Share

Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir
Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir
Penulis: Montano

Bab 1

Penulis: Montano
Saat aku melakukan pengambilan sel telur yang ketiga kalinya untuk program bayi tabung, Johannes sedang lembur dan tidak bisa menemaniku. Aku terbangun tengah malam karena kesakitan. Aku mendapati tangan dan kakiku bengkak, sedangkan perutku penuh cairan hingga membengkak bagaikan wanita hamil delapan bulan.

Aku hampir tidak bisa bernapas dan dengan panik meraih ponsel untuk menghubunginya. Telepon berdering selama semenit sebelum diangkat. Namun, yang mengangkat telepon bukanlah Johannes, melainkan seorang wanita asing.

"Halo?" Suaranya terdengar lembut dan penuh gairah.

"Siapa kamu? Johannes, aku nggak bisa bernapas."

"Kamu nakal. Kenapa kamu masih pakai baju?"

Plak! Terdengar suara cambukan yang nyaring dengan diiringi erangan wanita. Kemudian, panggilannya pun terputus.

...

Setelah panggilan itu, pandanganku menjadi gelap dan rasa sakit yang menusuk di perutku membuatku tidak dapat berdiri. Kengerian yang hanya pernah kudengar sebelumnya akhirnya terjadi padaku.

Aku dengan panik merangkak menuju pintu, lalu berusaha membukanya sambil berteriak meminta tolong. Kemudian, aku pun terjerumus ke dalam kegelapan.

Ketika aku terbangun, sosok seseorang yang tinggi duduk di samping tempat tidur. Itu adalah Harmoko, seorang dokter muda yang tinggal sendiri di sebelah rumahku. Dia jelas tidak tidur semalaman sehingga ada lingkaran hitam yang menghiasi wajahnya.

"Silvia, kenapa kamu sendirian? Mana suamimu? Kamu tahu nggak, kalau aku nggak ajak anjingku jalan-jalan semalam, kamu pasti sudah ...."

Dia tidak menyelesaikan ucapannya. Melihat keadaanku yang menyedihkan, dia pun terdiam.

Bagaimana mungkin aku lupa? Melihat perutku yang membuncit seperti ibu hamil yang hamil 7-8 bulan, aku masih merasa ketakutan.

Saat mengingat suara-suara kacau dari panggilan teleponku dengan Johannes semalam, aku masih menyimpan secercah harapan dan mengira itu hanyalah halusinasiku. Setelah membuka ponselku dan melihat riwayat panggilan 15 detik itu, aku akhirnya tak kuasa menahan air mataku.

"Dokter Harmoko, terima kasih sudah membawaku kemari. Aku akan transfer uangnya padamu."

Aku menyuruhnya kembali dengan berkata bahwa aku sudah merasa jauh lebih baik dan Johannes akan segera datang.

Setelah dia pergi, aku baru membuka WhatsApp. Aku tidak berani melakukannya di depan Harmoko karena takut kehilangan kendali dan mempermalukan diri sendiri.

Johannes tidak pulang semalaman. Satu jam setelah panggilan telepon itu, dia mulai mengirimiku pesan WhatsApp. Ada lebih dari 100 pesan tak terbaca.

[ Silvia, kenapa kamu meneleponku? Aku nggak tahu kamu telepon. Aku lagi lembur dan seorang rekan kerjaku yang menjawab. Kamu baik-baik saja? ]

[ Kamu takut sendirian? Aku akan segera kembali setelah lembur. ]

[ Silvia, aku juga merindukanmu. ]

...

Setelah mengirim begitu banyak permintaan maaf dan pengakuan cinta, dia juga mentransfer uang kepadaku sebanyak dua kali untuk menunjukkan cintanya. Itu dilakukan pada pukul enam pagi.

Tiba-tiba, aku mulai meneteskan air mata dan akhirnya menangis hebat.

Johannes tahu. Dia tahu apa yang kudengar semalam. Seseorang tidak mungkin tiba-tiba merasa bersalah, juga tidak mungkin tiba-tiba mengungkapkan cintanya.

Dia biasanya adalah pria yang pendiam. Dalam setahun, aku juga belum tentu mendengar sepatah kata pun pernyataan cinta darinya.

[ Kamu mimpi buruk? Nggak apa-apa. Aku sudah belikan sebuket bunga dan meninggalkannya di depan pintu. Jangan lupa mengambilnya. ]

[ Aku akan menjengukmu saat aku kembali. ]

Aku membaca kedua pesan yang dikirim setelah jeda sekian lama tanpa membalas. Rasa mual segera melandaku. Menyatakan cinta tanpa alasan hanyalah cara untuk menenangkan hati nurani setelah melakukan kesalahan.

Aku memegangi perutku sambil termenung. Tak lama kemudian, dokter membuka pintu.

"Bu Silvia, kamu menderita sindrom hiperstimulasi ovarium dan kondisinya sangat serius. Ada penumpukan cairan di rongga dada dan perutmu, sedangkan kadar albuminmu juga menurun dan otot jantungmu juga terdampak. Semalam, kami langsung lakukan operasi darurat untukmu. Apa kamu masih ingat?"

Di kamar rawat inap yang sunyi ini, suara dokter terdengar jelas dan menusuk telinga.

Aku sudah mendengar tentang situasi kritisku semalam. Johannes tidak bisa dihubungi dan tidak ada yang menandatangani surat persetujuan operasi untukku. Bahkan darahku juga nyaris tidak bisa diambil dan aku hampir tewas di meja operasi ....

Aku ingat diriku yang pingsan diguncang hingga tersadar untuk menandatangani surat persetujuan itu.

Pada tahun ini, aku aku dan Johannes sudah mencoba program bayi tabung untuk yang ketiga kalinya. Dua kali sebelumnya, aku selalu keguguran. Namun, demi dia yang ingin memiliki anak, aku terus menjalani proses ini.

Aku menerima suntikan perangsang ovulasi berulang kali dan bekas jarum di perutku sudah terlalu banyak untuk dihitung. Aku juga minum begitu banyak obat, lalu berbaring dengan tidak berdaya di atas ranjang pasien yang dingin tanpa seorang pun menemaniku.

Uang yang dihabiskan untuk hal ini sangatlah banyak dan nada bicara ibu mertuaku juga makin sarkastis. Setiap gagal, aku juga harus menghadapi kekecewaan di mata Johannes.

Selama beberapa tahun terakhir, aku tidak mendapatkan apa-apa, tetapi mengira setidaknya aku masih memiliki cinta. Dinilai dari keadaan sekarang, sepertinya aku terlalu percaya diri.

Bahkan setelah operasi, perutku masih bengkak.

Dokter menatapku dan menghela napas. "Kondisimu sudah begini dan ini sudah lewat jam sembilan pagi. Di mana suamimu? Kenapa dia belum datang menemanimu? Dia sangat nggak bertanggung jawab. Apa kamu mau aku meneleponnya?"

Aku takut merepotkan dokter dan menolak.

Kemudian, dia mengingatkanku lagi, "Kondisimu sangat buruk dan kamu perlu dirawat di rumah sakit. Sebaiknya kamu cari orang yang bisa merawatmu."

Aku mengangguk untuk mengiakannya. Setelah dokter pergi, aku duduk sendirian di rumah sakit seharian. Johannes tidak menelepon sekali pun.

Pada akhirnya, aku mencari seorang perawat pendamping. Setelah kelaparan seharian, aku pun makan sedikit bubur.

Malam harinya, Johannes bergegas datang.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 11

    Johannes barulah orang yang memiliki masalah kesuburan. Dalam kasusnya, tanpa menjalani program bayi tabung, dia tidak akan pernah punya anak. Namun, Merry sama sekali tidak menjalani program bayi tabung. Setelah hamil sepuluh bulan, bayinya sudah lahir. Namun, pesan ini terasa bagaikan tulang ikan yang tersangkut di tenggorokan Johannes dan membuatnya tercekik.Bagaimana mungkin begitu? Selama sepuluh tahun ini, dia selalu percaya masalahnya terletak pada diriku. Dia tidak percaya. Hanya saja, ketika melihat Merry yang sedang menggendong anak, hatinya sangat bergejolak.Selama seminggu penuh, dia tidak bisa tidur. Kebahagiaan dari memiliki anak tidak mampu kegelisahan yang terus menghantuinya itu.Akhirnya, Johannes memutuskan untuk pergi memeriksakan diri. Dia diam-diam pergi ke kota lain sendiri. Saat hasilnya keluar, dia baru tahu bahwa air maninya sama sekali tidak mengandung sperma.Merry ternyata berselingkuh!Johannes sangat murka. Dia juga menggila dan langsung menabrakkan mo

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 10

    Kakak sepupuku adalah seorang atlet wanita angkat besi dengan berat lebih dari 100 kg. Begitu mendengar ucapan itu, dia langsung menampar Merry. Wajah Merry langsung bengkak dan memerah. Ayah dan kakakku juga mendengar keributan ini. Mereka keluar dengan tampang masam dan menatapnya. Merry tidak mengenali mereka dan terlihat tidak takut."Silvia, bisa nggak kamu berhenti bersikap nggak tahu malu? Kamu pada dasarnya mandul. Memangnya kamu kira beberapa suntikan bisa membantu? Jangan-jangan, kamu bahkan nggak tahu kalau kamu sudah menopause?"Dia menatapku dengan penuh provokasi dan tampang ingin pamer.Aku menyeret pergi kakak dan ayahku yang hampir murka. Kakak sepupuku menyingsingkan lengan bajunya dan bergegas menghampiri Merry, lalu menamparnya dua kali lagi."Laki-laki nggak pukul perempuan. Aku akan gantikan mereka melakukannya!"Merry tidak menyangka kakak sepupuku akan bersikap sekejam ini. Dia langsung ketakutan dan jatuh terduduk di lantai sambil meratap.Mobil Johannes berde

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 9

    Aku tidak menunggu Johannes kembali, melainkan langsung check-out dari hotel dan pulang sendirian.Ayah dan kakakku sudah menungguku di pintu masuk vila. Tidak ada ekspresi di wajah mereka. Namun, makin seperti ini, badai yang melanda akan makin besar. Setelah menerima pesanku, Johannes membalas.[ Silvia, aku sangat sibuk dan harus lembur di perusahaan untuk beberapa hari terakhir. Tolong gantikan aku minta maaf sama Ayah. Aku pasti akan mengajaknya jalan-jalan seusai sibuk. ]Dia sebenarnya hanya tidak ingin menunduk padaku di hadapan keluargaku. Bahkan setelah terus-menerus menerima bantuan dan kebaikan mereka, dia tetap menolak untuk tunduk.Dulu, demi harga diri, aku selalu membelanya. Kali ini, aku diam saja.Dokter keluarga yang dibawa Ayah memeriksaku dan menulis laporan. Kakakku menatap memar di perutku dengan mata dipenuhi rasa sakit hati.Ayahku sangat marah. Dia mengabaikan upayaku untuk menghentikannya dan memeriksa rekaman CCTV. Setelah melihat ibu mertuaku menindasku, d

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 8

    Johannes baru pulang di malam hari."Sayang, lihat apa yang kubawakan untukmu."Begitu masuk ke rumah, dia langsung dengan bangganya menunjukkan sebuah tas berwarna jingga. Itu adalah satu set piring Hermes."Bukannya kamu paling suka memasak? Aku juga suka masakanmu. Aku membelinya khusus untukmu."Aku berterima kasih sambil tersenyum, lalu berkata dengan sedih, "Itu terlalu mahal. Jangan beli lagi lain kali."Dia mengelus kepalaku dengan lembut. "Aku nggak peduli sama uang. Kamu sudah berkorban begitu banyak untukku. Wajar saja aku berikan yang terbaik untukmu."Untuk sesaat, aku hampir berpikir dia tulus. Meskipun dia jelas-jelas tidak mencintaiku lagi, tatapannya masih bisa dibuat seolah-olah penuh kasih sayang.Melihat aku tidak marah lagi, dia menghela napas lega, lalu mencium keningku sebelum pergi berganti pakaian.Melihat piring di depanku, aku merasa sangat mual. Ini hanyalah pelengkap tak penting yang dibeli demi memenuhi syarat untuk membeli tas Merry itu."Coba lihat apa i

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 7

    "Sayang, tunggu kami ke sana. Kamu punya tempat menetap? Kalau nggak, Ayah akan belikan sebuah rumah untukmu."Ayahku mengancam akan menghancurkan Johannes. Sementara itu, kakakku yang berekspresi muram mulai mengatur urusan di perusahaan dan bertekad untuk membuat Johannes menyesali perbuatannya seumur hidup.Setelah dihibur oleh keluargaku, aku memutuskan sambungan telepon. Kemudian, aku kembali ke kamar rawat inapku, bersembunyi di balik selimut dengan tubuh gemetar, dan menangis sejadi-jadinya.Sebenarnya, ada alasan kenapa aku memperlakukan Johannes dengan begitu baik hingga bahkan mempertaruhkan kesehatanku untuk menjalani program bayi tabung.Pada tahun pertama kami bersama, ketika tidak sengaja bertemu dengan seorang preman dan preman itu hendak menyerangku, dia mengadang di depanku tanpa ragu dan menahan pisau itu dengan tangan kosong. Pisau tajam itu hampir memotong separuh tangannya, tetapi dia berhasil menyelamatkan nyawaku. Namun, setelah tidak mencintaiku lagi sekarang,

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 6

    Ketika aku tersadar lagi, aku melihat ibu mertuaku yang sinis dan galak. Dia melipat tangannya dan menatap dingin ke arahku yang terbaring UGD.Dia mencibir, "Silvia, kalau kamu nggak bisa punya anak, bisa nggak kamu serahkan saja posisimu? Jangan sia-siakan masa muda putraku. Sebagai seorang wanita, kamu bahkan nggak bisa punya anak. Apa gunanya suntikan-suntikan itu? Kamu sudah habiskan banyak uang putraku! Dasar pembawa sial!""Kenapa kamu nggak ngaca dulu? Berani-beraninya kamu monopoli posisi sebagai istri Johannes. Kamu sudah tua dan jelek. Memangnya kamu layak?"Sekarang, aku berusia 30 tahun. Aku telah bersama Johannes selama sepuluh tahun dan mendampinginya dari nol hingga sukses. Aku merelakan aset ratusan triliun dan statusku sebagai putri orang kaya yang dimanja demi mendampinginya merintis usahanya. Ayah dan kakakku juga memberikan dukungan penuh kepada Johannes sehingga dia yang dulunya miskin memiliki kekayaan saat ini.Aku telah menempuh perjalanan jauh demi datang kem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status