keasyikan mereka agaknya kedua sejoli itu tidak menyadari kehadiran Angel. Jadi Angel pikir lebih baik ia menghilang. Ben dan Lolita tidak perlu tahu bahwa Angel menyaksikan keduanya sedang bersama di sana. Entah karena gugup atau ingin cepat, tanpa sengaja Angel menjatuhkan kunci mobil dari genggamannya. Hal itu menimbulkan dentingan kecil di lantai. Spontan saja Ben dan Lolita memandang ke arah pintu. Keduanya terkejut mendapati Angel berada di sana, ya
Meskipun semalam Angel kurang tidur tetapi pagi ini perempuan itu bangun lebih awal. Kamarnya yang kurang nyaman serta suara-suara desahan di sebelahnya begitu mengganggu Angel. Tanpa perlu melihat secara langsung Angel sudah tahu apa yang terjadi. Yang tidak diketahuinya adalah apakah suara-suara di kamar sebelah itu sengaja dikeraskan agar Angel bisa mendengar.Angel sedikit beruntung karena masih ada kamar mandi lain yang terletak di luar kamar Ben. Kamar mandi tersebut berada di belakang. Meskipun berukuran kecil dan tanpa bath tub, namun setidaknya Angel tidak perlu mengganggu Ben.Ben dan Lolita belum bangun dari tidur mereka saat Angel menapakkan kaki di ruang belakang. Mungkin keduanya masih pulas dalam lelap akibat kelelahan bercinta semalam.Hingga sampai selesai mandi Angel masih ditemani sunyi. Ia tidak melihat wujud pasangan itu. Angel memutuskan untuk membuat sarapan. Akibat melewatkan makan malam kemarin alhasil pagi ini perempuan itu merasa perutnya melilit.Membuka ku