Share

Bab 7

Author: Natasha
Setelah beristirahat sebentar di rumah sakit, akhirnya Thasia diizinkan pulang dengan keadaan lesu.

"Thasia!"

Saat Sabrina Gunawan menjemput Thasia, melihat wajahnya yang pucat dan kepalanya yang diperban, dia pun segera mendekat. "Astaga, apa yang terjadi padamu?"

Thasia tidak menjawab.

"Jam segini seharusnya kamu sedang bekerja, kamu terluka saat kerja?" tanya Sabrina. "Mana Jeremy?"

"Nggak tahu."

Sabrina melihat ada yang tidak beres pada Thasia, seharusnya tidak hanya tubuh wanita ini yang terluka, dia pun mendengus. "Kamu bekerja untuknya, sekarang kepalamu sampai luka begini. Jeremy sebagai suamimu malah nggak tahu di mana, apa bedanya kamu bersuami dengan nggak?"

"Nanti juga pria itu bukan suamiku lagi."

"Apa? Dia ingin bercerai?" Ekspresi Sabrina pun berubah.

"Aku yang ingin bercerai."

Ekspresi Sabrina berubah lagi. "Cerai saja. Nggak bisa mendapatkan orangnya, uangnya harus tetap dapat, kalau ada uang untuk apa takut nggak ada pria yang mau lagi? Nanti cari saja beberapa pria, cari yang baik, perhatian, setiap hari dia hanya peduli padamu!"

Pernikahan mereka memang hanya pernikahan kontrak, kalau ingin bercerai, Thasia tidak akan mendapat apa-apa.

"Thasia."

Sabrina tiba-tiba memanggilnya, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Kenapa kamu tiba-tiba ingin bercerai? Kamu telah menyukainya begitu lama, seharusnya sangat berat untuk melepaskannya, mungkinkah ada wanita lain?"

Wajah Thasia semakin terlihat sedih, dia tersenyum pahit. "Kamu nggak lihat berita? Lisa sudah balik."

"Lisa baru saja balik, mereka sudah langsung bersama?" Sabrina seketika merasa emosi, dia pun terus berkata, "Setelah menikah ada selingkuhan itu harus dituntut, kamu bisa mendapat sedikit kekayaannya. Thasia, kamu nggak boleh lemah, nggak peduli dia setuju atau nggak, selama kalian masih memiliki hubungan pernikahan, setengah kekayaannya adalah milikmu, setidaknya sepertiga. Apalagi dia selingkuh, kalau dia nggak mau kasih, kamu sebarkan saja berita bahwa dia selingkuh, aku yakin Jeremy pasti akan merasa malu!"

"Aku sudah membuat keputusan!"

Reaksi Thasia cukup tenang.

Dia biasa tidak pernah membuat keputusan dengan bulat, kalau dia sampai berkata seperti itu, berarti dia sudah lelah, dia tidak ingin mempertahankan pernikahannya lagi.

"Malam ini aku tidur di tempatmu, aku nggak ingin melihatnya."

Begitu dia berpikir Jeremy dan Lisa bersama sepanjang malam, lalu nanti harus bertemu dengannya, Thasia pasti tidak akan tahan, mungkin saja mereka akan bertengkar.

Walau akan bercerai, dia tidak ingin menambah masalah.

Dia rasa dirinya tidak harus pulang ke tempat yang bukan rumahnya.

"Baiklah, kamu ke tempatku saja, aku akan memasakkan sup ayam untukmu. Rumah Keluarga Okson itu seperti neraka, kamu saja sampai kurus begini setelah tinggal di sana, benar-benar keluarga yang nggak punya didikkan!" ucap Sabrina dengan kesal sambil menopang tubuh Thasia.

Keesokan subuhnya Jeremy baru pulang ke rumah.

Saat kembali ke kamar, dia melihat tidak ada orang, selimutnya masih rapi.

Biasanya jam segini Thasia masih tidur.

Jeremy pun bertanya, "Mana Thasia?"

Pembantu terdiam sejenak sebelum menjawab, "Nyonya kemarin malam nggak pulang."

Jeremy teringat semalam Thasia meneleponnya, tapi wanita itu bilang tidak ada apa-apa, kenapa tiba-tiba tidak pulang?

Dia tidak ingin terlalu memikirkan Thasia, jadi dia tidak bertanya lagi dan langsung pergi mandi.

Setelah kembali ke kantor dia baru tahu terjadi masalah di perusahaan kemarin.

Kalau Jeremy sedang tidak ada, tanggung jawab semua dilemparkan pada Thasia. Masalah belum beres wanita itu sudah hilang.

Sepertinya beberapa hari ini Thasia tidak fokus bekerja.

Jeremy segera menelepon Thasia.

Thasia saat ini baru saja selesai mandi, begitu mendengar ponselnya bunyi, dia mengambilnya dan melihat nama Jeremy, seketika suasana hatinya menjadi rumit, sesaat kemudian baru dia menjawabnya, "Ada apa?"

"Kemarin malam kamu ke mana?" tanya Jeremy dengan nada dingin.

"Di tempat teman."

Jeremy berkata dengan serius, "Terjadi masalah di kantor kenapa kamu nggak lapor padaku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 590

    "Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 589

    Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 588

    Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 587

    Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 586

    "Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 585

    Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status