Home / Romansa / CEO Baru Itu Mantan Rivalku / Jangan Selidiki Terlalu Dalam!

Share

Jangan Selidiki Terlalu Dalam!

Author: Moon_L03
last update Last Updated: 2025-04-25 22:27:42

Dari balik layar kaca ruangannya, Seon Woo memperhatikan interaksi itu.

Lee Seo Jun.

Namanya tidak asing. Nama yang ada pada daftar karyawan Divisi Akutansi yang ia pantau malam itu. Lulusan Magna Cumlaude dari Universitas Keuangan, Direkrut langsung oleh Cheonghwa tiga tahun lalu. Pintar, karir yang melonjak sukses, dan yang paling penting adalah…terlalu ramah untuk ukuran orang yang bekerja di dunia yang penuh angka dingin.

Seon Woo menyipitkan mata saat melihat Ji An tertawa.

Tertawa.

Sudah berapa lama sejak ia melihat gadis itu tertawa seperti itu?

Terlalu lama.

Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia tahu itu tidak penting. Itu bukan urusannya. Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam sorot mata Seo Jun yang membuat darahnya naik beberapa derajat.

Bukan karena pria itu salah.

Tapi karena Ji An tersenyum seperti tak ada apa-apa.

Padahal ia sedang berada dalam bahaya.

Dan sialnya… satu-satunya orang yang tahu sejauh mana bahaya itu….adalah dirinya.

Seon Woo menghela napas, panjang dan berat. Ia menunduk, menekan jemari ke pelipis sejenak. Ia sudah mencoba menjaga jarak, mencoba membiarkan Ji An menjalani pekerjaannya tanpa ikut campur. Tapi setiap kali melihatnya seperti ini, seolah semuanya baik-baik saja, ia hanya ingin mengguncangnya dan berkata, “Sadarlah. Kamu tidak aman.”

Namun ia tahu, Ji An tidak suka diperlakukan seolah lemah.

Ia membenci dikekang.

Dan itulah yang paling menyulitkan dari perempuan itu.

Ia tidak bisa dihentikan.

Ia hanya bisa dijaga dari jauh, dengan cara yang bahkan tidak boleh ia sadari.

---

Sore hari, langit sudah mulai hendak menelan sang surya, saat sebagian besar staf mulai merapikan meja dan bersiap pulang, Ji An masih duduk di kursinya. Matanya merah karena terlalu lama menatap layar, dan laporan terakhir belum juga selesai.

“Ji An,” panggil Min Ji dari kursinya. Ia sibuk merapikan barang yang berada di atas meja dan memasukkannya ke dalam laci. “Belum selesai juga?”

“Hm. Masih ada yang harus ku tuntaskan,” jawab Ji An yang terdengar mulai letih.

Min Ji mendekat. “Ini hari keduamu. Jangan bekerja terlalu keras.”

Ji An hanya mengangguk mendengar nasihat dari Min Ji.

“Kalau begitu…aku pulang duluan ya!” seru Min Ji sambil mengangkat tas. “Jangan memaksakan diri. Nanti kamu dikira robot, dan para sunbae akan menyuruhmu melakukan semua pekerjaan mereka.”

Ji An terkekeh mendengar hal itu. Tentu, hal itu sudah menjadi rahasia umum. “Oke… hati-hati di jalan.”

Begitu Min Ji pergi, Ji An kembali menatap layar laptopnya. Beberapa lembar laporan terbuka di meja, catatan penuh coretan berserakan di sekilingnya. Ia sudah duduk di kursi itu selama berjam-jam, mencoba mencocokkan angka demi angka.

Tapi semakin dilihat , semakin tampak rapi.

Terlalu rapi untuk dianggap kebetulan.

Ia memelototi dua dokumen berbeda, satu dari divisi keuangan, satu lagi dari proyek pengadaan. Jumlah akhirnya sama, detailnya lengkap. Tapi entah kenapa… ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa berhenti meneliti ulang.

Seperti ada ruang kosong yang tak bisa ia isi dengan logika.

Seperti ada nada palsu dalam simfoni sempurna.

Ia mengusap wajahnya, lelah.

Ia akhirnya menyerah untuk sementara dan berdiri, membawa flashdisk serta beberapa catatan di buku kecilnya, berniat mencetak file di lantai delapan.

Tapi baru dua langkah dari kubikelnya, ia menabrak seseorang.

“Maaf…!” buru-buru ia membungkuk, memunguti kertas yang jatuh.

Dan langsung terdiam saat melihat siapa yang berdiri di depannya.

Park Seon Woo.

Ia langsung ingin menghindar, tapi suara itu menahannya.

“Han Ji An.”

Langkahnya terhenti.

“Apa yang kau lakukan?”

Pertanyaan yang tidak masuk akal, batin Ji An.

“Tentu saja bekerja, Tuan CEO!” jawab Ji An berusaha sopan, namun terdengar penuh penekanan.

Ia kembali melangkah. Namun panggilan itu kembali terdengar.

“HAN JI AN.”

Kali ini terdengar begitu penuh penekanan dan tegas.

Ji An terdiam sejenak, menghentikan langkahnya. Ada yang terasa familiar dengan nada itu.

Tapi ia memilih untuk tidak memikirkan terlalu dalam.

Bukan saat ini.

Tak ada jawaban, hanya berdiri di tempat, berharap sang CEO itu segera mengucapkan keluh kesahnya dan membiarkan dirinya pergi.

“Sudah sejauh mana kamu mengutak-atik data?”

Pertanyaan itu membuat napasnya tercekat. Ji An perlahan menoleh.

“Apa maksud Anda? Aku hanya mengerjakan laporan,” jawabnya santai. Tak ingin mengatakan lebih dari itu.

Seon Woo menatapnya dengan sorot tajam, seolah bisa membaca lebih dari sekadar laporan dalam foldernya.

“Kamu tahu apa yang sedang kamu pegang?”

Ji An melirik ke arah flashdisk dan catatan yang ia bawa beberapa detik sebelum kembali menatap Seon Woo. “Data kerja. Dan aku sedang mencoba menyelesaikannya.”

“Jangan buang waktu untuk menyelidiki hal-hal yang bukan porsi kamu,” ucap Seon Woo, nadanya mulai terdengar tegas. “Beberapa hal… memang diciptakan untuk tidak digali terlalu dalam.”

Ji An tertawa kering. “Kalau kamu mau bilang aku nggak kompeten, bilang aja langsung. Biar aku nggak repot berpikir.”

“Aku bilang ini karena aku tahu siapa yang kamu hadapi.”

“Dan kamu pikir aku nggak tahu cara bekerja?”

Seon Woo menatap tajam. “Ini bukan tentang kerja bagus. Ini tentang tahu batas. Kamu keras kepala, Ji An. Dari dulu.”

Ji An melangkah mendekat. “Karena aku nggak terima diremehkan. Kalau aku punya alasan untuk curiga, aku akan cari jawabannya.”

“Kalau kamu punya alasan untuk curiga, maka musuhmu juga punya alasan untuk menyingkirkan kamu,” desisi Seon Woo.

“Kenapa? Kamu takut aku lebih dulu menemukan sesuatu sebelum kamu?”

Seon Woo mendengus. “Kamu selalu berpikir semua ini perlombaan, ya?”

Ji An mendekat lagi. “Karena kamu selalu memperlakukanku begitu.”

Kalimat itu membuat Seon Woo kehilangan kesabarannya.

Dalam satu gerakan cepat, ia menarik Ji An dan mendorongnya ke tembok kosong di lorong kantor. Tubuh Ji An membentur dinding dan sebelum ia bisa berkata-kata, kedua bahunya sudah terkunci oleh genggaman tangan Seon Woo.

Pandangan mereka saling menantang.

“Berhenti melihat semuanya seperti pertandingan,” ucap Seon Woo, suara rendahnya menggetarkan ruang sempit itu. “Ini bukan kelas debat lagi. Ini dunia nyata. Dan kamu… kamu bisa mati kalau salah langkah.”

Ji An menahan napas. tapi matanya tetap tajam.

“Kalau kamu pikir kamu bisa menakuti ku, kamu salah.”

Seon Woo mendekat sedikit. “Bukan takut. Tapi sadar.”

“Sadar kalau aku satu-satunya yang cukup berani buat buka semua ini?”

“Tidak, Ji An,” bisik Seon Woo. “Sadar kalau kamu satu-satunya yang mereka incar, karena kamu terlalu keras kepala buat tahu kapan harus berhenti.”

Sejenak tak ada yang bicara. Napas mereka terdengar lebih keras daripada mesin printer di ujung lorong.

Akhirnya Seon Woo melepas genggamannya dan mundur satu langkah. “Pulanglah. Sebelum kamu benar-benar terlibat.”

Ji An menatapnya penuh amarah. “Terlambat.”

Lalu ia berbalik dan pergi, meninggalkan Seon Woo yang masih berdiri diam, rahangnya mengeras.

Ia bisa saja menghentikan semua ini.

Tapi itu berarti membiarkan orang lain menang.

Dan itu…bukan gaya Ji An.

---

🦋🦋🦋

Bertahun-tahun lalu, hari itu Seon Woo berdiri di tengah koridor kampus dengan wajah semerah tomat.

“HAN JI AN!!”

Semua kepala menoleh.

“Kamu—kamu yang isi formulir lomba debat atas namaku?! Dan sengaja masukin nama timnya ‘Seon Woo & Tukang Komplain’?!”

Ji An nyengir dari kejauhan. “Biar kita menang karena kamu terpaksa ngomong, bukan karena aku doang yang kerja!”

“Han Ji An!!”

Itu adalah pertama kalinya Seon Woo berteriak dengan nada penuh penekanan dan tegas.

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Sebelum Kau Terlalu Jauh

    Langit malam kota Seoul memantulkan ribuan cahaya neon di atas jalanan basah. Seon Woo membuka pintu bar mewah di lantai tertinggi sebuah hotel elit. Musik jazz lembut mengalun, memenuhi ruangan yang dipenuhi tamu bersuit rapi, duduk santai di sofa kulit mahal.Ia memilih meja di pojok, memesan satu gelas whiskey terbaik tanpa banyak bicara.Tak lama kemudian, Shin Hyuk muncul, mengenakan setelan santai namun tetap berkelas. Ia menurunkan kacamata hitamnya sambil berjalan mendekat."Oh, pangeran murung sudah datang lebih dulu ternyata," ledek pria itu sambil menjatuhkan diri ke kursi di seberangnya.Seon Woo hanya mendengus. "Lambat.""Aku harus parkir. Hidupku lebih susah daripada CEO penuh masalah sepertimu," sahut Shin Hyuk santai.Namanya Shin Hyuk, teman dekat Seon Woo sekaligus partner dalam bisnis kecil yang mereka rintis bersama di luar Cheonghwa."Oke. Sekarang keluarkan semua amarahmu sebelum kau meledak dan membuat semua orang di sini trauma.""Aku tidak ingin bicara," ucap

    Last Updated : 2025-04-26
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Project Spesial: Menguji Kesabaran Han Ji An

    Han Ji An terbangun dengan sentakan keras, hampir menjatuhkan pulpen yang masih tergenggam di tangannya.Beberapa kepala menoleh ke arahnya, termasuk Min Ji di seberang meja yang menatap dengan tatapan ‘Kamu serius tidur di kantor?’.Ji An hanya bisa nyengir kaku, berusaha memperbaiki posisi duduk sambil berpura-pura membaca laporan di depannya. Padahal, detak jantungnnya masih berdebar kencang.Bukan karena malu, meskipun, ya, itu juga faktor besar…tapi juga karena mimpi aneh yang baru saja mengusirnya dari dunia mimpi.Ia bermimpi…Tentang pertengkaran paling konyol dengan Park Seon Woo.“Apa kamu buta huruf? Lampiran ketiga, Park Seon Woo! Ketiga!”“Kalau kau mau sok pintar, setidaknya baca soal lengkap dulu, Han Ji An!”Suara mereka masih terngiang di telinga, adu argument sengit di depan kelas, tatapan saling membunuh… lalu, anehnya, di dalam mimpi itu, Seon Woo tiba-tiba memegang wajahnya dan..-Ji An langsung mengibas-ngibaskan pipinya sendiri untuk mengusir bayangan aneh itu.

    Last Updated : 2025-04-28
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Makan Malam yang Hambar

    Ji An membuka pintu rumah dengan langkah pelan. Sepatunya ia lepas dengan satu tendangan lelah. Aroma makanan menyambut dari dapur, membuat perutnya berontak. Meski tubuhnya lunglai setelah diperbudak habis-habisan sepanjang hari, dan belum sempat untuk makan dengan benar, ia sempatkan untuk pulang tanpa membawa beban bagi orang rumah.“Aku pulang,” ucapnya sambil menatap ruang tengah yag penuh cahaya hangat.Ibunya muncul dari dapur sambil membawa mangkuk. “Pas banget! Makan malam baru siap nih. Cuci tangan dulu ya, Ji An.”Di meja makan, sang ayah tengah menuangkan sup, sementara adknya duduk dengan nyaman, menggulir layar ponsel seperti biasa.Ji An duduk di ujung meja setelah mencuci tangan. Tak lama, mereka mulai makan dalam suasana yang cukup tenang.“Gimana kerjaan hari ini?” tanya ayahnya sambil menyendok nasi.“Lumayan. Banyak yang dipelajari, tapi sejauh ini bisa ku ikuti kok.”“Bagus kalau gitu. Memang anak Ayah, cepat tanggap,” puji ayahnya sambil tertawa kecil.Ji An hany

    Last Updated : 2025-04-30
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Satu Langkah Menuju Jurang

    Han Ji An dan Min Ji baru keluar dari bus. Keduanya memang sepakat untuk berangkat bersama, karena rumah Ji An dengan Min Ji satu jalur."Min Ji, kau yakin tahan nggak minum kopi pagi-pagi gini?" Ji An menunjuk ke arah kedai kopi kecil yang ada di pojokan jalan, tak jauh dari gedung tempat mereka bekerja.Min Ji mengangkat alis. “Oke, kamu menang. Satu kopi, tapi jangan sampai kita telat.”Mereka pun berjalan masuk ke dalam kedai, aroma kopi langsung menyambut mereka. Saat Ji An berdiri di antrean, suara tak asing tiba-tiba terdengar dari belakangnya.“Eh? Han Ji An? Serius ini kamu?”Ji An menoleh. Seorang perempuan dengan blazer abu dan gaya rambut terikat rapi berdiri di belakangnya, ekspresi antusias seperti baru menemukan harta karun.“Yoon So Ri?”So Ri tertawa kecil sambil menyambar pelukan singkat. “Wah, kamu sekarang makin kelihatan... dewasa, ya.”Ji An hanya tersenyum, agak kaku. “Kamu juga. Sekarang kerja di mana?”“Masih di dunia PR, ngurus klien drama Korea yang tingkahn

    Last Updated : 2025-05-02
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Dia Selalu Benar, Bukan?

    Ji An menyeduh kopi instan di pantry kecil divisi keuangan. Tangannya mencengkeram gelas kertas yang masih mengepulkan uap, seolah hangatnya bisa meredakan sisa-sisa gemetar di dada. Ia menarik napas panjang, mencoba menurunkan detak jantung yang masih berdebar setelah rapat penuh ketegangan.“Kelihatannya kamu cukup jago bicara di ruang rapat.”Suara tenang tapi mengandung tekanan itu datang dari sisi kanan. Ji An menoleh dan mendapati seorang wanita dengan blazer rapi dan riasan halus berdiri di sana—Yoon Seul Ah. Seniornya di tim, yang dulunya menangani laporan yang kini jadi tanggung jawab Ji An.Ji An berdiri sedikit lebih tegak. “Senior Yoon…”Seul Ah tersenyum tipis. Bibirnya melengkung ramah, tapi matanya tajam. “Kamu baru di sini, saya mengerti. Tekanan di Cheonghwa memang bukan main. Tapi melempar komentar seperti tadi di depan CEO… bukan langkah yang cerdas, Ji An-ssi.”Ji An menggigit bibir bawahnya, hendak menjawab. Tapi Seul Ah melanjutkan, nadanya masih terdengar lembu

    Last Updated : 2025-05-05
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Kita Tidak Pernah Kenal?

    Siang itu, suasana kantor perlahan mulai lengang. Beberapa karyawan mulai keluar satu per satu menuju tempat makan favorit mereka. Di ruang divisi keuangan, Ji An baru saja menutup file laporan ketika Ketua Tim Nam mendekat sambil menggulung lengan kemejanya, tampak santai.“Ji An-ssi,” panggilnya ramah. “Kami semua mau makan bareng. Belum sempat ngerayain kamu gabung ke tim juga, jadi mumpung rapat internal udah selesai, ayo ikut ya.”Ji An menoleh, terkejut dan tersenyum. “Oh! Iya, tentu saja. Terima kasih, Pak.”Rekan-rekan di tim mulai berkumpul di dekat pintu keluar kantor. Ada yang sibuk mengecek dompet, ada yang sudah heboh menyebut nama-nama restoran. Atmosfernya hangat dan bersahabat. Ji An berdiri di tengah-tengah mereka, agak kikuk tapi senang.Tiba-tiba, langkah cepat terdengar dari lorong. Seo Jun muncul sambil membawa botol air mineral, napasnya sedikit terengah karena sepertinya habis dari meeting."Wah wah wahh, mau kemana nih rame-rame?" tanya Seo Jun sembari memamerk

    Last Updated : 2025-05-07
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   AWAL HARAPAN

    Jam dinding berdetak lambat. Di luar, suara mobil yang melintas di jalan utama terdengar sayup melewati jendela kecil kamar Ji An. Di dalam ruangan sempit berukuran tak lebih dari dua belas meter persegi itu, seorang perempuan duduk bersandar di kursi rotan yang mulai reot. Pakaian rumahnya lusuh, rambutnya dicepol asal, dan wajahnya tampak lelah. Namun, matanya penuh tekad saat menatap layar laptop yang mulai memanas di pangkuannya.Nama lengkapnya, Han Ji An! Tertulis rapi di sudut kiri atas dokumen yang sedang ia susun.Lamaran kerja.Tangannya berhenti sejenak di atas keyboard. Ia menarik napas panjang, lalu melirik ke arah kalender tempel di dinding. Tanggal 27. Sudah hampir sebulan sejak dia keluar dari tempat kerja sebelumnya, dan tiga minggu sejak ia memutuskan untuk berhenti menggantungkan harapan pada siapa pun, termasuk orang tuanya.Notifikasi dari ponsel mengalihkan pikirannya. Pesan dari Min Ji.‘Kau lihat pengumuman lowongan di Cheonghwa Group? Divisi keuangan akhirnya

    Last Updated : 2025-03-04
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   WAWANCARA

    Telepon berdering saat Seon Woo baru saja menekan tombol enter terakhir di laptopnya.Ia sempat mengabaikannya. Tapi nada dering itu tak berhenti. Dua kali. Tiga kali. Akhirnya ia menghela napas dan mengangkat tanpa melihat layar.“Apa?”“Sopan sedikit, Woo-ya. Kau bicara pada kakekmu,” jawab suara tua itu dari seberang, terdengar setengah tergesa, setengah senang.“Maaf. Aku sedang kerja.”“Bagus. Kau bisa sekalian bantu.”Seon Woo memijat pelipisnya. “Tolong jangan bilang aku harus datang ke kantor, Kek.”“Kau harus datang ke kantor. Ada dokumen penting yang tertinggal di ruanganku. Dokumen itu berada di atas meja kerjaku. Tolong antarkan ke ruang rapat lantai 15. Sekarang.”“Kek... bukankah sekretarismu bisa….,” belum sempat Seon Woo menyelesaikan ucapannya, sang kakek lebih dulu menyela.“Dia sedang menyiapkan materi tambahan. Lagipula, ini hanya lima belas menit dari tempatmu. Anggap saja olahraga ringan."Seon Woo mendongak ke langit-langit apartemennya, nyaris frustasi. “Kau se

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Kita Tidak Pernah Kenal?

    Siang itu, suasana kantor perlahan mulai lengang. Beberapa karyawan mulai keluar satu per satu menuju tempat makan favorit mereka. Di ruang divisi keuangan, Ji An baru saja menutup file laporan ketika Ketua Tim Nam mendekat sambil menggulung lengan kemejanya, tampak santai.“Ji An-ssi,” panggilnya ramah. “Kami semua mau makan bareng. Belum sempat ngerayain kamu gabung ke tim juga, jadi mumpung rapat internal udah selesai, ayo ikut ya.”Ji An menoleh, terkejut dan tersenyum. “Oh! Iya, tentu saja. Terima kasih, Pak.”Rekan-rekan di tim mulai berkumpul di dekat pintu keluar kantor. Ada yang sibuk mengecek dompet, ada yang sudah heboh menyebut nama-nama restoran. Atmosfernya hangat dan bersahabat. Ji An berdiri di tengah-tengah mereka, agak kikuk tapi senang.Tiba-tiba, langkah cepat terdengar dari lorong. Seo Jun muncul sambil membawa botol air mineral, napasnya sedikit terengah karena sepertinya habis dari meeting."Wah wah wahh, mau kemana nih rame-rame?" tanya Seo Jun sembari memamerk

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Dia Selalu Benar, Bukan?

    Ji An menyeduh kopi instan di pantry kecil divisi keuangan. Tangannya mencengkeram gelas kertas yang masih mengepulkan uap, seolah hangatnya bisa meredakan sisa-sisa gemetar di dada. Ia menarik napas panjang, mencoba menurunkan detak jantung yang masih berdebar setelah rapat penuh ketegangan.“Kelihatannya kamu cukup jago bicara di ruang rapat.”Suara tenang tapi mengandung tekanan itu datang dari sisi kanan. Ji An menoleh dan mendapati seorang wanita dengan blazer rapi dan riasan halus berdiri di sana—Yoon Seul Ah. Seniornya di tim, yang dulunya menangani laporan yang kini jadi tanggung jawab Ji An.Ji An berdiri sedikit lebih tegak. “Senior Yoon…”Seul Ah tersenyum tipis. Bibirnya melengkung ramah, tapi matanya tajam. “Kamu baru di sini, saya mengerti. Tekanan di Cheonghwa memang bukan main. Tapi melempar komentar seperti tadi di depan CEO… bukan langkah yang cerdas, Ji An-ssi.”Ji An menggigit bibir bawahnya, hendak menjawab. Tapi Seul Ah melanjutkan, nadanya masih terdengar lembu

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Satu Langkah Menuju Jurang

    Han Ji An dan Min Ji baru keluar dari bus. Keduanya memang sepakat untuk berangkat bersama, karena rumah Ji An dengan Min Ji satu jalur."Min Ji, kau yakin tahan nggak minum kopi pagi-pagi gini?" Ji An menunjuk ke arah kedai kopi kecil yang ada di pojokan jalan, tak jauh dari gedung tempat mereka bekerja.Min Ji mengangkat alis. “Oke, kamu menang. Satu kopi, tapi jangan sampai kita telat.”Mereka pun berjalan masuk ke dalam kedai, aroma kopi langsung menyambut mereka. Saat Ji An berdiri di antrean, suara tak asing tiba-tiba terdengar dari belakangnya.“Eh? Han Ji An? Serius ini kamu?”Ji An menoleh. Seorang perempuan dengan blazer abu dan gaya rambut terikat rapi berdiri di belakangnya, ekspresi antusias seperti baru menemukan harta karun.“Yoon So Ri?”So Ri tertawa kecil sambil menyambar pelukan singkat. “Wah, kamu sekarang makin kelihatan... dewasa, ya.”Ji An hanya tersenyum, agak kaku. “Kamu juga. Sekarang kerja di mana?”“Masih di dunia PR, ngurus klien drama Korea yang tingkahn

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Makan Malam yang Hambar

    Ji An membuka pintu rumah dengan langkah pelan. Sepatunya ia lepas dengan satu tendangan lelah. Aroma makanan menyambut dari dapur, membuat perutnya berontak. Meski tubuhnya lunglai setelah diperbudak habis-habisan sepanjang hari, dan belum sempat untuk makan dengan benar, ia sempatkan untuk pulang tanpa membawa beban bagi orang rumah.“Aku pulang,” ucapnya sambil menatap ruang tengah yag penuh cahaya hangat.Ibunya muncul dari dapur sambil membawa mangkuk. “Pas banget! Makan malam baru siap nih. Cuci tangan dulu ya, Ji An.”Di meja makan, sang ayah tengah menuangkan sup, sementara adknya duduk dengan nyaman, menggulir layar ponsel seperti biasa.Ji An duduk di ujung meja setelah mencuci tangan. Tak lama, mereka mulai makan dalam suasana yang cukup tenang.“Gimana kerjaan hari ini?” tanya ayahnya sambil menyendok nasi.“Lumayan. Banyak yang dipelajari, tapi sejauh ini bisa ku ikuti kok.”“Bagus kalau gitu. Memang anak Ayah, cepat tanggap,” puji ayahnya sambil tertawa kecil.Ji An hany

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Project Spesial: Menguji Kesabaran Han Ji An

    Han Ji An terbangun dengan sentakan keras, hampir menjatuhkan pulpen yang masih tergenggam di tangannya.Beberapa kepala menoleh ke arahnya, termasuk Min Ji di seberang meja yang menatap dengan tatapan ‘Kamu serius tidur di kantor?’.Ji An hanya bisa nyengir kaku, berusaha memperbaiki posisi duduk sambil berpura-pura membaca laporan di depannya. Padahal, detak jantungnnya masih berdebar kencang.Bukan karena malu, meskipun, ya, itu juga faktor besar…tapi juga karena mimpi aneh yang baru saja mengusirnya dari dunia mimpi.Ia bermimpi…Tentang pertengkaran paling konyol dengan Park Seon Woo.“Apa kamu buta huruf? Lampiran ketiga, Park Seon Woo! Ketiga!”“Kalau kau mau sok pintar, setidaknya baca soal lengkap dulu, Han Ji An!”Suara mereka masih terngiang di telinga, adu argument sengit di depan kelas, tatapan saling membunuh… lalu, anehnya, di dalam mimpi itu, Seon Woo tiba-tiba memegang wajahnya dan..-Ji An langsung mengibas-ngibaskan pipinya sendiri untuk mengusir bayangan aneh itu.

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Sebelum Kau Terlalu Jauh

    Langit malam kota Seoul memantulkan ribuan cahaya neon di atas jalanan basah. Seon Woo membuka pintu bar mewah di lantai tertinggi sebuah hotel elit. Musik jazz lembut mengalun, memenuhi ruangan yang dipenuhi tamu bersuit rapi, duduk santai di sofa kulit mahal.Ia memilih meja di pojok, memesan satu gelas whiskey terbaik tanpa banyak bicara.Tak lama kemudian, Shin Hyuk muncul, mengenakan setelan santai namun tetap berkelas. Ia menurunkan kacamata hitamnya sambil berjalan mendekat."Oh, pangeran murung sudah datang lebih dulu ternyata," ledek pria itu sambil menjatuhkan diri ke kursi di seberangnya.Seon Woo hanya mendengus. "Lambat.""Aku harus parkir. Hidupku lebih susah daripada CEO penuh masalah sepertimu," sahut Shin Hyuk santai.Namanya Shin Hyuk, teman dekat Seon Woo sekaligus partner dalam bisnis kecil yang mereka rintis bersama di luar Cheonghwa."Oke. Sekarang keluarkan semua amarahmu sebelum kau meledak dan membuat semua orang di sini trauma.""Aku tidak ingin bicara," ucap

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Jangan Selidiki Terlalu Dalam!

    Dari balik layar kaca ruangannya, Seon Woo memperhatikan interaksi itu.Lee Seo Jun.Namanya tidak asing. Nama yang ada pada daftar karyawan Divisi Akutansi yang ia pantau malam itu. Lulusan Magna Cumlaude dari Universitas Keuangan, Direkrut langsung oleh Cheonghwa tiga tahun lalu. Pintar, karir yang melonjak sukses, dan yang paling penting adalah…terlalu ramah untuk ukuran orang yang bekerja di dunia yang penuh angka dingin.Seon Woo menyipitkan mata saat melihat Ji An tertawa.Tertawa.Sudah berapa lama sejak ia melihat gadis itu tertawa seperti itu?Terlalu lama.Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia tahu itu tidak penting. Itu bukan urusannya. Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam sorot mata Seo Jun yang membuat darahnya naik beberapa derajat.Bukan karena pria itu salah.Tapi karena Ji An tersenyum seperti tak ada apa-apa.Padahal ia sedang berada dalam bahaya.Dan sialnya… satu-satunya orang yang tahu sejauh mana bahaya itu….adalah dirinya.Seon Woo menghela napas, panjang dan be

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Pion dan Raja

    Dari lantai tertinggi Cheonghwa Group, kota Seoul terlihat seperti papan catur raksasa. Jalan-jalan menjadi garis, gedung-gedung jadi bidak. Dan manusia? Mereka pion. Bergerak sesuai aturan, tunduk pada tangan yang mengatur permainan.Seon Woo menyukai ketinggian. Ia bisa melihat semuanya dari atas. Jauh dari kebisingan, jauh dari distraksi. Tapi hari ini, satu pion tertentu menarik perhatiannya.Han Ji An.Nama itu muncul dalam berkas yang ia buka beberapa hari lalu. Awalnya ia mengabaikannya. Nama seperti ribuan lainnya. Tapi begitu melihat wajah di berkas perekrutan, semuanya berubah.Waktu tidak banyak mengubah Ji An. Masih punya tatapan yang sama, keras kepala, menantang, dan menyebalkan. Tapi sekarang… ia terlihat lebih dewasa. Lebih tajam. Lebih... rapuh.Dan hari ini, saat matanya secara tidak sengaja bertemu milik Ji An di antara kerumunan staf, Seon Woo tahu satu hal:Dinding antara masa lalu dan masa kini telah runtuh.Ia meletakkan cangkir kopinya. Berdiri. Jarinya menyent

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Kesialan di Hari Pertama

    Langkahnya terdengar mantap di atas lantai marmer putih mengilap lobi Cheonghwa Group. Gedung pencakar langit itu menjulang angkuh di tengah kota, tapi pagi ini, Han Ji An merasa ia mampu menyainginya, setidaknya untuk beberapa jam ke depan.Dengan blazer abu muda, kemeja putih bersih, dan sepatu hitam yang sedikit menyakiti tumitnya, Ji An menarik napas dalam. "Mulai hari ini, aku bukan pengangguran lagi," bisiknya pelan pada diri sendiri.Masih ada sepuluh menit sebelum waktu briefing pertamanya.Belum sempat ia mengambil langkah lagi, suara familiar memanggilnya dari samping.“Ji An!”Min Ji datang sambil menggenggam dua cangkir kopi dan sandwich segitiga yang dibungkus rapi. Dengan senyum lebarnya dan poni yang sedikit berantakan karena angin, gadis itu nyaris terlihat seperti sambutan resmi perusahaan.“Akhirnya resmi jadi pegawai Cheonghwa! Gimana perasaanmu?”“Campur aduk,” Ji An tergelak, mencoba meredakan gugup di dadanya. “Excited, gugup, takut nyasar ke toilet direksi.”Min

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status