Home / Romansa / Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan / Memperbaiki Kesalahan

Share

Memperbaiki Kesalahan

Author: Paperrapoo
last update Last Updated: 2024-09-29 01:18:00

“Pak, laptop Bapak sudah saya perbaiki dan sudah bisa menyala. Bapak bisa mengecek kembali data-data di dalamnya. Maaf, saya mengambilnya diam-diam di meja kerja Bapak. Saya ingin menebus kesalahan saya. Lagipula, Bapak juga tidak benar-benar memperkerjakan saya tanpa gaji, dan bahkan Bapak memberikan saya uang disaat saya baru sehari bekerja. Jadi, ini juga sebagai ungkapan terima kasih saya.” Fika menyodorkan laptop Galang yang sudah ia perbaiki.

“Kapan kamu memperbaikinya?”

“Semalam, Pak, setelah selesai memeriksa akurasi data yang Bapak minta.”

Galang ingat, ia hanya memberikan Fika waktu 3 jam untuk tidur, dan waktu itu Fika gunakan untuk memperbaiki laptop Galang.

‘Gadis ini cukup bertanggung jawab,’ batin Galang.

“Kenapa kamu tidak menjadi tukang service keliling saja?’ ucapnya asal bicara.

“Eum, saya tidak sepandai itu. Ini juga hanya sedikit ilmu yang saya dapatkan dari paman.” Galang mengangguk samar.

“Hari ini ada meeting penting, saya mau kamu bisa berpenampilan yang layak. Tidak lusuh seperti sekarang.” Ucapan Galang memang tak pernah disaring. Ia akan mengatakan hal-hal yang ia inginkan tanpa berpikir hal itu akan menyakiti orang lain atau tidak.

“Tapi, Pak-”

“Ikut saya,” pinta Galang sambil melenggang pergi.

Galang membawa Fika pergi ke butik untuk membeli beberapa pasang pakaian. Sebelumnya, ia memang tak pernah pergi ke tempat seperti ini. Tapi, istri para rekan bisnisnya sering menyarankan ia ke sini jika suatu saat membutuhkan segala jenis gaun atau pakaian santai untuk wanita.

Butik ini terkenal sangat bagus dan cukup mahal. Sebenarnya, Galang melakukan hal ini karena Fika cukup bertanggung jawab terhadap kesalahannya, dia senang gadis itu bisa belajar dari kesalahan.

“Pilihlah beberapa, jangan lama,” ucap Galang singkat, kemudian ia pergi untuk mencari tempat duduk.

Saat Fika sedang memilih beberapa gaun, seorang wanita menghampiri Galang yang sedang sibuk bermain ponsel.

“Galang,” sapa wanita berambut blonde itu.

Galang mendongakkan kepalanya. Matanya membulat sempurna, saat menyadari bahwa yang memanggilnya itu adalah wanita yang sama dengan gadis yang beberapa tahun lalu meninggalkannya.

“Medina?” ia meyakinkan.

“Iya, ini aku. Kamu apa kabar?”

“Baik.” Galang hanya menjawab singkat tanpa bertanya balik kabar wanita di hadapannya itu.

“Kamu ngapain di sini? Sedang mencari gaun? Untuk siapa?” Medina bertanya.

“Bukan urusanmu.” Galang berusaha menghindari kontak mata dengan wanita itu.

“Ah, apakah kamu sudah menikah, Galang? Di mana istrimu?” Medina mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka, lalu kembali menatap Galang yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Galang?" ia kembali bertanya.

“Bukan urusanmu.”

“Astaga, Galang, lupakanlah apa yang pernah terjadi di antara kita. Tidak bisakah kita berteman? Ini butik milikku, jika kamu mengajak seseorang ke sini, aku bisa merekomendasikan beberapa pakaian yang bagus.”

Galang menghentikan gerakan tangannya yang sejak tadi mengotak-atik ponselnya. Jika saja sejak awal ia tahu butik ini milik Medina, akan lebih baik ia mencari butik lain yang tak kalah bagusnya.

“Pak, saya sudah memilih beberapa, apakah perlu saya coba dulu?” Tiba-tiba Fika datang membawa beberapa setel gaun lengan pendek dan beberapa blouse warna netral.

Medina memperhatikan penampilan Fika dari atas sampai bawah. Ia tak percaya Galang memilih gadis yang bertolak belakang dengan tipe idealnya. Medina tahu betul Galang menyukai gadis yang tinggi, hidung mancung, dan rambut yang panjang. Tapi gadis yang ia lihat saat ini benar-benar jauh dari tipe ideal Galang.

“Dia pacarmu?” tanya Medina.

“Ambillah lagi sepuasnya dan sebanyak mungkin pakaian yang kamu inginkan. Aku mampu membayarnya,” titah Galang pada Fika tanpa memedulikan Medina yang terus mencecarnya dengan pertanyaan. Fika yang tidak mengerti situasi apa yang ia hadapi ini memilih menurut saja dengan perkataan Galang, toh ia juga diuntungkan jika memiliki banyak pakaian bagus yang mahal.

Usai membayar pakaian yang ia beli untuk Fika, Galang melewati Medina yang sejak awal tak melepaskan pandangannya dari pria itu. Pria yang telah ia tinggalkan, demi pria yang jauh lebih kaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Dapur Galang

    Harum masakan yang dibuat oleh Fika, menyebar ke setiap penjuru rumah. Awalnya, Fika berniat masak diam-diam dan menghidangkannya di meja makan tanpa diketahui siapa pun. Jika baunya menyebar seperti ini, bukan hanya seisi rumah Galang, bahkan tetangga lainnya pun bisa ikut mencium baunya. Fika mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghilangkan uap masakan yang sedang ia siapkan. Fika tak ingin Galang turun dan menyadari hal ini. Terakhir kali, Galang meminta Fika menemui Rifal dengan perkataan yang sedikit membingungkan bagi Fika sendiri. Fika merasa, pria itu mungkin sedikit kesal karena Rifal terus-menerus meneleponnya selagi ia bekerja dengan Galang. Maka dari itu, Fika membuat masakan ini dengan harapan Galang akan bersikap seperti biasa.Fika membawa semangkuk jamur yang ia masak dengan santan menuju ke meja makan. Sesampainya di meja makan, ia mulai menata semua jenis masakan yang telah ia siapkan. Disaat yang bersamaan, anak rambut Fika terus menjuntai men

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Rasa yang Tidak Hilang

    Fika membawa semangkuk sup ayam hangat untuk diberikan kepada Galang. Entah motivasi dari mana, tiba-tiba saja Fika ingin memasak sesuatu untuk untuk pria itu. Seminggu belakangan ini, ia lebih sibuk dari biasanya. Fika harus melakukan dua pekerjaan sekaligus. Pekerjaan Galang dan tentu pekerjaan dirinya sendiri untuk mengasisteni segala kegiatan Galang selama ia sakit. Setelah selesai mengurus berkas-berkas di kantor, Fika pulang dan pergi ke kamar Galang untuk memeriksa keadaan pria itu. Pintu kamar Galang terbuka sebagian. Fika mengetuk perlahan dan meminta izin untuk masuk. Terdengar suara grasah-grusuh dari dalam kamar Galang dan suara sebuah benda jatuh. Karena takut terjadi sesuatu pada Galang, Fika masuk tanpa izin dan mendapati Galang dengan pakaian yang baru terpasang setengah. Fika hendak menutupi wajahnya dengan tangan, namun ia ingat saat ini sedang membawa nampan berisi semangkuk sup ayam.“Maaf, Pak. Saya kira Bapa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Bau Durian

    Siang ini, Fika harus dua kali bolak-balik ke kantor dan rumah sakit untuk mengambil dokumen penting, yang menurut Galang tidak bisa dipercayakan kepada orang lain. Fika pikir, dokumennya hanya akan disimpan oleh Galang dan ia urus setelah ia sembuh nanti. Rupanya, Galang meminta Fika untuk mengantar dokumen yang telah ditandatangani untuk diberikan kepada sekretaris di kantornya.“Pak, bisakah sekretaris Bapak yang datang ke sini untuk mengambilnya? Lutut saya rasanya lemas sekali bolak-balik dari kantor ke sini,” keluh Fika.“Dia sedang ada tugas lain dan tidak bisa mengambil dokumennya ke sini. Kalau kamu tidak mau mengantarnya, biar saya saja,” ujar Galang sambil menyibakkan selimutnya dan berusaha duduk. “Jangan, Pak, biar saya saja,” tolak Fika dengan cepat. Kedua tangannya berusaha menahan pergerakan Galang agar kembali berbaring. Dokter bilang, Galang belum boleh beraktivitas berat apalagi pergi ke kantor. Saat ini, kaki dan tangannya masih bel

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Sadar

    Galang telah melewati proses operasi fraktur, namun saat ini ia masih belum sadarkan diri. Fika duduk tepat di samping tempat tidur Galang, menunggu pria itu sadar. Selama itu, Fika menatap lekat-lekat wajah Galang. “Wanita yang menandatangani surat persetujuan operasi Pak Galang kemarin, mengaku sepupunya Pak Galang. Tapi, Pak Galang bilang dia sudah tidak punya keluarga atau kerabat jauh. Jadi, sebenarnya siapa dia, ya? Dan, ke mana dia sekarang?” Fika bermonolog sambil mengerutkan keningnya.“Sadarlah, Pak. Banyak hal yang harus saya tanyakan. Terlebih, saya perlu memberitahu Pak Galang mengenai kerjasama kita dengan Pak Gallen. Maafkan saya jika ini akan merugikan perusahaan, tapi Media sudah melampaui batasannya. Dia tidak berhak menghina saya sejelek apapun saya. Saya tidak terima, Pak.” Fika bercerita, seolah Galang mendengarnya. Fika menggenggam tangan kanan Galang, ia mengelusnya perlahan. Halus sekali, pikirnya. Sedetik kemudian, dia teringa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Kerabat Galang?

    “Dasar wanita gila! Apa hakmu menamparku?” tanya Medina berang. Fika membalasnya dengan tatapan tajam.“Apa maksudmu menampar istri saya di hadapan saya?” Gallen menambahkan.“Apa hakmu menyebutku jalang?” Fika membalikkan pertanyaan Medina.Medina terdiam sambil mengelus pipi kirinya. Gallen ikut memeriksa keadaan wajah Medina.“Saya sungguh tidak senang dengan perbuatan kamu ini! Saya ingin membatalkan kerja sama dengan perusahaan yang memperkerjakan karyawan yang kasar dan suka main tangan!” ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuk kanannya tepat di hadapan wajah Fika.“Pertama, istri Anda yang lebih dulu mengatakan hal tidak menyenangkan terhadap saya. Kedua, Anda tidak bisa mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Di mana profesionalisme Anda sebagai pemilik suatu perusahaan, Pak?” Gallen kehilangan kata-kata untuk menjawab perkataan Fika. Memang benar, rasa-rasanya selama ini ia terus mencampurkan urusan pribadi dengan

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Kecelakaan

    Galang menatap foto Fika di ponselnya yang tengah fokus memperhatikan pembicara saat meeting beberapa waktu lalu. Galang terlambat menyadari, gadis itu sangat cantik di matanya sekarang. Seandainya sebelumnya ia bisa mengatakan perasaannya kepada Fika, mungkin ia akan merasa lega walaupun gadis itu menolaknya. Tetapi, yang terjadi saat ini, Fika sudah dimiliki pria lain, bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan.Galang mulai berpikir, antara harus merebut gadis itu dari calon suaminya, atau justru merelakannya dengan pria yang Fika pilih. Untuk opsi pertama, ia pikir, Fika belum tentu akan bahagia bersamanya, apalagi jika ia mendapatkan Fika dengan paksaan. Mungkin, saat ini Galang akan merelakan sesuatu yang belum pernah menjadi miliknya, untuk dimiliki oleh orang lain. Dengan melihat Fika hidup bahagia dengan pria yang ia cintai, itu sudah cukup bagi Galang.Galang kembali menatap sepasang sejoli yang duduk berhadapan tak jauh dari tempat duduknya. M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status