Share

CEO Itu Mantan Ketua Osisku
CEO Itu Mantan Ketua Osisku
Penulis: Iffah Viyay

Bab 1

"Permisi, Pak. Saya dari kantin, datang untuk mengantar makan siang bapak." Nara berbicara seperti itu sambil melihat ke arah seseorang yang duduk di balik meja Ceo.

Alangkah terkejutnya Nara ketika menyadari orang yang berada di hadapannya itu adalah teman yang dia kenal sewaktu SMP. Sepertinya bukan Nara saja yang terkejut, pria itu pun sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut walau hanya sebentar saat memandang Nara.

Pantas saja namanya sama karena memang ternyata orang yang sama. Agas Pratama, ketua OSIS se-angkatan dengan Nara. Saat itu pun Nara kebetulan menjabat sebagai wakil OSIS-nya.

Agas ini memiliki wajah yang tampan namun sayang ekspresinya selalu datar seperti papan tulis.

Dulu Nara sempat naksir dengan Agas. Alasannya cukup klise. Karena tampan. Meski jarang senyum tapi justru tetap cool di mata para siswi sewaktu itu termasuk di mata Nara. Namun kemudian ada kejadian yang membuat perasaan Nara pada Agas berubah dari suka diam-diam menjadi jengkel setiap melihatnya.

Hal itu bukan tanpa penyebab. Jadi dulu sewaktu jadi panitia kemah untuk kelas satu, Nara tidak sengaja membakar tenda panitia karena kecerobohannya. Saat itu dia langsung mendapat makian yang pedas dari ketua OSIS yakni Agas.

Memang benar itu salah Nara sendiri. Waktu itu meski dimarahi, Nara terima dengan lapang dada karena dia merasa bahwa itu memang benar dia yang salah. Sembari Nara meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

Namun setelah kejadian itu, Agas seperti menyisihkan Nara ke tepi. Setiap ada acara OSIS, Nara sama sekali tidak diberi tugas penting. Hanya diminta membantu kalau ada yang perlu bantuan. Seakan-akan Agas tidak percaya kalau pekerjaan bisa beres di tangan Nara.

Padahal Nara kan ketua OSIS-nya, setidaknya berikan dia kesempatan belajar dari kesalahan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Sampai ada selentingan yang mengatakan kalau Nara itu 'Wakil Ketua OSIS paling tidak berguna dalam sejarah SMP tersebut'.

Siapa yang tidak kesal? 

"Taruh aja di meja sana." Setelah keheningan singkat, Agas berkata demikian.

Tanpa bicara Nara menuruti apa yang diminta Agas. Di dalam ruangan Agas, ada sofa beserta meja yang biasanya digunakan untuk menerima tamu. Nah, di sanalah Nara meletakkan makan siang Agas. 

"Makan siangnya sudah saya letakkan di meja, Pak. Lebih baik segera disantap sebelum dingin," ujar Nara setelah selesai menata makanan.

Namun tidak ada balasan dari Agas. Tampaknya pria itu masih sibuk dengan laptopnya. Alhasil, Nara memilih segera pamit.

"Saya permisi dulu, Pak."

Nara pikir dia bisa keluar dengan mudah. Namun dia sudah dipanggil lagi sebelum sempat membuka pintu.

"Tunggu dulu."

Panggilan dari Agas membuat Nara tidak jadi keluar, justru sekarang dia berjalan kembali mendekat ke arah Agas.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Nara dengan sopan.

Mereka ini teman SMP, tapi kesannya justru bukan seperti orang yang bertemu dengan teman yang sudah lama tidak berjumpa. Lebih seperti orang asing yang mana memberi hormat yang berjarak. Tentu saja Nara bersikap seperti itu karena dia merasa tidak bisa sembarangan bicara pada atasannya ini.

"Kamu itu Nara Santika, kan? Yang pernah bakar tenda panitia pas kemah SMP?"

Pertanyaan yang langsung membuat ekspresi sopan Nara turun, berganti raut wajah yang suram.

Dalam hati Nara merasa jengkel, karena orang di hadapannya ternyata masih dendamnya. Buktinya Agas masih mengingat kesalahan yang pernah Nara lakukan dulu.

"Melihat wajah cemberut itu sepertinya saya benar," tandas Agas menyimpulkan.

Di sini Nara agak bingung. Dia ingin marah dengan mengeluarkan celetukan sekadar berkata, 'Terus napa? Masih dendam?'.

Tapi apa daya, orang yang ingin dia umpati ini adalah atasannya sendiri. Mana mungkin dia berani bilang seperti itu di depan orangnya. Bisa-bisa dia langsung dipecat di hari pertamanya kerja. Kan gak lucu?

"Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Agas sambil menatap lurus Nara. Nadanya datar seperti biasa sampai-sampai Nara mengira dia sedang interview ulang.

"Sekarang adalah hari pertama saya masuk, Pak," jawab Nara apa adanya.

"Oh begitu," kata Agas. "Sebenarnya mumpung bertemu, saya mau minta maaf."

Nara langsung melongo begitu mendengar perkataan Agas. "Maaf?"

"Iya, dulu kayaknya saya terlalu berlebihan. Jadi saya mau minta maaf soal sikap saya di masa lalu." 

Rupanya dia sadar kalau sikapnya dulu memang tidak menyenangkan. Karena sudah seperti itu, Nara pun tidak akan menjadi orang yang bersikap tidak masuk akal. Tentu dia langsung memaafkan dan melupakan kenangan tidak mengenakkan dulu. "Tidak perlu dipikirkan, Pak. Itu cuma masa lalu."

"Terima kasih," kata Agas dengan wajah serius.

"Sama-sama, Pak." Nara membalasnya sambil tersenyum. Seolah kejengkelannya setiap kali mengingat sikap Agas dulu telah hilang. Begitulah Nara, dia hanya butuh ketulusan saja karena dia bukanlah orang pendendam.

"Kalau begitu saya pamit balik kerja lagi, Pak." Nara berkata.

"Ohya, selamat bekerja." Agas kembali berkata dengan nada datar.

Ya, Nara sudah terbiasa dengan cara bicaranya itu. Akhirnya tanpa berlama-lama lagi, Nara undur diri dari ruangan Agas. Kembali ke kantin tempatnya bekerja dengan troli yang tidak lupa dia bawa.

~~~

Nara cukup nyaman bekerja di Tama Group walaupun profesinya tidak bisa dibilang keren dibanding teman sepantarannya tetapi dia cukup bersyukur. Apalagi di jaman yang sekarang ini, Nara yang lulusan SMA, kesulitan mencari pekerjaan.

Jam makan siang sudah dimulai, Nara yang sedang melakukan pekerjaannya di kantin, terkejut saat melihat seseorang yang muncul dari kejauhan.

"Lho kok dia datang ke sini?"

°•• Bersambung ••°

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status