Share

Bab 7

Author: yourbby
last update Last Updated: 2025-07-24 20:22:04

Bab 7

Anala berjalan menyusuri tangga menuju lantai satu masih dengan balutan piyama tidurnya. Ia melangkah terburu-buru karena bangun kesiangan. Ini karena sang suami perlakuan Aksara yang tidak membiarkannya tidur nyenyak semalam.

Wanita itu melangkah menuju ruang makan. Di sana sudah ada Aksara dan Shiren yang tengah menikmati sarapan mereka.

“Maaf aku kesiangan,” Anala merasa tidak enak.

“Sarapan, Anala,” ajak Aksara.

Anala mengangguk dan menarik kursi yang ada di samping suaminya. Aksara dengan mengambil selembar roti dan mengoleskan selai stroberi di atasnya. Lelaki itu meletakkan roti tersebut di atas piring di depan Anala.

“Terima kasih, Mas,” Anala tersenyum manis kepada Aksara.

“Dasar tidak tahu diri. Sudah hidup menumpang. Malah seenaknya sendiri,” cibir Shiren sembari menguyah makanan yang ada di hadapannya.

“Harusnya kamu itu siapkan sarapan untuk kami. Aku dan Kak Aksara itu mau pergi ke kantor. Kamu malah enak-enakan tidur,” kali ini Shiren langsung menujukan omongan kasar tersebut dengan memandang Anala kesal.

“Maafkan aku, Shiren,” ujar Anala tulus.

“Enak sekali kamu, beneran merasa nyonya ya di sini,” adik Aksara itu memang tidak pernah puas untuk menghina Anala.

Anala ingin sekali membalas ucapan tersebut. Setidaknya memberi penjelasan mengapa ia tidak menyiapkan sarapan pagi ini. Tetapi, wanita tersebut mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin membuat keributan dan mengganggu Aksara yang tengah menikmati sarapan dengan tenang.

Anala jarang sekali menjawab perkataan kasar yang ditujukan untuknya. Alasan utamanya adalah ia tidak ingin menambah beban Aksara jika harus ada keributan. Lelaki itu sangat tidak suka suasana yang berisik.

“Mas Aksa, aku boleh minta izin?” tanya Anala dengan ragu.

“Izin apa?” Anala berbalik bertanya dengan pandangan masih fokus pada piring di hadapannya.

“Ayah dan ibu akan datang. Apakah boleh mereka menginap di sini? Dua hari saja, Mas,” ujar Anala.

Aksara menghentikan sarapannya. Ia menatap istrinya itu dengan pandangan serius. Sedangkan shiren yang ada di hadapannya tersenyum miring. Ia menunggu amarah Aksara meledak. Sebab, Shiren tahu Aksara tidak terlalu suka ada orang asing memasuki wilayah pribadinya.

“Ayah dan ibu mau menginap?” Aksara memastikan sekali lagi.

“Tapi kalau Mas Aksara keberatan juga tidak apa-apa, Mas. Nanti aku bisa coba booking hotel saja untuk ayah dan ibu,” kata Anala.

“Siapa yang keberatan? Silahkan saja ayah dan ibu menginap. Mereka orang tua kita,” jawab Aksara.

“Mas ga merasa risih?” tanya Anala ragu.

“Atas dasar apa aku harus risih? Masih ada kamar kosong di sini. Silahkan saja kalau mau menginap,” jelas Aksara.

“Kapan mereka akan datang?”

“Sore ini, Mas Aksara,” jawab Anala dengan senyum manisnya.

“Baiklah, aku luangkan waktu untuk jemput ayah dan ibu,” jawab Aksara.

Lelaki itu lantas pamit untuk segera berangkat ke kantor. Sedangkan Shiren yang mendengarkan percakapan tersebut merasa marah. Semua di luar perkiraannya. Aksara ternyata semudah itu mengiyakan permintaan izin dari Anala.

***

“Ayah, ibu,” Anala berseru senang ketika melihat orang tuanya berdiri di ambang pintu ruang tamu kediamannya dengan Aksara.

Wanita dengan setelan baju berwarna lilac itu segera menghampiri kedua orang tuanya. Anala menyalami mereka satu per satu dan memeluknya secara bersamaan.

“Ayo masuk, ayah, ibu,” Anala mempersilahkan kedua orang tuanya masuk.

Di belakang kedua orang tua Anala, ada Aksara yang tersenyum tipis memandangi segala tingkah laku istrinya itu. 

“Terima kasih sudah mau repot jemput ayah ibu, Mas Aksa,” Anala tersenyum ke arah suaminya.

Aksara mengangguk menanggapi hal tersebut. Anala meraih lengan Aksara. Menggandeng lelaki itu untuk berjalan menuju ke ruang keluarga, mengajaknya berkumpul bersama ayah dan ibu.

“Ayah, ibu, capek ngga?” Anala memastikan keadaan kedua orang tuanya.

“Tidak, Ana,” ujar Pak Hartono, ayah Anala.

“Seharusnya kamu jangan suruh Aksara jemput kamu Anala. Kasian Aksara tadi pulang kerja tapi masih harus menunggu kereta kamu sampai. Seharusnya ayah sama ibu bisa naik taksi saja,” ujar ibu kepada Anala.

“Itu inisiatif saya sendiri, Bu. Bukan permintaan Anala,” Aksara berujar dengan sopan.

“Kamu memang anak baik, Nak,” puji ibu Anala kepada sang menantu.

“Anak ayah tidak merepotkanmu kan, Aksara?” kali ini ayah yang bertanya kepada Aksara.

“Tidak sama sekali, Yah. Justru Anala cukup membantu saya,” jawab Aksara.

Anala mengernyitkan dahi, merasa bingung. Ia mempertanyakan pada diri sendiri tentang bantuan apa yang sudah ia berikan pada Aksara. Anala merasa dirinya hanya menjadi istri yang biasa saja, bahkan tidak banyak melakukan apapun.

“Kita makan malam dulu, yuk. Aku sudah masak makanan kesukaan ayah ibu,” ajak Anala.

Mereka berempat lantas menuju ke ruang makan.

“Oh iya, Mas, Shiren hari ini menginap lagi atau tidak?” tanya Anala.

“Iya, tapi dia ada lembur,” jawab Aksara singkat.

“Sisihkan dulu untuk Shiren, Ana. Biar nanti dia pulang langsung makan malam,” perintah ibu Anala.

Hal itu diangguki oleh Anala. Wanita itu langsung meminta bantuan kepada asisten rumah tangganya agar menyisihkan makanan untuk Shiren.

“Wah, sepertinya semua makanan ini lezat sekali. Perut ayah seketika merasa lapar,” ujar ayah Anala dengan mata berbinar.

“Masakan Anala memang selalu enak, Yah,” ujar Aksara dengan tenang.

Perkataan tersebut membuat Anala yang sedang menyiapkan makanan menjadi salah tingkah. Pipi wanita itu bersemu merah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 8

    Anala melihat ke arah Aksara yang baru saja keluar dari kamar mandi. Suaminya itu sudah berganti pakaian dengan mengenakan piyama. Aksara mengambil tempat di samping Anala-duduk bersandar di atas tempat mereka.Anala mematikan tablet yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas. Perempuan itu beringsut mendekat ke arah Aksara. Menyandarkan kepalanya pada pundak sang suami. Memejamkan mata dan menikmati ketenangan itu.Aksara membalas hal tersebut dengan membawa Anala ke dalam pelukannya. Keduanya sama-sama diam. Hanya menikmati kebersamaan itu.“Gimana hari ini di kantor, Mas?” Anala membuka obrolan.“Baik,” jawab Aksara lembut.“Apakah kamu bahagia?” tanya Aksara lembut kepada Anala.“Tentu, Mas. Ada kamu, ayah, dan ibu juga di sini,” Anala tersenyum lembut menatap ke arah Aksara.“Maaf keluargaku belum bisa menerimamu dengan baik,” ujar Aksara sendu.“Tidak perlu membahas itu, Mas Aksa. Kamu selalu baik dengan aku saja sudah cukup,” Anala mengeratkan pelukannya kepada Aks

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 7

    Bab 7Anala berjalan menyusuri tangga menuju lantai satu masih dengan balutan piyama tidurnya. Ia melangkah terburu-buru karena bangun kesiangan. Ini karena sang suami perlakuan Aksara yang tidak membiarkannya tidur nyenyak semalam.Wanita itu melangkah menuju ruang makan. Di sana sudah ada Aksara dan Shiren yang tengah menikmati sarapan mereka.“Maaf aku kesiangan,” Anala merasa tidak enak.“Sarapan, Anala,” ajak Aksara.Anala mengangguk dan menarik kursi yang ada di samping suaminya. Aksara dengan mengambil selembar roti dan mengoleskan selai stroberi di atasnya. Lelaki itu meletakkan roti tersebut di atas piring di depan Anala.“Terima kasih, Mas,” Anala tersenyum manis kepada Aksara.“Dasar tidak tahu diri. Sudah hidup menumpang. Malah seenaknya sendiri,” cibir Shiren sembari menguyah makanan yang ada di hadapannya.“Harusnya kamu itu siapkan sarapan untuk kami. Aku dan Kak Aksara itu mau pergi ke kantor. Kamu malah enak-enakan tidur,” kali ini Shiren langsung menujukan omongan ka

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 6

    “Ada tamu yang datang, Nona,” ucap asisten rumah tangga menghampiri Anala yang sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah. “Siapa, Bi?” tanya Anala penasaran. “Katanya orang interior gitu, Nona. Saya kurang ngerti,” ucap sang asisten rumah tangga sambil tersenyum menampilkan deretan giginya. Anala menggelengkan kepala dan terkekeh mendengar perkataan asisten rumah tangganya itu. Ia segera bangkit dan berjalan menuju ke ruang tamu, menemui orang yang dimaksud oleh asisten rumah tangganya itu. “Selamat siang, Bu Anala, ya?” sapa seorang pria berkemeja salur merah yang sedang berdiri di ruang tamu. “Iya, saya Anala. Panggil nama aja, Kak,” Anala tersenyum ramah. Ia memperhatikan laki-laki yang menyapanya itu. Lalu, beralih pada satu pria lagi yang ada di sampingnya. Anala merasa mengenal lelaki tersebut. Tatapan mereka berdua bertemu, tetapi saling diam. “Silahkan duduk,” Anala mempersilahkan kedua orang itu duduk di sofa ruang tamunya. Setelah itu, perempuan dengan jumpsuit ko

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 5

    “Dasar wanita tidak berguna, sukanya cari muka di depan Kak Aksara,” Shiren geram melihat Anala yang ada di depannya.Shiren menampar pipi Anala sekali lagi. Anala menunduk memegang pipinya yang terasa panas.“Kalau bukan karena belas kasihan Kak Aksa, kamu pasti tidak bisa masuk ke keluarga kita,” Shiren menunjuk wajah Anala.“Sampai kapan kamu akan seperti ini, Shiren?” tanya Anala tenang.“Sampai kamu menyerah dan meninggalkan Kak Aksa. Dasar kalangan rendahan,” setelah mengucapkan itu, Shiren langsung pergi.Kini tinggal Anala sendirian yang ada di dalam kamar mandi tersebut. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Kedua pipinya memerah akibat tamparan keras Shiren. Wanita itu terpaksa memakai masker karena berusaha menutupi bekas tamparan tersebut.Sesampainya di rumah, Anala langsung meminta kompres air kepada asisten rumah tangganya.“Astaga, apa yang terjadi, Nona?” tanya asisten rumah tangga Anala.“Tidak apa, Bi. Tolong jangan bilang ke Mas Aksa ya,” pinta Anala.“Iya, Non. S

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 4

    “Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi, Mas?” Anala coba bernegosiasi dengan suaminya.“Kenapa aku harus mempertimbangkannya?” Aksara malah melontarkan pertanyaan lain kepada Anala.“Apa benefitnya bagi kita berdua?” lanjut lelaki itu dengan tersenyum miring.“Aku ingin coba dulu, Mas Aksa. Setidaknya desain buatanku tidak sia-sia,” Anala melembutkan suaranya.“Aku tidak akan mengabaikan tugasku jadi istri Mas Aksa. Bisnis ini hanya akan aku jalankan untuk menunggu kamu pulang dari kantor,” jelas Anala.“Lagian, aku juga mau sedikit berguna sebagai wanita, Mas. Tidak hanya menjadi beban kamu,” lanjut Anala menunduk lesu.“Siapa yang bilang kamu beban?” Aksara bertanya dengan tajam.Anala yang mendengar hal itu memilih membisu karena tidak berani menjawab.“Siapa, Anala?” tanya lelaki itu sekali lagi.“Ya Mas Aksa pasti tahu siapa orang yang di sekitar Mas,” jawab Anala takut.“Tidak perlu dengarkan mereka,” tegas Aksa.“Jadi, bagaimana jika aku tidak menyetujui proposalmu?” kali ini sua

  • (Bukan) Pasangan Tidak Berguna   Bab 3

    Aksara membawakan secangkir teh hijau hangat untuk Anala. Ia menyodorkan secangkir teh hijau tersebut untuk diminum oleh istrinya itu. Anala merasa sedikit lega setelah meneguk minuman hangat tersebut. Aksara sengaja membawakan teh tersebut karena tahu istrinya itu masih sakit kepala.Hal tersebut tidak luput dari perhatian anggota keluarga Aksara yang sedang ada di ruang tengah. Ayah Rama bahagia melihat hal tersebut karena senang akhirnya sang putra memiliki sosok yang dicintai. Sedangkan sorot mata Ibu Hesti dan Shiren menyiratkan kebencian.“Aku dan Anala besok akan pindah,” Aksara membuka percakapan.“Kenapa mendadak sekali? Apakah rumah pribadimu sudah siap?” tanya Ayah Rama.“Sudah,” jawab Aksara dingin.“Tidak perlu pindah dulu, Aksara. Di sini saja dulu,” kali ini Ibu Hesti yang membuka suara.“Iya, Kak. Di sini aja dulu, biar aku ada temannya. Lagian nanti Kak Anala kesepian kalau harus di rumah sendirian waktu kakak tinggal kerja,” bujuk Shiren.“Aku tidak sedang meminta iz

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status