Share

Bab 5

Penulis: yourbby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 03:46:09

“Dasar wanita tidak berguna, sukanya cari muka di depan Kak Aksara,” Shiren geram melihat Anala yang ada di depannya.

Shiren menampar pipi Anala sekali lagi. Anala menunduk memegang pipinya yang terasa panas.

“Kalau bukan karena belas kasihan Kak Aksa, kamu pasti tidak bisa masuk ke keluarga kita,” Shiren menunjuk wajah Anala.

“Sampai kapan kamu akan seperti ini, Shiren?” tanya Anala tenang.

“Sampai kamu menyerah dan meninggalkan Kak Aksa. Dasar kalangan rendahan,” setelah mengucapkan itu, Shiren langsung pergi.

Kini tinggal Anala sendirian yang ada di dalam kamar mandi tersebut. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Kedua pipinya memerah akibat tamparan keras Shiren. Wanita itu terpaksa memakai masker karena berusaha menutupi bekas tamparan tersebut.

Sesampainya di rumah, Anala langsung meminta kompres air kepada asisten rumah tangganya.

“Astaga, apa yang terjadi, Nona?” tanya asisten rumah tangga Anala.

“Tidak apa, Bi. Tolong jangan bilang ke Mas Aksa ya,” pinta Anala.

“Iya, Non. Sini bibi bantu untuk kompres pipinya,” ujar asisten rumah tangga Anala.

Wanita itu mengangguk dan membiarkan sang asisten rumah tangga mengompres pipinya. Ia hanya berharap lebam merahnya itu segera hilang sebelum Aksara pulang. Anala tidak ingin itu menjadi masalah bagi suaminya.

***

Anala sedang fokus menyiapkan makan malam di meja makan. Ia memasak hidangan tersebut sendiri sembari menunggu Aksara pulang. Suaminya itu telah memberi kabar bahwa dia sedang dalam perjalanan pulang.

Tak berselang lama, ia melihat Aksara berjalan menuju ke arahnya yang sedang menunggu di meja makan.

“Hai, Mas,” sapa Anala dengan senyum manis di bibirnya.

Aksara tersenyum tipis menanggapi sapaan tersebut. Anala mengernyitkan dahi karena melihat seperti ada seseorang yang berjalan di belakang Aksara. Perempuan tersebut berdiri untuk memastikan apa yang dilihatnya.

Ternyata benar ada seseorang yang berjalan di belakang Aksara. Sosok tersebut adalah Shiren yang berjalan dengan santai dan tatapan angkuh.

“Shiren mau menginap di sini, Anala,” ujar Aksara seakan memahami isi hati istrinya.

“Oh iya, Mas,” jawab Anala kikuk.

“Apakah kamu keberatan, Anala?” tanya Aksara.

“Tentu tidak, Mas,” jawab Anala.

“Ya emang ga berhak keberatan lah. Ini kan rumah Kak Aksara. Kamu di sini itu cuma numpang,” seperti biasa, Shiren selalu merespon ketus segala ucapan Anala.

“Jaga ucapanmu,” Aksara memperingatkan sang adik.

“Ayah dan Ibu Hesti sedang pergi ke luar kota untuk melayat, jadi Shiren di sini dulu,” Aksara memberi penjelasan kepada Anala.

“Oh iya gapapa banget, Mas. Aku minta tolong ke bibi untuk siapin kamar buat Shiren ya,” Anala merespon dengan tenang.

“Enak bangat ya disediain pembantu. Udah merasa jadi nyonya beneran, nih,” ucapan Shiren terdengar santai, namun menusuk ke hati.

“Shiren,” tegur Aksara dingin.

“Udah mas, gapapa,” Anala menenangkan suaminya.

“Kita makan malam dulu yuk. Supaya setelah itu kalian bisa istirahat, pasti lelah sekali seharian di kantor,” Anala berjalan ke ruang makan diekori oleh Aksara dan Shiren.

“Ya capeklah, namanya juga kerja. Emangnya kamu, seharian cuma ongkang-ongkang kaki di rumah menjadi beban,” komentar pedas Shiren untuk Anala memang tidak pernah habis.

Anala tidak merespon ucapan tersebut. Ia malah sibuk menyendokkan nasi dan beberapa lauk ke atas piring dan memberikannya kepada Aksara. Kemudian, ia juga melakukan hal yang sama untuk Shiren, sebelum akhirnya menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.

***

Aksara baru saja selesai mandi ketika melihat istrinya bersandar di sandaran tempat tidur. Laki-laki dengan piyama hitam itu langsung duduk di hadapan Anala. Ia meraih kaki Anala dan mulai memijatnya dengan lembut.

“Mas,” Anala memanggil Aksara dan membuat lelaki itu melihat ke arah istrinya.

Anala meraih kedua tangan Aksara yang ada di kakinya. Ia menahan gerakan lelaki tersebut.

“Kan kamu yang capek kerja seharian, Mas Aksa. Kok malah aku yang dipijit,” Anala terkekeh pelan.

“Supaya rileks,” jawab Aksara singkat.

“Mas aku boleh tanya nggak?” tanya Anala dan diangguki oleh Aksara.

“Ruangan yang untuk tempat kerja aku itu boleh segera didesain ulang?” tanya Anala.

“Iya, besok aku carikan orangnya,” jawab Aksara tenang.

“Oh ga usah, Mas. Aku udah ada desainnya. Nanti tinggal cari vendor buat eksekusi sekalian aku beli peralatan yang aku butuhin,” jelas Anala.

“Iya, aku carikan,” ujar Aksara.

“Jangan, Mas Aksa. Nanti kamu repot,” Anala berusaha menolak suaminya dengan halus.

“Nurut, Anala,” perkataan yang keluar dari mulut Aksara itu membuat Anala menutup mulutnya.

Aksara kembali fokus memijat kaki Anala secara bergantian. Sedangkan Anala hanya memandangi Aksara dalam diam. Di mata Anala, Aksara masih sama saja seperti di masa mereka dulu saling mengenal di organisasi. Aksara sangat irit bicara dan cenderung pendiam. Lelaki yang berpenampilan dingin itu tetap memiliki sisi yang hangat.

Anala dan Aksara sepakat menikah tanpa melalui proses menjadi sepasang kekasih dulu. Hanya karena kesepakatan karena keduanya sudah merasa mengenal dan nyaman satu sama lain. Dan Anala selalu berharap bahwa pilihannya menikah dengan Aksara bukanlah langkah yang keliru.

***

“Ini kenapa sih roti tepung semua? Emang ga ada roti gandum apa gimana?” Shiren menggerutu ketika melihat hidangan sarapan di meja makan.

“Anala alergi gandum,” jawab Aksara tajam.

“Dasar orang kampung, lidahnya tuh emang cuma cocok buat makanan desa aja. Makan tumis kangkung aja sana,” cibir Shiren.

“Buatkan aku omlet, Anala,” perintah Shiren dengan nada ketus kepada Anala.

Anala yang mendengar hal itu bangkit dari duduknya. Ia ingin membuatkan omelet yang diminta Shiren tanpa banyak bicara. Tidak ingin melakukan perdebatan karena masih pagi.

“Duduk, Anala,” perintah Aksara dingin.

“Tidak perlu bermalam di sini lagi kalau kamu tidak sopan dengan Anala. Hari ini kembali saja ke rumah ayah,” Aksara memperingatkan adiknya dengan tegas.

Mendengar nada bicara kakaknya yang sudah menunjukkan tanda-tanda amarah, Shiren tidak mengatakan apapun lagi. Ia memilih diam daripada Aksara memberikan ancaman yang lebih parah. Secara kakaknya itu merupakan orang yang paling berkuasa di antara anggota keluarga yang lain.

“Hari ini aku akan pulang cepat, Anala. Akan ada orang yang urus interior ruang kerja kamu,” informasi dari Aksara tersebut membuat sebuah senyum terbit di bibir Anala.

“Mau kerja apa kamu?” tanya Shiren ketus.

“Online shop kecil-kecilan,” jawab Anala ramah.

“Aduh untung ga seberapa. Buang-buang modal sama tenaga aja,” Shiren berkomentar sembari menikmati sarapan di hadapannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 6

    “Ada tamu yang datang, Nona,” ucap asisten rumah tangga menghampiri Anala yang sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah.“Siapa, Bi?” tanya Anala penasaran.“Katanya orang interior gitu, Nona. Saya kurang ngerti,” ucap sang asisten rumah tangga sambil tersenyum menampilkan deretan giginya.Anala menggelengkan kepala dan terkekeh mendengar perkataan asisten rumah tangganya itu. Ia segera bangkit dan berjalan menuju ke ruang tamu, menemui orang yang dimaksud oleh asisten rumah tangganya itu.“Selamat siang, Bu Anala, ya?” sapa seorang pria berkemeja salur merah yang sedang berdiri di ruang tamu.“Iya, saya Anala. Panggil nama aja, Kak,” Anala tersenyum ramah.Ia memperhatikan laki-laki yang menyapanya itu. Lalu, beralih pada satu pria lagi yang ada di sampingnya. Anala merasa mengenal lelaki tersebut. Tatapan mereka berdua bertemu, tetapi saling diam.“Silahkan duduk,” Anala mempersilahkan kedua orang itu duduk di sofa ruang tamunya.Setelah itu, perempuan dengan jumpsuit korean wa

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 5

    “Dasar wanita tidak berguna, sukanya cari muka di depan Kak Aksara,” Shiren geram melihat Anala yang ada di depannya.Shiren menampar pipi Anala sekali lagi. Anala menunduk memegang pipinya yang terasa panas.“Kalau bukan karena belas kasihan Kak Aksa, kamu pasti tidak bisa masuk ke keluarga kita,” Shiren menunjuk wajah Anala.“Sampai kapan kamu akan seperti ini, Shiren?” tanya Anala tenang.“Sampai kamu menyerah dan meninggalkan Kak Aksa. Dasar kalangan rendahan,” setelah mengucapkan itu, Shiren langsung pergi.Kini tinggal Anala sendirian yang ada di dalam kamar mandi tersebut. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Kedua pipinya memerah akibat tamparan keras Shiren. Wanita itu terpaksa memakai masker karena berusaha menutupi bekas tamparan tersebut.Sesampainya di rumah, Anala langsung meminta kompres air kepada asisten rumah tangganya.“Astaga, apa yang terjadi, Nona?” tanya asisten rumah tangga Anala.“Tidak apa, Bi. Tolong jangan bilang ke Mas Aksa ya,” pinta Anala.“Iya, Non. S

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 4

    “Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi, Mas?” Anala coba bernegosiasi dengan suaminya.“Kenapa aku harus mempertimbangkannya?” Aksara malah melontarkan pertanyaan lain kepada Anala.“Apa benefitnya bagi kita berdua?” lanjut lelaki itu dengan tersenyum miring.“Aku ingin coba dulu, Mas Aksa. Setidaknya desain buatanku tidak sia-sia,” Anala melembutkan suaranya.“Aku tidak akan mengabaikan tugasku jadi istri Mas Aksa. Bisnis ini hanya akan aku jalankan untuk menunggu kamu pulang dari kantor,” jelas Anala.“Lagian, aku juga mau sedikit berguna sebagai wanita, Mas. Tidak hanya menjadi beban kamu,” lanjut Anala menunduk lesu.“Siapa yang bilang kamu beban?” Aksara bertanya dengan tajam.Anala yang mendengar hal itu memilih membisu karena tidak berani menjawab.“Siapa, Anala?” tanya lelaki itu sekali lagi.“Ya Mas Aksa pasti tahu siapa orang yang di sekitar Mas,” jawab Anala takut.“Tidak perlu dengarkan mereka,” tegas Aksa.“Jadi, bagaimana jika aku tidak menyetujui proposalmu?” kali ini sua

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 3

    Aksara membawakan secangkir teh hijau hangat untuk Anala. Ia menyodorkan secangkir teh hijau tersebut untuk diminum oleh istrinya itu. Anala merasa sedikit lega setelah meneguk minuman hangat tersebut. Aksara sengaja membawakan teh tersebut karena tahu istrinya itu masih sakit kepala.Hal tersebut tidak luput dari perhatian anggota keluarga Aksara yang sedang ada di ruang tengah. Ayah Rama bahagia melihat hal tersebut karena senang akhirnya sang putra memiliki sosok yang dicintai. Sedangkan sorot mata Ibu Hesti dan Shiren menyiratkan kebencian.“Aku dan Anala besok akan pindah,” Aksara membuka percakapan.“Kenapa mendadak sekali? Apakah rumah pribadimu sudah siap?” tanya Ayah Rama.“Sudah,” jawab Aksara dingin.“Tidak perlu pindah dulu, Aksara. Di sini saja dulu,” kali ini Ibu Hesti yang membuka suara.“Iya, Kak. Di sini aja dulu, biar aku ada temannya. Lagian nanti Kak Anala kesepian kalau harus di rumah sendirian waktu kakak tinggal kerja,” bujuk Shiren.“Aku tidak sedang meminta iz

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 2

    “Anala berada di sini bukan untuk menjadi pelayan kalian,” ujar Aksara kepada semua anggota yang tengah berada di meja makan untuk sarapan.“Ada apa, Aksa?” tanya Rama, ayah Aksa dengan suara lemah.“Tanya saja kepada Ibu Hesti dan Shiren, apa yang mereka lakukan kepada istriku?” kata Aksara dingin.“Ada apa ini, Hesti, Shiren?” tanya Ayah Rama kepada istri dan anaknya.Sedangkan orang yang ditanya hanya menunduk dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Hal tersebut membuat Aksara merasa geram. Ia menarik tangan Anala perlahan dan menunjukkan ke semua orang yang ada di sana.“Apa yang kalian lakukan sampai tangan Anala begini?” tanya Aksara dingin.“Jawab,” bentak Aksara.“Maaf, Kak Aksa. Aku dan ibu ngga sengaja, Kak,” rengek Shiren mulai mengeluarkan air mata ketakutan.“Iya Aksa, ibu minta maaf. Kami tidak sengaja,” kali ini Ibu Hesti yang memohon.“Aksa, ibu dan adikmu tidak sengaja. Mungkin ini hanya kecelakaan kecil,” ujar Ayah Rama membela dua wanita kesayangannya itu.Aksara m

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 1

    “Pasti kau mengandalkan bentuk tubuhmu untuk menggoda Kak Aksara,” ujar Shiren, adik Aksara dengan pedas.Anala yang mendengar hal itu hanya bisa menundukkan kepalanya.“Untuk apa Aksara menikahi gadis tidak jelas ini jika bukan karena untuk memenuhi hasrat dan kebutuhan biologisnya,” perkataan pedas itu keluar dari mulut Hesti, ibu tiri Aksara.“Jangan harap kau leluasa menjadi nyonya,” Shien menunjuk tepat di depan muka Anala.Sedangkan orang yang dimaki dengan perkataan kasar itu hanya membisu. Mata Anala memanas, ingin menangis. Tetapi, ia berusaha menahannya. Anala tidak ingin dirinya terlihat lemah. Meskipun kenyataannya memang ia tidak berani bertindak kepada kedua wanita di hadapannya.Anala berpura-pura tuli tidak merespon apapun. Ia tetap ikut duduk di meja makan bersama dengan Shiren dan ibu tiri Aksara. Anala ingin ikut makan siang setelah bersusah payah berkutat memasak dibantu dengan para pelayan.Baru saja Anala ingin menyendokkan sesuap nasi ke mulutnya, tetapi ia suda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status