Share

Bab 5

Penulis: SaljuHitam1505
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 18:44:34

"Kamu ingin mengundurkan diri? Kenapa? Kita harus berbicara tentang beberapa tugas besar yang harus kamu tangani setelah kamu tinggalkan."

Gaura menatapnya dengan mata yang tidak bisa menyembunyikan sedikit pun keraguan. "Pak Edrio, saya merasa kesehatan saya semakin memburuk. Dokter menyarankan saya untuk beristirahat, fokus pada pengobatan dan pemulihan," jawab Gaura dengan suara yang sedikit gemetar, berusaha meyakinkan Edrio.

Edrio menatapnya tajam, ragu. Sejak pertama kali bertemu Gaura, ia tahu wanita ini bukan tipe orang yang mudah mengeluh atau menyerah. Gaura selalu tampak kuat, tidak pernah menunjukkan kelemahan. "Tapi kamu tampak sehat-sehat saja, Gaura. Sepertinya tidak ada yang salah denganmu. Apa ini benar-benar alasanmu mengundurkan diri?" tanya Edrio, nada suaranya mulai berubah.

Gaura menunduk, berusaha menahan perasaan yang mulai mencemaskan hati. Ia tahu bahwa kebohongannya ini harus tampak meyakinkan. "Sebenarnya, saya sudah merasa tidak enak badan sejak lama, Pak. Tapi saya terus memaksakan diri. Dokter bilang saya harus benar-benar fokus pada perawatan agar bisa sembuh," jawab Gaura, berusaha terdengar penuh keyakinan.

Edrio mengamati setiap gerakan tubuh Gaura, mencoba menilai apakah ada yang salah dengan apa yang ia dengar. "Jika masalah kesehatanmu serius, kenapa tidak memberitahuku lebih dulu? Aku bisa membantu mencari solusi," katanya dengan nada dingin, meskipun ada sedikit kecurigaan di matanya.

Gaura merasakan kepanikan yang mulai menghimpit. Ia tahu Edrio mulai merasa ada yang tidak beres. "Ini keputusan yang sudah saya pikirkan matang-matang," jawab Gaura dengan suara yang lebih pelan. "Saya rasa ini keputusan terbaik bagi saya."

Edrio terdiam sejenak, menarik napas panjang. Ia tahu betul bahwa Gaura adalah orang yang sangat profesional, dan jika dia mengundurkan diri, pasti ada alasan yang kuat. "Baiklah, kalau kamu sudah yakin. Tapi aku harap kamu tahu bahwa keputusan ini akan memengaruhi pekerjaanmu. Dan jika terjadi sesuatu denganmu, itu bukan lagi urusanku."

Gaura mengangguk, meski hatinya terasa seperti tertusuk ketika mendengar perkataan itu. "Saya mengerti, Pak. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan. Saya akan selalu menghargai pengalaman yang saya dapatkan di sini."

Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Gaura meninggalkan ruangan itu dengan langkah cepat, meninggalkan Edrio dengan wajah dinginnya.

Begitu melangkah keluar, ia merasa seolah ada beban berat yang terlepas dari pundaknya. Namun, di sisi lain, ada rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Kebohongan yang ia buat untuk mengundurkan diri sebagai bodyguard Edrio harus tetap tersembunyi.

Gaura tidak ingin Edrio tahu alasan sebenarnya—bahwa ia tak bisa lagi bertahan di perusahaan itu, bukan karena alasan kesehatan, tetapi karena ada sesuatu yang jauh lebih dalam yang membuatnya harus keluar. Suatu hal yang terkait dengan hatinya sendiri dan masa depan yang ingin ia tentukan tanpa bayang-bayang masa lalu.

***

Beberapa Tahun Kemudian.

Setelah meninggalkan dunia yang dulu dikenalnya sebagai bodyguard, Gaura memutuskan untuk membuka lembaran baru dalam hidupnya. Meski awalnya merasa bingung, ia akhirnya menemukan jalan yang penuh gairah dan harapan. Keahlian dalam merias wajah yang sudah ia pelajari sejak kecil, akhirnya membawanya untuk mengembangkan usaha sebagai Make-Up Artist (MUA).

Gaura mewarisi usaha sang ibu yang dulu juga seorang MUA profesional. Usaha itu mulai dengan panggilan teman-teman dekat yang mempercayakan momen penting mereka pada Gaura. Awalnya, ia merias mereka di rumah, namun dengan semangat dan kerja keras, ia berhasil mengumpulkan dana untuk membuka sebuah studio kecil. Tidak hanya itu, ia juga mulai membangun timnya, merekrut beberapa asisten yang sudah berpengalaman, hingga kini menjadi MUA yang memiliki studio make-up profesional yang dikenal banyak orang.

Tak hanya mempersiapkan riasan untuk pernikahan atau acara-acara besar, Gaura kini juga memiliki berbagai klien dari kalangan selebriti dan pengusaha terkenal. Dengan tim yang solid dan penuh dedikasi, Gaura tak hanya mengandalkan keahliannya, tetapi juga menanamkan nilai-nilai profesionalisme yang diajarkan ibunya.

"Gaura, semuanya sudah siap untuk acara besar ini. Kita akan merias seseorang di hotel, kan?" tanya Mika, asisten utama Gaura.

"Iya, kita harus memastikan semuanya berjalan lancar. Pastikan semua peralatan sudah dipersiapkan dengan baik, ya?"

"Siap!" jawab Mika dengan semangat.

Di tengah kesibukannya, Gaura tak pernah melupakan putra kecilnya yang ia beri nama Galenio Vilas dan kini sudah berusia tiga tahun. Meskipun banyak yang bilang ia telah menjadi wanita sukses, Gaura selalu memastikan bahwa waktu untuk Galen adalah yang terpenting.

Pagi itu, setelah memastikan semuanya siap, Gaura dan timnya berangkat ke hotel tempat acara besar akan diadakan. Acara tersebut adalah pertunangan mewah dari salah satu klien penting mereka. Setibanya di hotel, Gaura dan tim langsung disambut oleh staf hotel yang sudah menunggu mereka.

Gaura segera mempersiapkan perlengkapan dan mulai merias seorang wanita yang akan melangsungkan pertunangan. Ia memulai dengan percaya diri, seolah dunia hanya miliknya dan klien yang ada di depannya, tentu saja di bantu oleh beberapa asistennya.

Suasana di ruang rias sangat sibuk. Gaura yang sedang merias, dikejutkan oleh suara langkah kecil terdengar mendekat, wanita itu menoleh ke arah pintu. Ternyata itu Galen yang masuk dengan ceria. "Bunda, aku ikut!" teriak Galen dengan senyum lebar menggemaskan, sebelum berlari kecil menuju meja rias.

"Galen, kamu di sini? Tidak boleh lari-lari di sini, sayang. Kamu harus diam sebentar ya, Bunda sedang kerja," kata Gaura dengan lembut, meskipun senyumannya sedikit dipaksakan karena konsentrasinya terbagi.

"Maaf, Gaura," kata Mika, yang masuk setelah Galen. "Tadi Galen merengek meminta untuk menyusulmu, jadi aku bawa dan ikut masuk ke sini. Aku akan menjaganya."

Gaura mengangguk, tetap sibuk dengan peralatan riasnya. Wanita yang duduk di depan cermin besar dengan gaun merah elegannya, tersenyum penuh percaya diri. "Gak masalah, kok, Gaura. Anak kecil memang suka penasaran, kan?" Wanita itu tertawa ringan, sesekali memandang dirinya di cermin untuk melihat riasannya yang hampir sempurna.

Namun, suasana tenang tiba-tiba terganggu ketika pintu ruangan terbuka sedikit lebih keras dari biasanya. Sebuah suara berat terdengar di ambang pintu, "Apakah sudah selesai?"

Gaura menoleh dengan cepat, terkejut. Seorang pria tinggi, mengenakan jas hitam rapi, berdiri di sana. Wajahnya familiar, namun untuk beberapa detik, Gaura terdiam.

Galen, yang merasa penasaran, berlari ke arah pria itu dengan tawa riang. "Bunda, itu siapa?" tanyanya dengan mata berbinar.

Pria itu, yang sedang memandang ke arah Gaura, terkejut melihat Galen yang mendekat. Sebelum sempat menjawab, Galen yang lincah berlari ke arah pria tersebut dan tanpa sengaja menabraknya dengan sedikit keras.

"Ups!" Galen tertawa lucu, tak menyadari keheranan yang sedang melanda orang dewasa di sekitarnya. "Maaf, Tuan!" Galen mengangkat wajahnya dengan polos.

Tiba-tiba, Gaura merasa seperti ada yang mengganjal di dadanya. Semua gerakan di ruangan itu terasa melambat, dan dalam detik itu, mata Gaura bertemu dengan mata pria yang baru saja ditabrak oleh putranya.

Edrio.

Tubuh Gaura seakan membeku saat ia mengenali wajah yang tidak asing lagi. Meskipun telah lama berlalu, wajah itu tetap sama, tegas, dingin, dan penuh misteri. Hatinya langsung berdebar keras, pikirannya berkelip cepat mencoba mencerna kenyataan. Kenapa Edrio ada di sini?

"Ah, sayang? Sebentar lagi aku selesai, apakah acaranya sudah di mulai?" tanya wanita yang telah Gaura rias.

Hal itu sontak membuatnya semakin terkejut. 'Sayang? Apakah... Edrio yang akan bertunangan dengan wanita ini?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
pengagum rahasia
Kann kannn ya ampunn gemes banget pengen nonjok ihh. edrio bener² ya. kerenn thorr lanjut lagii gregetan ini pokonya kawal sampe tamatt! ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 6

    Gaura berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Tangannya gemetar saat menyentuh alat rias, tetapi ia mencoba tersenyum setenang mungkin. Edrio tampak terpaku di tempatnya, matanya masih menatap Gaura dengan ekspresi yang sulit diartikan—ada keterkejutan, rasa bersalah, dan sesuatu yang lebih dalam. Sementara itu, Galen, yang tak menyadari ketegangan di antara mereka, menatap pria itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Tuan, apakah sakit? Apa aku menabrak terlalu keras?" Edrio akhirnya tersadar, mengalihkan pandangan dari Gaura, lalu menunduk ke arah Galen. Suaranya serak saat berbicara. "Tidak apa-apa." Wanita yang sedang dirias oleh Gaura tersenyum sambil menoleh ke arah Edrio. "Sayang, kenapa diam di sana? Mendekatlah. Lihat, Gaura sudah hampir selesai. Sebentar lagi kita siap untuk acara ini." Gaura menelan ludah. Pikirannya berputar cepat. 'Sayang... jadi benar, dia pria itu. Edrio adalah calon tunangan wanita ini.' Edrio berjalan mendekat, langkahnya berat, seperti menahan be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 7

    Aula penuh dengan tawa dan obrolan hangat. Prita, yang merupakan tunangan Edrio, berdiri di tengah ruangan, tersenyum lebar sambil menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang mengelilinginya. Gaun panjangnya berkilauan, dan tangannya yang mengenakan cincin pertunangan memegang lengan Edrio dengan posesif. Namun, Edrio tidak sepenuhnya peduli. Tatapannya, meski diarahkan ke tamu-tamu yang berbicara, sesekali melirik ke sudut ruangan tempat Gaura dan Galen berdiri. Ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan—sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertama kali ia melihat anak kecil itu. Entah mengapa, dia merasa dekat dengan anak itu. Prita menyadari sikap tunangannya yang tidak biasa. “Sayang,” ujarnya pelan sambil memiringkan kepala. “Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat… tidak fokus.” Edrio menoleh, wajahnya datar seperti biasa. “Tidak ada.” “Benarkah?” Priska menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kau kenapa? Kau biasanya tidak begini.” Edrio menghela napas kecil, mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 8

    Pagi itu, rutinitas berjalan seperti biasa. Gaura menyiapkan sarapan sambil memastikan Galen tidak lupa membawa semua perlengkapannya ke sekolah. Namun, pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Edrio. Pertemuan mereka telah mengguncang ketentraman hidupnya. “Bunda, aku sudah siap!” seru Galen sambil berlari ke meja makan. Gaura menoleh, tersenyum lembut meskipun hatinya gelisah. “Baiklah, habiskan sarapanmu dulu. Setelah itu kita berangkat.” Seperti biasa, ia mengantar Galen ke gerbang sekolah dan memastikan anaknya masuk dengan aman. Setelah melambaikan tangan, Gaura pergi menuju tempat kerjanya, mencoba mengabaikan perasaan ganjil yang tidak mau hilang dari benaknya. Namun, di balik pagar sekolah, seseorang memperhatikan Galen dengan seksama. *** Saat jam istirahat tiba, Galen duduk di taman sekolah. Ia memakan bekalnya dengan santai. Anak-anak lain bermain di sekitar, tetapi Galen memilih duduk sendirian, memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di taman kecil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 9

    Edrio kembali ke kantornya dengan langkah berat. Meski ia adalah pria yang dikenal dingin dan fokus, pikirannya kini terasa kacau. Pertemuannya dengan Galen di sekolah tadi meninggalkan kesan mendalam. Wajah anak itu, senyumnya, bahkan caranya berbicara—semuanya terlalu mirip dengan dirinya. Edrio duduk di kursi kulit hitam besar di ruang kerjanya. Jendela besar di belakangnya menyuguhkan pemandangan kota, tetapi pikirannya tidak tertuju ke sana. Tangannya mengusap dagunya sambil berpikir keras. “Gaura,” gumamnya pelan. Nama itu terasa begitu akrab, seperti luka lama yang tiba-tiba terbuka kembali. Kantor Edrio yang biasanya sunyi kini dipenuhi aura ketegangan. Tumpukan dokumen di mejanya terlihat berantakan, dan meskipun ia mencoba menyusun strategi dalam pikirannya, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang tak cocok satu sama lain. Ia memutuskan untuk menghubungi orang-orang yang pernah bekerja dekat dengan Gaura. Edrio menekan tombol telepon di mejanya. ”Hubungi Brian s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 10

    ”Bagaimana ini?” Gaura duduk di ruang tamunya. Pikirannya terus melayang ke pertemuan tak terduga antara Edrio dan Galen. Wajah anak itu sangat mirip dengan Edrio, dan itu membuat Gaura merasa sangat terancam. Gaura tahu bahwa Edrio tidak akan pernah berhenti sampai ia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Apa yang dia rencanakan? Apakah dia sengaja menemui Galen?” Gaura bergumam sendiri, tangannya sedikit gemetar. Ia memikirkan berbagai cara agar Galen dapat terhindar dari jangkauan Edrio. Ia benar-benar tak ingin mereka menjadi dekat dan menyadari ada sebuah ikatan di antara mereka. Ia takut, takut Galen akan di ambil dari dirinya. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi seseorang yang ia percayai. “Mika, aku butuh bantuanmu segera.” Suara Gaura terdengar tegas meski hatinya berdebar. Ia langsung berbicara tanpa basa-basi kepada salah satu asistennya itu. “Gaura, ada apa? Apa yang terjad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 11

    Siang itu, di luar gerbang sekolah Galen, Edrio berdiri di dalam mobilnya yang diparkir tidak jauh. Ia mengenakan kacamata hitam, memandang dari kejauhan, memastikan bahwa tidak ada yang menyadarinya. Matanya tertuju pada sosok kecil Galen yang keluar dari gerbang, ditemani oleh Mika. Edrio mengamati setiap langkah anak itu. Galen tampak ceria, berbicara dengan Mika tentang sesuatu yang tampaknya menyenangkan. Tetapi yang menarik perhatian Edrio bukanlah percakapan mereka, melainkan cara anak itu berjalan, senyum yang begitu familier, dan ekspresi wajah yang seolah mencerminkan dirinya sendiri. “Tidak mungkin hanya kebetulan...” gumam Edrio, menggenggam setir mobilnya dengan kuat. Namun, dia tidak mendekat. Dia tahu, jika terlalu gegabah, maka ia akan semakin sulit untuk mendekati anak itu. Oleh karenanya, Edrio memilih untuk tetap diam, membiarkan dirinya menjadi bayangan yang tak terlihat. Tapi dalam hatinya, dia bertekad untuk mencari tahu hal yang membuatnya merasa penasaran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 12

    “Apa yang kau temukan?” tanya Edrio tanpa basa-basi, suaranya tenang tapi penuh ketegasan. ”Saya menemukan beberapa hal menarik tentang Gaura. Tapi ada bagian yang terasa… aneh," jawab seorang pria yang merupakan bawahannya sambil menyerahkan sebuah map berisi informasi tentang Gaura. “Aneh bagaimana?” Edrio membuka map tersebut, matanya langsung menyisir halaman-halaman yang penuh dengan informasi. “Setelah dia mengundurkan diri dari posisi bodyguard pribadi anda beberapa tahun lalu, dia menghilang selama beberapa bulan. Tidak ada jejak aktivitas, pekerjaan, atau bahkan keberadaannya. Baru setelah itu dia muncul kembali sebagai penata rias di kota ini.” Edrio menghentikan bacaannya, menatap bawahanya dengan tajam. “Menghilang? Tidak ada jejak sama sekali?” Pria itu mengangguk. “Ya. Saya mencoba melacak aktivitasnya, tapi semuanya tertutup rapat. Seolah-olah dia sengaja menghapus keberadaannya.” Edrio mengetuk meja dengan jarinya, pikirannya berputar cepat. “Apa ada hubu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 13

    "Aku harus mendekat," ucap Edrio. Setelah mengetahui fakta mengejutkan semalam, pagi ini, ia kembali duduk di dalam mobil hitamnya, menatap taman tempat Galen biasa bermain setelah sekolah. Dari balik jendela gelap, ia mengamati bocah itu dengan saksama. Tak jauh dari sana, Mika berdiri dengan waspada, memastikan Galen tetap dalam jangkauannya. Edrio mengepalkan tangan. Selama beberapa hari terakhir, ia hanya bisa mengamati dari jauh tanpa mendapatkan kesempatan untuk mendekat. Tapi hari ini berbeda. Ia tahu bahwa Mika biasanya meninggalkan Galen beberapa saat untuk mengambil air minum atau mengurus hal kecil lainnya. Itu adalah momen yang ia tunggu. “Ini waktunya,” gumam Edrio sambil membuka pintu mobil, berjalan perlahan dengan langkah mantap. Di sisi lain. Mika melirik Galen yang sedang asyik menggambar dengan teman-temannya. Ia mendekati Galen dan berkata, “Galen, aku akan ke mobil sebentar untuk mengambil sesuatu. Jangan ke mana-mana, oke?” Galen mengangguk. “Oke.” Mika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 103

    “Kenapa, sayang?” tanya Gaura sambil menghampiri. “Aku mimpi buruk… tentang ayam goreng yang berubah jadi monster. Terus dia mengejarku dan Nenek dengan saus sambal!” Galen menjelaskan sambil memperagakan tangannya seperti cakar monster. Edrio nyaris tertawa, tapi ia cepat-cepat batuk pelan menahan ekspresi geli. “Itu mimpi yang sangat… spesifik.” “Dan pedas,” tambah Galen sambil mengangguk serius. Gaura mengelus rambutnya. “Mau Bunda temani di kamarmu?” Galen mendekat dan memeluk Gaura erat-erat. “Aku… boleh tidur di sini aja, tidak? Cuma malam ini. Pura-puranya kita berkemah.” Edrio dan Gaura saling pandang. Edrio mengangkat alis. “Kemah, ya?” “Aku jadi penjaga tenda. Kalau monster ayam datang lagi, aku usir pakai bantal!” kata Galen sambil mengayunkan bantal dinosaurusnya seperti pedang. Gaura sudah tidak bisa menolak. “Ayo, Pangeran Penjaga. Masuk ke tenda Raja dan Ratu.” Galen langsung memanjat ke ranjang, menyelip di tengah mereka dengan gaya penuh kemenangan.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 102

    “Tapi Ayah belum tahu kalau aku punya rencana rahasia!” Galen menjawab dengan misterius, lalu menyeringai seperti tokoh kartun. Mereka menggelar tikar di bawah pohon besar. Elia duduk santai sambil membaca buku, sementara Gaura dan Edrio membuka makanan yang berisi, sandwich, buah, ayam goreng, dan jus jeruk. “Bunda, ini hari terbaik!” kata Galen sambil menyuap potongan apel. “Karena pikniknya?” tanya Gaura. “Karena semua bersama. Dan... rencana rahasiaku berjalan lancar,” jawabnya licik. Gaura dan Edrio saling pandang heran. “Apa maksudmu?” tanya Edrio, curiga. Galen berdiri, membuka tas besarnya—dan dari sana ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi benda-benda lucu seperti, mahkota kertas, topeng binatang, dan secarik kertas lipat. “Aku siapkan ini karena aku mau kasih kejutan!” katanya bangga. Ia meletakkan mahkota di kepala Gaura. “Ini buat Bunda, Ratu Piknik!” Lalu ia memakaikan topeng singa pada Edrio. “Dan ini buat Ayah… Singa Penjaga!” Gaura tak bisa menahan tawa.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 101

    “Aku tidak menggombal. Aku sedang menyatakan fakta.” Edrio tertawa pelan lalu menarik selimut itu perlahan, memperlihatkan wajah istrinya lagi.Gaura menatapnya dengan senyum malu. Ia menggeliat kecil, lalu menyandarkan kepala di dada Edrio yang hangat.“Semalam… terasa seperti mimpi,” bisiknya.Edrio membalas dengan mengecup ubun-ubunnya. “Tapi ini nyata. Kamu istriku sekarang. Dan aku… milikmu sepenuhnya.”Mereka terdiam beberapa saat, membiarkan suara detak jantung dan tarikan napas menjadi satu-satunya irama di kamar itu.Lalu Gaura menatapnya dan bertanya, “Apa kau pernah membayangkan kita akan sampai di titik ini, setelah semua kekacauan yang kita alami?”Edrio menggeleng pelan. “Tidak. Tapi aku bersyukur kita bertahan. Dan lebih dari itu—aku bersyukur kamu memilih tetap bersamaku.”Gaura menyentuh wajahnya dengan penuh kelembutan. “Kita sama-sama bertahan, Edrio. Kau juga tidak menyerah padaku.”Mereka saling menatap sejenak sebelum akhirnya bibir mereka bersentuhan lagi—kali

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 100

    "Hmhh.." lenguh Gaura menahan semua sensasi yang tubuhnya rasakan. Edrio menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian memulai aksinya untuk 'bertarung' dengan Gaura. Di saat mereka berdua tengah saling bertarung di dalam kamar, di sebuah kamar lain tepatnya kamar tidur milik Galen, terdapat bocah itu bersama neneknya. Kamar Galen dihiasi cahaya lampu malam berbentuk bintang-bintang yang memantul di langit-langit. Bocah itu sudah mengenakan piyama bergambar dinosaurus, tapi matanya masih terbuka lebar, tak kunjung mengantuk.Di sebelahnya, Elia—nenek tercintanya—sedang duduk di tempat tidur, membacakan buku dongeng dengan suara lembut. Namun, Galen tampaknya lebih sibuk berpikir daripada mendengarkan cerita.“Nenek…” Galen memanggil dengan suara pelan namun penuh rasa ingin tahu.“Iya, sayang?” Elia menutup buku dan menoleh penuh perhatian.Galen duduk bersila di tempat tidurnya, alisnya mengernyit lucu. “Kenapa Bunda sama Ayah tidur di hotel? Kenap

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 99

    “Karena aku takut akan kehilanganmu kalau kau tahu siapa aku dulu… Tapi sekarang, aku lebih takut kehilanganmu kalau aku tetap diam.” Gaura menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan. “Kau seharusnya percaya bahwa aku cukup kuat untuk berdiri di sampingmu, bahkan saat yang terburuk sekalipun.” Edrio tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, ekspresi damai kembali menghiasi wajahnya. “Maafkan aku, Gaura.” Ia memeluk Gaura erat di hadapan semua tamu. Suasana kembali hangat, bahkan lebih dari sebelumnya. Galen berlari ke arah mereka, memeluk kaki kedua orang tuanya dengan senyum polos dan bahagia. Beberapa detik kemudian, pendeta yang masih berdiri terpaku akhirnya berkata sambil tertawa kecil, “Kalau begitu… bolehkah saya melanjutkan? Saya pikir kita masih punya satu bagian yang tertunda…” Para tamu tertawa dan bersorak. Musik lembut kembali diputar. Edrio dan Gaura berdiri berhadapan lagi, dan kali ini, saat pendeta menyuruh mereka mengucapkan “I do,” keduanya menga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 98

    “Matikan itu!" perintahnya ke tim teknis. Tapi layar tidak bergeming. Wanita itu sudah meng-hack sistem sepenuhnya. Gambar berikutnya menunjukkan Edrio sedang berada dalam pertemuan gelap bersama pria-pria bersenjata, membawa koper uang dan dokumen. Kemudian, rekaman suara mulai terdengar—diskusi mengenai distribusi logistik “tak terdaftar” dari pelabuhan. “Jadi… semua ini cuma kedok?” bisik salah satu pejabat tamu yang hadir. Gaura berdiri kaku. Senyumnya lenyap. Matanya tak percaya melihat Edrio di layar. Ia menoleh ke suaminya yang kini menatap layar dengan rahang mengeras. “Edrio…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Apa maksud semua ini?” Edrio menatap Gaura dengan ekspresi bersalah, namun tak gentar. Ia meraih tangannya, tapi Gaura menariknya pelan. “Aku bisa jelaskan.” “Kapan?” suara Gaura kini bergetar. “Kapan kau akan memberitahuku tentang masa lalu ini? Galen... aku harus melindungi dia.” Edrio menarik napas dalam. “Itu sudah lama berlalu. Dan aku keluar dari itu semua s

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 97

    Langit biru membentang sempurna di atas gedung berarsitektur klasik yang berdiri megah di pinggir kota. Udara pagi itu sejuk, diselimuti semilir angin yang membawa wangi bunga mawar putih dan lili yang menghiasi setiap sudut halaman. Musik lembut dari gesekan biola mengalun indah, berpadu dengan tawa riang para tamu yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri.Di dalam ruang rias, Gaura duduk di hadapan cermin besar dengan bingkai emas. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya begitu anggun, memancarkan keanggunan dan kekuatan seorang wanita yang telah melewati badai dan tetap berdiri tegak.Dari belakang, salah satu asistennya membetulkan veil panjang yang menjuntai dengan indah.“Gaura… kau tampak luar biasa,” bisiknya sambil tersenyum haru.Gaura menoleh sedikit dan membalas dengan senyum yang tenang. “Terima kasih. Aku... sempat berpikir hari ini tak akan pernah datang.”Wanita itu menggenggam tangannya. “Tapi kau di sini sekarang. Kau pantas mendapat kebahagiaan ini.”Sementara

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 96

    Dengan tangan terangkat, Edrio memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka membawa ke depan bukti-bukti kejahatan Jonathan. Transfer uang ilegal, dokumen palsu, bahkan rekaman percakapan dengan para pihak yang terlibat dalam pengaturan saham. Namun, di saat yang sama, sesuatu yang lebih menegangkan terjadi. Jonathan menyeringai. Ia meraih mikrofon, dan matanya menyala dengan keputusasaan yang membara. "Kalian pikir bisa menjatuhkan saya dengan cara ini?! Kalian tidak tahu siapa saya sebenarnya! Para investor ini adalah milikku, dan mereka tidak akan pernah percaya pada fitnah kalian!" Tiba-tiba, pintu besar konferensi terbuka dengan keras, dan sejumlah pengawal Jonathan berlari masuk, dengan senjata terhunus. Mereka menuju Edrio dan pasukannya, membentuk formasi pertahanan yang rapat.Sontak, semua yang hadir pun terkejut dan beberapa mulai merasa takut. Sedetik kemudian, para investor ataupun para tamu berlarian untuk menyelamatkan diri. “Lindungi saya!” teriak Jona

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 95

    "Di sini, di tengah keheningan ini, aku merasa terlindungi.” Edrio menoleh padanya, menatap mata wanita yang kini tak hanya menjadi pasangannya dalam medan pertempuran yang belum usai. “Aku akan melindungimu. Tidak hanya sebagai pasangan, tapi sebagai seseorang yang melindungimu sepenuh hati.” Gaura mengangguk pelan, matanya mulai basah. Malam itu, meskipun dunia di luar masih dipenuhi dengan bahaya, rumah kecil itu menjadi tempat paling hangat di bumi. Di tengah perang rahasia, konspirasi, dan teror, mereka masih bisa tertawa, berpelukan, dan percaya bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang tak bisa disentuh oleh kekuatan jahat sekalipun. Cinta, keberanian, dan harapan. Dan Edrio, di dalam hatinya, bersumpah bahwa ia akan menuntaskan semua ini. Untuk Gaura. Untuk Galen. Untuk rumah yang ingin ia lindungi… selamanya.****Langit mendung menggantung pekat di atas gedung tua yang kini dijadikan markas darurat oleh Edrio. Tak ada papan nama. Tak ada sinyal ponsel yang kuat. Di te

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status