Share

BAB 2 LO, GUE, END!

Author: sugi ria
last update Last Updated: 2025-07-08 12:18:42

"Siapa kamu? Kenapa aku harus menuruti keinginanmu?"

Tatapannya tajam terarah pada Livi yang sejak tadi tertunduk seraya meremas jarinya sendiri.

Satu kebiasaan yang seketika mengingatkan Arch pada seseorang.

"Namaku Nakaia Livi."

Begitu Livi menyebutkan nama, asisten Arch bergerak cepat mencari tahu. Hanya dalam sekejap, pria itu mengulurkan ponselnya pada Arch, diiringi senyum tipis penuh makna.

Arch sesaat mengerutkan dahi melihat ekspresi sang aspri. "Kejutan" bibir sang aspri bergerak tanpa suara. Namun setelah Arch melihat ponsel pria tadi, barulah dia paham.

"Oke, teruskan!" Pinta Arch, sementara jari pria itu menggulir layar ponsel asistennya.

"Kita dalam kondisi yang sama."

"Kita tidak sama. Aku bisa putuskan sendiri langkahku selanjutnya."

Sial! Livi memaki dalam hati. Pria di hadapannya ternyata lumayan sulit diajak nego. Padahal dia adalah negosiator ulung.

Hati Livi mendadak perih kala dia teringat hal itu. Dulu, demi mendapat investor untuk perusahaan Axel. Livi rela kepanasan juga kehujanan untuk mencari klien. Bernegosiasi dengan mereka yang pada awalnya sangat meremehkannya.

Kini setelah perusahaan mereka berkembang pesat, baru para investor ini memandang dirinya. Ah, dulu ternyata sebodoh itu dirinya.

"Tapi bukankah kita punya satu hal yang harus dijaga. Reputasi?" Pancing Livi tidak kalah cerdik.

Banyak sosok berkuasa mampu berlaku seenaknya. Namun jika menyangkut reputasi, nama baik, mereka akan menjaganya sepenuh jiwa.

Pria di depannya mendengus lirih. "Aku tidak peduli dengan reputasi. Itu hanya omong kosong."

Double sial! Pria macam apa yang tengah Livi hadapi. Kenapa keras kepalanya melebihi batu dari luar angkasa.

Sungguh, kemampuan negosiasi Livi sedang dipertaruhkan. Pria tersebut sudah hampir beranjak ketika Livi mengeluarkan kartu AS-nya.

"Reputasi orang tua."

Sudut bibir Livi tertarik, pria itu kembali duduk meski wajahnya kian dingin. Tanpa ekspresi dengan rasa tidak suka makin besar. Setidaknya itu penilaian Livi.

Walau dia tadi sempat melihat Arch melengkungkan bibir meski cuma super duper sedikit. Pelit senyum sekali orang ini. Padahal senyum itu ibadah kan.

"Lalu?"

Livi merasa terintimidasi oleh tatapan Arch. Pria itu benar-benar membuatnya mati kutu.

"Tuan, bisakah kita percepat pernikahan ini. Atau kita akan kehabisan waktu."

Asisten Arch juga kembali memberikan ponselnya. Ekspresi Arch berubah muram. Detik setelahnya kalimat itu terucap dari bibirnya.

"Baik, mari menikah."

Wajah Livi berubah senang. Dalam hati langsung bersorak, "Yes, aku berhasil! Axel, lihat saja. Aku tidak akan terpuruk meski kau khianati."

....

Axel tampak panik, sudah setengah jam Livi menghilang. Dia telah mencari ke seluruh gedung. Tapi hasilnya nihil. Dua orang tuanya ikut panik. Kepalanya pusing, nyaris meledak saking marahnya.

Dia harus menikahi Livi, dengan begitu masa depannya baru bisa terjamin. Namun sampai detik ini orang-orangnya belum berhasil menemukan Livi.

Rencana akad sudah lewat. Bahkan sejumlah tamu undangan mulai pamit. Mereka tentu orang sibuk yang punya jadwal padat.

"Axel ini bagaimana?" Sang mama bertanya.

"Jangan tanya Axel, Ma. Axel pusing."

Di tengah kepanikan dan kebingungan yang melanda, asisten Axel tiba-tiba datang dengan napas terengah.

"Tuan, para tamu pindah ke ballroom sebelah."

Axel perlu beberapa detik untuk mencerna, sebelum dia berlari keluar ruangan, diikuti Sandra dan orang tuanya. Dia penasaran dengan pernikahan di ball room sebelah.

Pintu gerbang ball room sebelah sangat megah dan mewah. Pertanda si empunya hajat bukan kalangan biasa.

Axel menerobos masuk. Begitu berada di dalam ball room, bola mata pria itu nyaris melompat keluar dari tempatnya.

Di depan sana, terekam oleh kamera, ditayangkan melalui layar besar di empat penjuru ruangan. Tampak Livi sedang duduk di samping seorang pria yang tengah mengucapkan akad.

Jantung Axel berdebar, dadanya lekas diliputi amarah. Dia ingin menerjang maju, tapi tiga bodyguard super besar memblokade langkahnya.

"Minggir, dia calon istri saya. Bagaimana bisa dia menikah dengan orang lain. Livi! Nakaia Livi! Kamu tidak boleh menikah dengan orang lain!"

Teriakan Axel sampai ke telinga Livi. Perempuan sesaat melihat ke arah Axel. Dia cukup terkejut melihat Axel muncul di sana dengan keadaan kacau.

Namun rasa terkejut Livi lekas sirna begitu melihat Sandra tersenyum puas ke arahnya. Dalam hitungan menit, Livi sah jadi istri Arch.

Saat prosesi akad selesai. Dia buru-buru menemui keluarganya guna minta maaf.

"Livi, kenapa jadi begini?" Sang mama bertanya.

Livi masih sedikit syok, lantaran semua terjadi begitu cepat. Dia bahkan masih tidak percaya kalau dia baru menikahi orang lain, bukan Axel.

"Nanti Livi jelaskan. Tidak sekarang," bisik Livi pada keluarganya.

Saat itulah, Axel menerobos kerumunan tamu, dia menarik tangan Livi. Lalu berujar dengan amarah tertahan. "Kenapa kamu batalkan pernikahan kita?"

Ekspresi Axel seolah ingin menunjukkan kalau Livilah penjahatnya.

"Livi, kenapa kamu permalukan Axel? Salah dia apa? Lima tahun ini dia selalu cinta sama kamu."

Livi lekas menoleh ke sumber suara. Rasa mual seketika menyerangnya.

"Kenapa kalian tidak tanya sama diri kalian sendiri. Kenapa aku sampai membatalkan pernikahan ini?!" Oktaf Livi meninggi, suaranya bergetar menahan sedih, kecewa, marah sekaligus patah hati.

"Aku tidak tahu maksudmu, Liv. Aku tidak melakukan kesalahan, tapi kenapa kau membatalkan pernikahan kita." Axel terus bertanya.

"Livi, kamu jangan menuduh sembarang. Axel setia sama kamu." Sandra tetap membela Axel.

"Oh iya, setia katamu. Lalu ini apa?"

Semua orang mendadak bergumam heboh begitu layar besar di empat penjuru menayangkan adegan dua satu plus antara Sandra dan Axel.

"Kau ingin menikah? Nikahi saja selingkuhanmu itu. Axel, lo gue END!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ayuri
good livi,, keputusan yg tepat
goodnovel comment avatar
sugi ria
terima kasih sudah baca kak
goodnovel comment avatar
Retno Anggiri Milagros Excellent
Axel tidak menghormati dan menghargai pernikahannya sendiri. ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BBAB 107 PIMPINAN BARU

    Hari Livi tidak dimulai dengan baik. Dia mendapati kejutan luar biasa dari Stacy di pertengahan waktu. Dia sempat menangis, histeris bahkan sakit hati sekali.Namun siapa sangka jika endingny tidak seburuk yang Livi sangka. Kemunculan tiga saudaranya mampu memupus kesedihan di hati Livi. Ditambah obrolan absurd dari si maknae biang rusuh membuat suasana hati Livi membaik lebih cepat.Serta rencana pulang akhir bulan yang langsung disetujui Arch, kian menghempas kejadian buruk mengenai Stacy tadi.Hingga ketika mereka berpisah jalan, Livi bisa tersenyum lebar sambil melambaikan tangan. "Suruh Mama masak rendang," pinta Livi."Idih, siapa Mbak nyuruh Mama masak rendang.""Nakajima Kenzie!""Kabur, Ar!"Ken dan Arion ngibrit masuk mobil. Disusul Lio yang hanya mengangguk sambil lalu. Dia mengambil alih kemudi, menghidupkan mesinnya. Lantas melaju meninggalkan Livi dan Arch yang juga menuju mobil mereka.Mood Livi yang sudah membaik, membuat Arch menggulung senyum sebelum membawa kendaraa

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 106 PELIT EKSPRESI

    Dalam sekejap, meja tempat Livi duduk penuh sesak. Dia diapit tubuh bongsor Ken dan Arion. Sementara Lio duduk anteng di sebelah Arch."Kalian ngapain sih nyusul ke mari?" Semprot Livi kesal."Idih, siapa juga yang ngekorin Mbak. Kita cuma kebetulan jalan di sekitar sini. Kebetulan, Mbak. Dengar gak?" Balas Ken tak kalah sewot. Walau begitu tangannya gesit menyendok kwetiaw milik Livi yang baru setengah jalan di makan."Punyaku, Ken. Pesen sendiri sana."Ken berhenti berulah, giliran Arion yang maju. Dua pemuda itu benar-benar membuat Livi tambah pusing."Mau makan, pesan saja," tawaran Arch bak angin segar untuk dua anak muda yang memang sedang doyan makan, sekaligus doyan ngegym."Emang boleh?" Tanya Ken dengan wajah berbinar.Arch mengangguk, lalu menoleh pada Lio. "Mau makan apa? Kamu kurusan. Baru juga mulai sudah keok begini."Lio merengut. Tapi dia tidak marah, sebaliknya dia ikut pesan makanan. Tak berapa lama meja mereka penuh dengan makanan yang kesemuanya dibayar oleh Arch

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 105 LAGI KENCAN

    "Makan dulu?'Livi mengusap air matanya, lalu mengangguk. Tapi setelahnya menggeleng."Maksudnya gimana coba?" Arch mengerutkan dahi melihat kelakuan istrinya.Mereka masih ada di depan gedung DL Grup. Belum beranjak meski malam kian larut. Hampir setengah jam Livi bersandar di bahu Arch sambil sesenggukan menangisi pertemanannya yang berakhir tragis. Setengah jam itu Arch cuma diam, cosplay jadi tembok mendengar segala keluh kesah, makian, cacian, umpatan juga semua unek-unek yang mengisi kepala Livi soal Stacy."Apa utangnya perlu aku tagih juga?" Tanya Livi di akhir tangisnya.Gadis itu mulai tenang tatkala air mata berhenti mengalir."Ngapain ditagih, kayak orang kurang duit aja. Berapa kamu minta aku kasih.""Sombong!"Arch tergelak melihat ekspresi Livi mulai kembali ke setelan semula. "Lagian ya aku kasih tahu, utang yang gak dibayar itu bisa ngurangin timbangan dosa kamu. Dosamu kan banyak tu, kamu kan banyak bantahnya waktu pacaran sama Sesel.""Idih, jangan diungkit ngapa!"

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 104 PERTEMANAN END

    "Tunggu di sini sebentar. Satria baja hitam minta tanda tangan."Livi terbahak ketika Arch meninggalkannya di lobi DL Grup. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tapi Arch masih harus setor satu tanda tangan pada sang asisten yang menunggu di meeting room lantai satu.Satu yang kembali membuat Livi ngap-ngapan adalah aksi Arch mencium keningnya sebelum beranjak. Sederhana tapi sangat bermakna. Selain itu Arch juga menyerahkan kunci Maybach yang sudah diambilkan satpam pada Livi.So di sinilah dia, memainkan kunci mobil sambil chattingan dengan adiknya. Gadis itu sempat menggulung senyum mendengar Ken curhat kalau dia tidak bakal dapat warisan kalau main cewek terus."Mbak, mereka yang nguber, bukan aku.""Tapi kamu kan tepe-tepe ke mereka. Siapa yang tidak salah paham. Dikiranya kamu kasih sinyal ke mereka. Anteng gitu bisa gak sih, Ken.""Aku petakilan saja mereka masih ngejar. Gimana kalau aku cosplay jadi Kak Lio. Bisa antri yang melamar ke rumah."Livi terbahak. Dia tahu maks

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 103 BUKAN PRIORITAS

    "Lagian Vi. Kalau dia beneran menganggap kamu teman. Dia akan selalu membalas pesanmu. Kalau tidak saat itu, begitu ada peluang, pasti dibalas.""Kalau dia beralasan sibuk, itu basi. Pasalnya sibuk itu hanya dalih, yang terjadi sebenarnya adalah kamu bukan prioritas dalam hidupnya.""Kayak dia dong," sindir Livi."Aku meeting, habis meeting aku langsung ke tempatmu. Bukannya ketemu kamu aku malah melihat Axel, nyebelin!"Itu adalah rangkaian percakapan terakhir sebelum Livi terlelap dalam dekapan sang suami. Sama seperti Livi, kualitas tidur Arch juga membaik sejak beberapa waktu terakhir.Pria itu bahkan tidak perlu teh Valerian lagi. Asal waktunya tidur, dia tidur. Pria itu bisa pulas sampai pagi.Mengikuti saran semalam, maka hari ini Livi berniat menemui Stacy. Sang teman sudah bekerja dua bulan di DL Grup, tapi tak sekalipun membalas pesan Livi. Gadis itu jadi sanksi kalau yang diucapkan Arch adalah benar.Dari ruangan Arch, Livi turun ke kafe yang berada satu lantai dengan tempa

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 102 CUT IT OFF

    Livi beberapa kali melirik ke arah Arch yang masih tekun bekerja. Tampilan sungguh menggoda iman Livi yang lumayan tebal. Iyalah tebal, kalau tidak sudah habis Livi sama Axel sejak lama.Nyatanya lima tahun pacaran, Livi masih utuh. Sentuhan mereka hanya sebatas ciuman, itu pun tidak seperti yang Arch lakukan padanya. Ciuman suami Livi begitu dalam, lembut, penuh cinta dan puja. Sekali beraksi Arch mampu menyedot waras Livi sampai habis. Tidak heran kalau gadis itu kerap hilang kendali tiap kali bertaut bibir dengan Arch."Dia benar-benar bahaya," gumam Livi dari balik ponselnya. Sesaat kemudian dia heran kenapa dia dulu bisa tergila-gila pada Axel. Tampan sih, tapi kalau dibanding Arch ... jauh. Bahkan dengan Kai saja, Axel tidak secermerlang itu."Dia ini definisi mengalihkan duniaku.""Mbak mulai cinta ya sama Kak Arch?" Arion mengejek dari seberamg melalui pesan di grup chat mereka.Grup rusuh dengan empat anggota online tapi cuma tiga yang sibuk mengetik."Gak boleh ya jatuh ci

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status