POV Ayana
Aku terkapar, aku gak bisa bergerak sama sekali. Sakit. Bahkan aku kayak bayi yang harus dimandiin. Sholat aja sambil tiduran. Setelah pertempuran semalam yang begitu menggairahkan, mendebarkan dan membuat kami ketagihan kami terkapar tak berdaya lebih tepatnya aku sih. Huhuhu. Sakit guys. Hampir semalaman Royyan kecil kesenangan buka puasanya sampe gak mau berhenti, lupa dianya kalau aku kan baru pertama kali gitu-gituan.
"Dek."
Aku menoleh ke arah Mas Royyan yang datang dengan membawa sarapan.
"Makan dulu ya?"
"Iya."
"Sini mas bantu kamu duduk. Sandaran kek gini aja ya." Ucapnya sambil memposisikan diriku agar bisa duduk bersandar pada tumpukan bantal yang telah dibuatnya.
Dia memperlakukanku dengan lembut sekali. Duh pengin cium jadinya. Tapi jangan ah, ntar Royyan kecil ngajak perang lagi, akunya yang kerepotan. Kerepotan nolak maksudnya hihihi.
Eh. Udah ah jangan bahas Mas Royyan apalagi adik kecilnya
POV Ayana"Kamu jangan kemana-mana pokoknya?""Iya Mas.""Harus ada yang nemenin kalau mau pergi-pergi.""Iya Mas.""Kalau ada apa-apa telepon mas.""Oke.""Jangan lupa makan.""Iya.""Jangan lupa mimpiin mas.""Siap.""Love you.""Love you too.""Muah.""Hahaha. Kapan Mas sampainya kalau nelfon terus?""Hahaha. Oke mas tutup ya, Cinta.""Iya, Mas.""Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumslam."Aku menutup telepon, dasar Mas Roy. Selalu perhatian, makin cintakan akunya. Hihihi."Aya.""Iya Eyang. Eyang mau makan?""Enggak, eyang masih belum lapar. Nanti saja. Royyan yang tadi telepon?""Iya.""Hehehe. Baru juga pergi beberapa jam sudah telepon terus.""Mas Royyan memang gitu Eyang."Dua bulan lima belas hari usia pernikahan kami. Dan ini kali pertama aku ditinggal dinas keluar kota sama Mas Royyan. Dia ada
POV 3"Aya ... Roy ...," lirih Aditya. Dia merasa bersalah karena dirinya, kedua cucunya sedang dalam bahaya.Aditya ingat, saat Aya sedang ke toilet wanita itu menghampiri Aditya sambil menekankan pistol ke perutnya. Memintanya untuk ikut atau Ayana akan terluka. Sehingga mau tak mau Aditya mengikuti wanita itu menuju sebuah mobil. Sampai disana ia disekap dan dibawa jauh entah kemana."Jangan lakukan apapun atau eyang kamu akan aku tembak. Hahaha.""Mau kamu apa Arfan. Lepaskan eyangku. Kalau kamu ada masalah denganku, jangan bawa-bawa Eyang," ucap Ayana penuh kemarahan."Kamu. Masalahku adalah kamu. Aku mencintai kamu dari dulu tapi kamu malah mau dinikahkan sama Amir. Aku meminta opaku agar aku yang menikah denganmu. Tapi Amir yang manja itu merengek menyebalkan sekali. Aku kalah hanya karena aku bukan berasal dari menantu yang berdarah konglomerat. Namun perkataanmu tentang Amir bahwa Amir buaya darat membuatku melakukan tindakan untuk memperm
POV AyanaAku tengah menangis di depan sebuah pusara ditemani para eyang, Pakdhe Wisnu dan suamiku, Mas Royyan.Suaraku sampai sesenggukan rasanya. Ya Allah, umur manusia memang tidak ada yang tahu.Mas Royyan menghampiriku lalu mengelus kepalaku penuh kasih sayang."Setiap yang bernyawa pasti akan mati, sudah jangan ditangisi lagi. Bukankah lebih baik didoakan agar diterangi alam kuburnya.""Iya Mas.""Udah ayok balik.""Iya."Kami akhirnya memutuskan pulang, sedangkan Pakdhe Wisnu masih ingin menemani pusara orang terkasihnya. Kami akhirnya meninggalkannya dengan ditemani oleh Bon dan Bin yang berada tak jauh dari makam tentu dengan menyamar.Setelah melalui berbagai masalah dan cobaan akhirnya kami sedikit merasa tenang. Berita penggrebegan di rumah elit di daerah Purwojati masuk koran dan menjadi trending topik. Arfan dan kakeknya ditetapkan sebagai tersangka kasus prostitusi. Karena kakeknya sudah
POV Royyan"Mau tambah lagi gak?" tanya Mamah."Gak Mah cukup," sahut Elang."Kamu mau nambah gak Roy?""Gak Mah tapi kalau boleh mangganya tambahin dong.""Okeh."Mamah dengan sepenuh kasih menuruti apapun kemauan kami.Siapakah kami?Jawabnya calon bapak yang lagi ngidam pengen rujak buah buatan Mamah Nasha. Hahahaha.Udah tahu kan kalau Ayana hamil 8 minggu sedangkan Fiqa 5 minggu. Yes, mumpung ini sabtu minggu jatahnya pada libur, aku pulang dong ke Sokaraja.Alhamdulillah kondisi kandungan Ayana bagus. Juga gak mabokan lah orang yang mabok aku. Aku guys. Bahkan aku lagi kena sindrom ngidam pengen makan rujak buah buatan Mamah. Gak nyangka ketemu calon bapak yang satu lagi. Dia juga sama ngidam pengen tidur di rumah mertua katanya. Ck. Ngidam apa itu? Waktu ditawari bikin rujak dianya gak mau, tapi pas rujaknya jadi. Dia yang paling semangat makan. Aku juga sih hehehe."Kayaknya dulu mas gak kayak
POV AyanaHihihi. Aku tengah ketawa ngakak lihat suamiku lagi nari-nari dengan diiringi lagu 'Gee' dari SNSD. Kami berdua menari dengan energik sekali ketambahan pernak pernik bando lucu berhentuk telinga kelinci bertengger di atas kepala kami. Yeah. Kompak kan kami. Kompak absurd maksudnya. Pasangan absurd adalah julukan kami.Neomu banjjak banjjak nooni booshuh no no no no noNeomu kkamjjak kkamjjak nollan naneun oh oh oh oh ohNeomu jjarit jjarit momi ddeullyuh gee gee gee gee geeO juhjeun nunbit (oh yeah~) oh joeun hyanggee (oh yeah yeah yeah~)Kami masih nari-nari dengan bahagianya. Pokoknya senengnya hidupku, si upik abu yang dapat suami majikannya sendiri. Majikan yang mukanya blasteran tampan. Baik hati, humoris, sayang dan rajin menabung pula. Dan tambah satu lagi bucinnnnn. Tapi Ayana suka.Salah satu bentuk kebucinannya ya ini, selama aku hamil semua ngidam anehku diturutinya. Duh Mas Roy, Aya makin cinta kan jadinya. Hihihi.
Suara hingar bingar musik di sebuah club malam di Jogja memekakkan telinga. Sebagian besar ada yang mabok, joget-joget gak jelas, mengumpat, dan teler.Seorang gadis berusia 22 tahun nampak muak melihat pemandangan yang terpampang nyata melalui netra matanya yang berwarna cokelat terang. Wajah blasteran yang diturunkan dari sang ayah benar-benar membuatnya tampak cantik mempesona walau kesan jutek dan angkuh sangat kentara."Come on Fiqa, ayok ikut kita disini Joget-joget. Kita rayain kelulusan kita," ucap Clara salah satu sahabatnya."Malas, kalian aja," sahut Fiqa cuek."Minumnya Mbak?" Seorang pelayan wanita menawarinya minum."No thanks."Fiqa mengamati seisi ruangan hingga matanya tertuju pada mata Elang.Fiqa memutar bola matanya jengah melihat tampang tengil Elang yang selalu SKSD padanya. Usia Elang persis seperti kakak kembarnya.Elang menghampiri Rafiqa dan sengaja duduk di sebelahnya."Kamu gak ikut te
Rafiqa sudah didandani dan memakai kebaya putih simpel namun elegan. Wajah cantiknya bertambah, sayang tak ada senyum sedikitpun pada bibirnya."Senyum dong Mbak, jangan cemberut. Kalau cemberut kesannya si Mbak kayak dinikahkan secara paksa," sahut Bu Dewi si perias."Ehmmmm ...," jawab Fiqa.Dalam otaknya Fiqa sedang merancang strategi untuk menggagalkan pernikahan ini. Tapi dengan cara apa? Haish ... Fiqa merutuki dirinya. Kalau saja dia mengingat pelajaran biologi. Padahal dia berasal dari keluarga dokter. Kedua orang tuanya dokter, kakaknya dokter, dan SMA-nya jurusan IPA. Haish. Lagi-lagi Fiqa merutuki kebodohannya."Fiqa," teriak ketiga sahabatnya.Fiqa menoleh dan tersenyum tipis."Selamat sayangku. Sakinah, mawadah dan waramah ya?" ucap Sofia."Semoga cepat dapat momongan ya cinta." Kali ini Linda yang bersuara."Semoga malam pertamanya lancar ya. Hahaha." Si usil Clara menggodanya.Suara tawa terdengar riuh di kama
"Bali ... kami datang!" teriak Clara semangat.Empat sekawan Clara, Linda, Sofia dan Rafiqa baru sampai di bandara Ngurah Rai. Mereka langsung memesan grab menuju hotel yBali ... kami datang!" teriak Clara semangat.Empat sekawanang mereka sewa."Yes ... ayok kita semua berenang," ajak Linda.""Ayo," seru mereka serempak.Mereka berjalan menyusuri pantai Kute. Begitu sampai di sana ketiga sekawan langsung saling memberi kode kemudian membuka jaket yang mereka gunakan dari tadi. Astaga?!Rafiqa cuma melongo melihat tingkah nyeleneh ketiga sahabatnya. Mereka menggunakan bikini. Memang sih dipadukan dengan hot pants."Ayok Fiq, kita berenang. Kita cari bule ganteng buat kenalan," seru Sofia."Males, di rumahku udah ada tiga bule ganteng kok. Aku pengin cari yang lokal aja. Eksotik," sahut Fiqa cuek."Halah, gayamu Fiq. Kemarin aja kamu hampir nikah sama Elang yang kulitnya putih bukan cokelat kok," cibir Clara"Terse