Share

Bab 11

Suara yang muncul mendadak ini membuat Yvonne terperanjat. Begitu berbalik, lengannya tidak sengaja menyenggol rak dan menjatuhkan kotak tersebut. Seketika, kotak pun terjatuh ke lantai.

Shawn menatapnya dengan galak. Amarah yang berkecamuk di hatinya, membuatnya terlihat sangat mengerikan.

Yvonne buru-buru menjelaskan, "Aku ... aku nggak sengaja ...." Kemudian, dia buru-buru berjongkok untuk memungut kotak tersebut. Begitu menyentuhnya, pergelangan tangannya sudah diraih dengan erat. Saking besarnya tenaga Shawn, Yvonne merasa tulangnya akan segera hancur.

Sakit sekali! Keringat dingin sampai bercucuran dari dahi Yvonne. Di sisi lain, Shawn memelototinya dengan mata memerah. Dia membentak dengan marah, "Singkirkan tanganmu yang kotor itu!"

Selesai mengatakan itu, Shawn langsung mengempaskan tangan Yvonne dengan kuat. Tubuh Yvonne yang kehilangan keseimbangan seketika jatuh ke belakang, lalu kepalanya membentur sudut lemari.

Rasa sakit yang dahsyat ini membuat Yvonne mati rasa untuk sesaat. Kepalanya berdengung, dia juga bisa merasakan cairan hangat yang mengalir. Begitu menjulurkan tangan ke belakang untuk meraba, dia pun merasakan sesuatu yang agak lengket. Sesuai dugaannya, dia berdarah, tetapi tidak terlalu banyak.

Yvonne menengadah, lalu melihat Shawn yang mengambil kotak itu dengan hati-hati. Hanya dilihat dari gerakannya, Yvonne sudah bisa merasakan bahwa benda itu sangat penting bagi Shawn.

Saat ini, Shawn membuka kotak tersebut untuk memeriksa karena khawatir barang di dalamnya rusak. Untungnya, tidak ada yang rusak karena dilindungi kotak ini. Shawn akhirnya menghela napas lega. Namun, begitu teringat pada Yvonne yang hampir merusaknya, dia murka hingga ingin membunuh Yvonne.

Shawn langsung menatapnya dengan dingin, lalu membentak dengan geram, "Yvonne, kamu sudah bosan hidup, ya!"

Yvonne berdiri dengan susah payah. Tubuhnya tidak mati rasa lagi sehingga dia bisa merasakan sakit yang dahsyat. Dia tahu bahwa benda itu sangat penting bagi Shawn. Jadi, dia berusaha mengontrol tubuhnya yang gemetaran, lalu bangkit sembari menimpali, "Maafkan aku ...."

"Maaf? Kamu kira aku akan menerima permintaan maafmu?" hardik Shawn. Wanita ini bukan hanya tidak tahu malu, tetapi juga bernyali besar.

Shawn mendekatinya selangkah demi selangkah. Auranya yang begitu mengintimidasi menyebabkan Yvonne ketakutan hingga terus mundur, lalu akhirnya bersandar pada dinding. Dia berteriak dengan panik, "Jangan mendekat ...."

Shawn sontak menekan dagu Yvonne dengan kuat. Yvonne pun bisa mendengar suara tulangnya yang bergeser, bahkan kesakitan hingga tidak bisa bersuara lagi. Dia hanya menatap Shawn dengan takut. Penampilan Shawn yang seperti ini sungguh menyeramkan, dia benar-benar sadis!

Kemudian, Shawn mencondongkan tubuhnya. Yvonne meronta-ronta dengan kuat, tetapi hanya bisa membiarkan bibir Shawn mendekati telinganya. Shawn pun berbisik, "Aku pasti akan menghancurkan semua hal yang penting bagimu!"

Shawn yang menekankan kalimatnya membuat Yvonne langsung bergidik ketakutan. Kemudian, dia melepaskan tangannya sehingga tubuh Yvonne seketika miring ke samping. Tanpa dinding di belakang, Yvonne pasti sudah terjatuh. Saat ini, dia hanya bisa berdiri dengan gemetaran. Dia terus bersandar pada dinding karena tidak bisa berdiri dengan tegak.

Sementara itu, Shawn meletakkan kotak tersebut ke tempat semula. Di samping kotak itu, terlihat foto Shawn dengan orang tuanya.

Yvonne tanpa sengaja melirik ke arah foto itu. Setelah menatap beberapa detik, dia merasa benda di dalam kotak itu agak familier. Sebelum sempat melihatnya dengan jelas, Shawn sudah membentak, "Keluar!"

Yvonne tidak sempat berpikir lagi. Dia buru-buru mengulurkan tangan untuk membuka pintu. Dia takut pria ini akan membunuhnya jika berlama-lama di kamar ini. Jadi, Yvonne pun keluar seperti orang yang tengah melarikan diri.

Sesudah Yvonne keluar, ekspresi Shawn tidak lagi sedingin sebelumnya. Dia menunduk untuk menatap kotak tersebut, sorot matanya pun memancarkan sedikit kelembutan. Setelah orang tuanya meninggal, dia tidak pernah merasakan kehangatan lagi.

Pemilik kotak inilah yang memberikan sedikit kehangatan untuk hatinya. Meskipun belasan tahun telah berlalu, Shawn selalu mengingat gadis mungil yang memberinya keteguhan. Sepasang matanya yang jernih itu adalah mata terindah yang pernah dilihat Shawn. Ketika berada di dalam air, tubuh gadis itu juga sangat hangat sehingga menghangatkan hatinya.

....

Di luar kamar, Yvonne memegang kepalanya yang berdarah. Begitu melihat wajahnya yang pucat pasi, Graham bergegas bertanya, "Kenapa bisa begini?"

"Hanya luka kecil," sahut Yvonne dengan lirih.

Raut wajah Graham menjadi sangat murung. Dia tahu bahwa cucunya sangat pemarah, tetapi Shawn tidak seharusnya bermain tangan dengan wanita. Kemudian, dia bertanya, "Apa yang terjadi?"

"Aku nggak sengaja menjatuhkan sebuah kotak," jawab Yvonne.

"Kotak yang ditempatkan bersama foto keluarga?" tanya Graham langsung.

Yvonne pun mengangguk dan mengiakannya, "Ya."

Graham yang mengerti sontak menghela napas. Dia berkata, "Benda itu sangat penting baginya. Aku saja nggak berani menyentuhnya."

Yvonne mengerti bahwa kotak itu sangatlah penting bagi Shawn, sehingga ditempatkan bersama foto keluarganya. Dulu, dia juga memiliki benda penting seperti itu, tetapi sudah hilang sekarang. Itu adalah hadiah ulang tahun pertama yang diberikan kakeknya.

Yvonne masih ingat bagaimana benda itu bisa hilang. Ketika berusia 7 tahun, kakeknya membawanya ke kediaman tua Keluarga Jamison. Waktu itu, dia masih kecil dan hanya tahu bahwa Keluarga Jamison sedang mengadakan pemakaman. Yvonne tidak tahu siapa yang meninggal waktu itu. Setelah dewasa, dia baru tahu bahwa itu adalah pemakaman orang tua Shawn.

Yvonne yang masih tidak mengerti apa-apa pun bermain di halaman belakang Keluarga Jamison. Dia melihat seorang wanita melemparkan seorang anak laki-laki berusia belasan tahun ke dalam air. Itu pertama kalinya Yvonne melihat sisi jahat manusia.

Waktu itu, Yvonne sangat takut hingga ingin kabur. Namun, dia merasa kasihan pada anak laki-laki itu. Jadi, setelah wanita itu pergi, dia baru memberanikan diri untuk menyelamatkan anak itu. Untungnya, dia pernah belajar berenang. Meskipun kesusahan hingga hampir tidak bisa keluar dari air, kakeknya tiba tepat waktu sehingga menyelamatkan mereka berdua.

Saat itu, anak laki-laki itu tidak sadarkan diri. Dengan bantuan Yvonne dan kakeknya, anak itu akhirnya memuntahkan banyak air. Ketika anak itu hendak siuman, kakeknya tiba-tiba menariknya pergi. Yvonne tidak mengerti mengapa kakeknya terlihat begitu panik. Jadi, dia bertanya dengan penasaran, "Kakek, siapa anak itu? Kenapa ada orang yang ingin mencelakainya?"

Kakeknya pun menjawab, "Dia sama denganmu. Dia datang untuk menghadiri pemakaman ini."

Yvonne tidak tahu bahwa kakeknya berbohong. Kakeknya khawatir ada orang yang membalas dendam kepadanya sehingga memilih untuk berbohong. Pada akhirnya, kakeknya berpesan, "Lupakan kejadian hari ini, jangan pernah beri tahu siapa pun."

Yvonne sangat menuruti kakeknya. Setelah pulang, dia baru menyadari bahwa liontin gioknya hilang. Itu adalah kalung pemberian kakeknya. Kakeknya berharap dia bisa menjadi orang yang welas asih, toleransi, dan optimis, sehingga memberinya kalung tersebut.

Dengan kata lain, kalung itu adalah doa kakeknya. Yvonne sudah memakai kalung itu sejak berusia 1 tahun. Itu sebabnya, dia sangat memahami perasaan Shawn. Dia pun tidak marah dengan sikap Shawn barusan. Hanya saja, dia merasa takut pada pria ini karena sikapnya yang terlalu kasar.

"Jackal, panggil dokter kemari," perintah Graham.

Mendengar ini, Yvonne tersadar kembali dari lamunannya. Dia segera membalas, "Nggak usah. Apa ada kotak pertolongan pertama di rumah? Aku bisa mengobati lukaku sendiri."

Yvonne tahu bahwa lukanya tidak serius. Dia pun menatap sorot mata Graham yang terlihat heran, lalu menambahkan, "Aku juga dokter, aku tahu apa yang harus kulakukan."

Melihat Yvonne yang begitu yakin, Graham pun tidak memaksa lagi.

Cederanya memang tidak parah. Hanya luka kecil, tetapi agak dalam sehingga bisa berdarah. Yvonne menggunakan bantuan cermin untuk membersihkan lukanya. Dia tidak membalutnya dengan perban karena tidak baik untuk lukanya. Lagi pula, lukanya ditutupi oleh rambutnya sehingga sulit untuk menggunakan perban dan plester.

Jackal melirik ke dalam toilet. Setelah memastikan Yvonne tidak bisa mendengar, dia berkata dengan lirih, "Nyonya Yvonne baru menikah, tapi sudah terluka. Kejadian ini bahkan terjadi di kediaman tua. Kalau di vila, Tuan Muda mungkin ...."

Jackal tidak melanjutkan perkataannya lagi. Namun, Graham memahaminya dengan jelas. Dia pun membalas, "Kita harus melakukan sesuatu supaya Yvonne nggak minta cerai."
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Bayumi
makin kesini ceritanya makin bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status